Martin's Family Mansion
Katya menutup mata, dadanya berdebar, amarah muncul dan naik keatas kepala setelah apa yang Aeron ucapkan pada kakaknya.
Katya mengepalkan tangan, Ingin rasanya tangan itu mengeplak kepala Aeron supaya berjalan dengan semestinya. Tidak melenceng seperti sekarang.
"Katya, bisa kamu jelaskan?" Kyle menatap Katya tajam, meminta penjelasan.
Jujur Katya!
"Dia ingin jadi pacar Tya, tapi Tya sudah menolaknya." Ucapnya pelan takut.
Kyle mengalihkan pandangannya pada Aeron Sekarang.
"Adik saya sudah menolak, jadi jangan sesumbar pada orang lain kalau kalian dekat. Hal seperti itu bisa membuat mereka salah paham, kamu mengerti?!"
Aeron tidak senang dengan nada bicara Kyle.
"Katya menolak karena tidak mengenal saya, tapi saya jamin setelah dia mengenal saya lebih dekat, dia akan menerima saya dan menjadi pacarnya." Ucapnya tegas.
Kyle mengernyit, "percaya diri sekali kamu."
Aeron tidak gentar dengan intimidasi Kyle.
"Sebaiknya kamu pulang anak muda, dan jauhi adik saya." Setelah mengatakan itu Kyle berbalik dan kembali kedalam.
Katya hanya melihat kepergian Kyle kemudian memandang kearah Aeron.
"Benar kata kakakku, sebaiknya kamu pulang." Ucap Katya datar.
Aeron hanya melirik kemudian berjalan menuruni undakan kembali kedalam mobilnya dan melaju kencang keluar dari rumah keluarga Martin.
Lama Katya melihat kepergian Aeron, sepertinya dia kesal terlihat dari cara mengemudinya yang ugal-ugalan.
Katya masuk kedalam rumah melewati ruang keluarga. Terlihat Kakaknya sudah duduk santai disana memindahkan channel televisi.
Hari ini begitu melelahkan, akhirnya dia memutuskan untuk langsung pergi kelantai atas, kamarnya.
Setelah undakan pertama, Kyle memanggilnya.
"Tunggu!"
Tya berhenti, dan berbalik tanpa kata melihat Kyle yang hanya memanggil tanpa melihatnya karena masih fokus pada televisinya.
"Kalau kakak tidak salah dengar, tadi namanya Aeron Danadyaksa. Ayahnya adalah Aaron Danadyaksa pemilik maskapai penerbangan bukan?"
"Kakak tahu? Kakak kenal dia?" Tya penasaran.
"Aku tidak mengenalnya, tapi aku tahu, dan sebaiknya kamu menjauh darinya Katya."
"Aku sudah menolaknya."
"Tidak hanya menolaknya, kamu harus menghindarinya, apapun yang kamu lakukan jangan pernah berhubungan dengannya lagi." Perintah Kyle.
Tya memincingkan mata, masih penasaran tapi ia simpan dalam hati
"Baik." Tya tidak banyak bertanya, Setelah itu ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Ponsel Kyle berbunyi, mengalihkan pandangannya dari televisi ia mengambil ponsel didepannya dan menggeser tombol hijau. Setelah melihat siapa yang menelpon.
"Ayah?"
"..."
"Tidak ada masalah, Tya baik-baik saja."
"..."
"Tidak, aku akan membereskannya. Besok akan diadakan rapat dewan direksi. Sampai bertemu besok."
***
Keesokan harinya...
International Senior Highschool, Jakarta.
"Kemarin tidak terjadi sesuatu pada kalian?"
"Hmm..?"
Hana masuk dan duduk disebelah Tya yang sedang melihat ponselnya. langsung memberondong Tya dengan pertanyaan-pertanyaan yang aneh.
"Kamu dengan kak Aeron. Sepertinya dia menyukaimu, aku lihat kemarin pandangannya tidak lepas dari kamu Katya. Apa terjadi sesuatu diperjalanan? Cepat ceritakan!"
"Tidak ada Hana, dan jangan menyebut nama orang itu!"
"Aku tidak salah lihat, mataku masih normal untuk bisa melihat tatapan mata kak Aeron yang memujamu."
Katya terkekeh. Mengalihkan pandangannya.
"Jadi menurutmu dia menyukaiku? Bukankah kamu menyukainya, memangnya tidak apa kalau kami jadian?" Tya tersenyum menggoda.
Hana diam.
"Aku hanya menyukai parasnya, tubuh tinggi tegapnya bukan menyukai dalam artian lain. Kamu pikir aku wanita yang akan memaksa seorang pria mencintaiku?" Hana mencela.
Katya tertegun dengan jawaban temannya itu. Kemudian ia tersenyum.
"Baiklah Hana sayang, terserah padamu."
***
Hana dan Katya berada di kantin sekolah mereka, dikantin ini semua SHS berkumpul dari mulai kelas 1 sampai kelas 3 tanpa ada batasan.
Katya baru memakan makan siangnya setengah, sebelum ponselnya berdering di saku roknya.
"Nona Katya?"
"Juna? Ada apa?"
Hana menatap penasaran Tya yang berbicara di telepon. Yang menelpon adalah Juna sekertaris Pribadi Ayahnya.
Tya sendiri bingung, tumben sekertaris Ayahnya menelpon.
"Ayah anda pingsan sekarang ada di rumah sakit International jala...."
Sebelum Juna menyelesaikan kalimatnya, Tya berlari meninggalkan apapun yang sedang ia kerjakan sekarang.
"Tya! Katya! Kamu mau kemana?" Hana memanggil-manggil Tya yang berlari menuju pintu keluar.
Sepanjang lorong sekolah pikiran Tya sudah melayang memikirkan Ayahnya terbaring di Rumah Sakit.
Jantungnya berdebar, debaran yang tidak mengenakan. Tya berlari tanpa melihat sekelilingnya dan tanpa sengaja menabrak seseorang didepannya.
Tya mengaduh, hanya sebentar kemudian bangkit, ia tidak melihat siapa yang ia tabrak. Tya tidak peduli! Yang ia pedulikan sekarang adalah Ayahnya.
Sebelum kembali berlari, seseorang mencengkram lengannya, menahan kepergiannya.
"Katya, kamu sudah menabrak orang. Seharusnya kamu minta maaf."
Katya berbalik dan melihat siapa yang ia tabrak kemudian orang tersebut berbicara padanya.
Aeron.
Seperti mendapat pegangan di situasi emosional ini, Katya mencengkram balik tangan Aeron yang mencengramnya.
"Kakak tolong! Antar saya kerumah sakit!" Katya seraya memohon dengan wajah memelas.
Aeron bergeming.
"Kamu sakit?" Aeron melihat keadaan Tya dari atas sampai bawah. Tidak ada yang aneh.
"Bukan, Ayah saya!"
Aeron mengernyit, Sedetik itu juga ia mengerti, dan menarik Katya, menggenggam tangannya bersama menuju parkiran sekolah.
Aeron berjalan cepat menuju mobilnya yang terparkir dihalaman sekolah, kemudian mengeluarkan kunci mobil dan menekan tombol untuk membuka kunci.
"Masuk Katya aku antar."
Tanpa diperintah lagi Katya masuk kedalam mobil Aeron dan duduk dikursi penumpang.
Dan Aeron sudah siap dikursi pengemudi dan menstater mobilnya.
"Rumah sakit mana?" Ia mulai melajukan mobilnya
"Rumah sakit International." Ucap Katya tercekat. Dadanya naik turun karena terburu-buru dan karena tegang.
Jalanan siang Jakarta lumayan macet, butuh 40menit untuknya sampai di Rumah Sakit. Aeron memvaletkan mobilnya dan masuk bersama Katya kedalam.
"Diruangan mana?" Aeron mulai bertanya sambil berjalan menuju Lift
"Lantai 4."
Tiba dilantai 4, dan mencari nomor kamarnya, tanpa harus memastikan lagi Tya sudah berada di depan ruangan Ayahnya Terlihat di depan ruangan Juna sedang menunggu di depan pintu.
"Pak Juna kenapa Ayah bisa pingsan?"
"Ah Nona Katya, Tuan sedang diperiksa didalam." Ucapnya.
"Kakak mana? Kenapa belum datang?"
"Tuan muda Kyle sedang ada rapat direksi. Ayah anda juga seharusnya menghadiri rapat. Setibanya di Jakarta, dari perjalannya ke singapura tadi pagi, pada saat akan memasuki mobil beliau oleng dan terjatuh tidak sadarkan diri."
"Tuan muda Kyle tidak mengangkat telpon saya, maka dari itu saya berinisiatif menelpon Nona Katya tadi." Ucapnya cemas.
"Tidak apa-apa Juna, terima kasih."
Katya memutar pegangan pintu dan masuk kedalam ruang rawat Ayahnya diikuti Juna dan Aeron dari belakang. Didalam sudah ada beberapa suster dan dokter yang mengelilingi ranjang Ayahnya. Memeriksa.
Ayahnya sudah sadar dan melirik padanya yang baru muncul dari pintu.
"Ayah.." ada kecemasan dan kelegaan sekaligus di nada suara Katya.
"Sayang, Ayah tidak apa-apa." Ayahnya menenangkan karena terlihat dari wajah anaknya yang sanga mencemaskannya.
Melewati suster dan Dokter disana Katya berjalan mendekati ranjang dan memeluk Ayahnya.
"Ayah membuatku khawatir." Ucapnya tergagap, serasa ingin menangis tapi ia tahan.
Didalam hatinya ia bersukur masih bisa melihat ayahnya dan memeluknya seperti sekarang.
"Tidak apa-apa, maafkan Ayah karena membuatmu khawatir nak." Ujarnya dengan usapan pelan di punggung Tya.
"Kami sudah selesai memeriksa, Kalau begitu kami permisi." Ucap dokter disana.
Robert Martin hanya mengangguk, kemudian para suster dan dokter disana keluar dari ruangan.
Pandangan Robert tertuju pada pria asing disebelah Juna.
Tanpa mengalihkan pandangannya, Robert bersuara.
"Kamu datang dengan siapa?" Katya melepaskan pelukannya dan melangkah mundur memberi jarak.
Katya lupa, karena terlalu panik ia tidak memperkenalkan Aeron pada Ayahnya.
"Tya datang bersama senior disekolah, kebetulan dia bisa mengantarkan Tya kesini." Katya melihat Aeron.
Aeron melangkah, mendekati ranjang dan mengulurkan tangannya, memperkenalkan diri pada Ayah temannya.
"Nama saya Aeron Da..."
"AERON TEMAN SEKOLAH KATYA." Suara Aeron teredam, dipotong sengaja oleh suara Kyle yang baru muncul dipintu masuk.
Robert tersenyum, melihat kedatangan anak sulungnya.
Walaupun Robert dan Katya tidak menyadari, tapi Aeron tahu bahwa Kyle menutupi dan tidak ingin ayahnya mengetahui nama belakangnya.
Aeron mengernyit.
Ada apa dengan nama belakang keluarganya? Danadyaksa.