Plaza Indah Mall, Jakarta.
Restoran sushi,
"Kamu menerimaku dan kita pacaran."
Tya tersenyum mencemooh.
"Kalau aku tidak mau, bagaimana?"
"Aku akan menunggu sampai kamu menerima aku."
"In your dream! Tidak akan pernah! Setahu aku, banyak yang mau jadi pacar kakak, kenapa harus aku?"
Sebelum terjawab, Tidak lama Hana duduk kembali setelah pergi ke kamar mandi.
"Apa yang kalian bicarakan?" Dengan polos Hana bertanya.
Aeron masih menatap Katya sedangkan katya sendiri tersenyum menyembunyikan kegugupannya pada Hana.
"Ah tidak, Hana kamu masih makan? Aku sudah selesai. Ayo Kita pulang sekarang."
Hana melongo, kemudian menggeleng.
"Aku masih ingin disini lebih lama bersama kak Aeron." Hana berbisik walaupun masih terdengar oleh Aeron
Aeron tersenyum." Kalau begitu Aku antar kalian pulang."
"Boleh!!"
"Tidak!!"
Ucap Hana dan Tya bersamaan.
Tya mendelik pada Hana, kalau dia tidak ingin Aeron mengantar mereka. Berbeda dengan Hana yang menampilkan wajah memohon pada Tya agar bisa pulang dengan pria itu.
Tya menggeleng tidak setuju.
"Baiklah kak, kalau tidak keberatan bisa antar kami pulang." Ucap Hana tidak mau tahu.
Katya mendengus kesal. Kebiasaan dia seenaknya saja.
***
"Rumah kalian dimana?"
"Rumahku lebih dekat dari sini." Ucap Hana sambil menunjukan arah rumahnya dan menyebutkan alamatnya.
Hening.
Hana yang duduk dibelakang bergumam senang, seniornya mengantarkan pulang. Dan tidak lama beberapa pertanyaan pun terlontar dari mulutnya.
Selang setengah jam Hana sampai dirumahnya. Ia turun dari mobil dan berjalan mendekati Aeron di kursi pengemudi.
"Makasih kak." Hana melambaikan tangan.
"Tolong antarkan teman saya dengan selamat sampai rumah ya kak." Ucapnya dengan nada jahil.
Katya melotot disebelah Aeron, dengan mengumamkan sumpah serapah untuk Hana karena dibiarkan satu mobil berdua dengan orang yang paling ia hindari sekarang.
Aeron tersenyum dan melajukan mobilnya kembali.
Dengan memakai kacamata hitam, untuk ukuran remaja ia terlihat dewasa dan sangat tampan.
"Dimana rumahmu." Suara beratnya menyadarkan Katya dari lamunan wajah Aeron.
Kenapa juga ia harus memikirkan wajah Aeron yang tampan. Ah, kenapa aku menyebutnya tampan. Dasar wajah tampan sialan!
Katya berdeham menetralkan degub jantungnya.
"Setelah dua lampu merah belok kanan, perumahan pondok indah." Ucapnya.
Aeron hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan raya dan membuka kacamata hitamnya.
"Bagaimana sekolahmu?"
Tya melihat Aeron tidak percaya. Terutama dengan pertanyaan yang ia lontarkan.
"Tidak usah berwajah seperti itu, aku hanya ingin mencairkan suasana." Ucapnya santai.
"Aku kira tadi Ayah atau kakakku yang bertanya hal seperti itu."
Aeron tertawa. Tawa yang lebar menambah ketampanan wajahnya.
Ah sialan, sepertinya aku harus pergi kedokter memeriksakan mataku.
Katya mengalihkan pandangannya ke jendela dan menghela nafas.
"Apa tidak ada yang ingin kamu tanyakan padaku? Seperti katamu waktu itu, kamu tidak mengenalku. Aku akan menjawab semua pertanyaanmu tentang diriku." Aeron tersenyum kembali.
Katya melirik malas pada Aeron, dan kembali melihat jendela.
"Kalau kamu tidak bertanya, aku yang akan memberitakanmu tentang diriku sendiri."
"Namaku Aeron Danadyaksa.."
"Anak tunggal Aaron Danadyaksa, pemilik salah satu maskapai penerbangan di Indonesia, umur 18 tahun keturunan Amerika-Indonesia." Tya menyela.
Aeron tersenyum lebar.
"Kamu sudah tahu?"
"Hana yang memberitahuku."
"Kalau begitu giliranmu."
Tya menaikan alisnya melihat Aeron seraya bertanya maksudnya.
"Apa?"
"Memperkenalkan dirimu." Ujar Aeron antusias.
"Tidak mau, aku tidak perlu memperkenalkan diriku padamu. Kita hanya dua orang asing yang tidak sengaja berada dalam satu mobil karena temanku yang maniak cowok tampan ingin diantarkan kerumahnya. Dan aku malah terjebak disini denganmu. Dan kamu termasuk kedalam daftar cowok tampannya." Tya mengerutu panjang lebar.
"Hahahahaha.. jadi menurut temanmu aku ini tampan?"
Tya mendengus kesal, bisa-bisanya dia tertawa disaat dirinya sedang kesal
"Mungkin, aku tidak tahu." Ujar Tya acuh, sebarih menaikan bahunya.
Aeron menghentikan tawanya dan menatap Katya dengan tatapan tajam walaupun sekilas. Kemudian kembali mengalihkan pandangannya kejalan.
"Kalau menurutmu, aku tampan atau tidak?
"Hahaha, kamu bertanya padaku?" Tya tertawa dipaksakan.
Aeron mengangguk pelan, sedikit meremas setir mobilnya, karena penasaran dengan jawaban Katya.
Hening.
Sebetulnya Katya ingin mejawab, tapi ada keraguan disana jadi dia memilih diam.
"Kenapa diam?"
"Ah tidak, kak, rumahku yang itu." Tya menunjukan rumahnya yang besar dan megah.
Aeron terpaksa mengalihkan fokusnya pada jalan, dan Katya bersukur untuk hal itu, bisa terbebas dari pertanyaan menjebak Aeron. Mobil mereka berhenti di sebuah gerbang tinggi dan megah.
Tidak lama seseorang mendatangi mobil Aeron di depan pintu gerbang, seperti satpam rumah. Katya membuka kaca mobilnya dan merekapun diijinkan masuk setelah mengenali putri pemilik rumah.
"Rumahmu besar sekali." Aeron melajukan mobilnya masuk kedalam pekarangan rumah Katya.
"Rumah keluarga Danadyaksa tidak jauh beda dengan rumah ini." Jawabnya santai.
Aeron memalingkan mukanya pada Katya.
"Kamu tahu rumahku?"
Tya menggeleng. "Aku hanya menebak."
Aeron hanya mengulum bibirnya Dan terkekeh.
Mobil mereka sudah berhenti tepat di depan rumah. Dan Katya pun melepaskan seatbeltnya.
"Terimakasih kak." Ucap Katya sebelum membuka pintu mobil.
"Tunggu!" Aeron memegang sebelah tangan Tya, mencegahnya keluar.
Tya berbalik, kemudian menaikan sebelah alisnya.
"Kenapa?"
"Apa kamu tidak akan mengajakku masuk?"
"Hah? Bukannya kakak hanya mengantarkanku pulang. Kenapa juga aku harus mengajak kakak masuk kerumahku? Kakak tidak akan bertamu dirumahku kan?"
"Kalau kamu memaksa aku akan masuk." Aeron nyengir kemudian melepaskan tangan Katya dan keluar dari mobil. Berjalan santai menuju undakan dan berdiri di depan pintu utama.
Katya melongo, ada apa dengan seniornya yang satu ini!
Gawat kakaknya ada dirumah.
"Kak, sebaiknya kakak pulang sekarang." Katya keluar dari mobil kemudian berlari mendekati Aeron di depan pintu.
"Kenapa?
"Bukahkah kamu mengundangku masuk?" Aeron berucap santai dan sedikit mengetuk pintu.
"Apa?! Sejak kapan?! Cepat kakak pergi dari sini sebelum kakakku..."
Ceklekkk...
Pintu terbuka dihadapan mereka.
"Katya kamu sudah pulang?" Kepala Kyle muncul dari balik pintu.
Arghh... kenapa disaat seperti ini harus kakak yang membuka pintu.
Aeron terdiam menatap pria yang sedikit lebih dewasa darinya. Sepertinya Kyle habis mandi, terlihat dari wajahnya yang segar dan rambutnya yang sedikit basah. Kyle balik menatap Aeron, memincingkan mata menyelidik kemudian melihat Katya bergantian.
"Katya, kamu pulang dengan siapa?"
Kyle bertanya pelan namun terdengar menusuk.
"Ini, tadi tidak sengaja bertemu senior di sekolahku, dan dia tidak keberatan mengantarkan aku dan Hana pulang." Ucapnya pada Kyle.
Katya melihat Aeron.
"Kak, terimakasih sudah mengantarkanku. Sebaiknya. Kakak. Pulang. Sekarang.!" Katya melotot pada Aeron dan berucap penuh penekanan, agar dia mengerti maksud ucapannya.
Aeron masih menatap Kyle, begitupun sebaliknya.
Tidak disangka Aeron menyodorkan tanyannya pada Kyle. Ingin memperkenalkan diri seperti seorang pria dewasa.
Jantung Katya mulai berdebar, takut Aeron membuat masalah.
Kyle menyambut tangan Aeron, dan berkata penuh intimidasi. "Aku kakak Katya, Kyle Collen Martin."
Aeron tersenyum." Saya calon pacar Katya, Aeron Danadyaksa." Ucapnya santai tidak terpengaruh intimidasi kyle.
Katya menganga, matanya membola sempurna, ingin rasanya ia menyumpal mulut senior tidak tahu diri ini.