Chereads / Dream (Bahasa Indonesia) / Chapter 3 - Part 3. Explanation

Chapter 3 - Part 3. Explanation

Martin's Family Mansion

"Kakak!!"

"Kakak!!"

"Bik, dimana kakak?"

Tya berlari masuk kedalam rumah dan berteriak memanggil kakaknya.

"Katya, aku didalam."

Tidak menunggu lama Tya berjalan cepat menuju kitchen island rumahnya karena suara kakaknya terdengar dari arah sana.

Kyle Collen Martin.

"Kakak, kapan pulang?" Tya sudah berdiri disebelah kakaknya yang masih mengenakan kemeja putih dengan dua kancing teratasnya yang dilepas dan lengan kemeja sudah dilipat sampai siku.

"Baru saja, aku kan sudah memberi pesan kalau sudah sampai rumah."

Mata Katya berbinar "kalau begitu cepat kita pergi, kakak sudah janji akan membeli kan ku tas yang aku inginkan setelah pulang dari perancis."

Tya menarik sebelah lengan Kyle. Tapi kyle menahannya dan menarik kembali tangannya.

"Kamu baru pulang sekolah, kakak habis naik pesawat perancis-indonesia, dan baru sampai dirumah sebelum kamu, kakak capek dan masih jetlag. Bisa besok kan?"

Tya menggeleng, matanya membola penuh tekad. Apapun yang dia inginkan, ya dia harus dapatkannya sekarang. Bahkan kakaknya tidak bisa melarang ataupun menolaknya.

"Sini, mana kartu kreditmu?"

Kyle menggelengkan kepala, dan memutar badannya menghadap Katya. Sehingga mereka berhadap-hadapan.

"Mau apa kamu dengan kartu kreditku?" Kyle melipat tangannya di dada sambil menaikan dagunya.

Tya bersikap yang sama dengan melipat tangannya juga.

"Tentu saja untuk memenuhi janjimu padaku, kamu tidak ingin aku sebut 'kakak ingkar janji' kan?"

"Ck..."

"Bisa saja kamu." Kyle merogoh dompetnya di saku celena dan mengeluarkan salah satu kartu kredit unlimitednya.

"Awas kamu jangan sampai membuatku bangkrut." Kyle mengacak rambut Tya dan pergi dari sana.

"Kakak mau kemana?" Tya berteriak tanpa melihat.

"Istirahat, jangan pernah masuk kekamarku dan menganggu tidur indahku dengan suara bawelmu Tya."

"Okay. Selamat tidur kakak sayang."

Deg.

Kyle berhenti berjalan, dan membalikan badannya sambil memincingkan mata." Apa yang kamu rencanakan sekarang Katya Cessa Martin?" Tanya Kyle penuh curiga.

"Apa? Tidak.. hehehe." Tya tersenyum manis, menyembunyikan maksud jahil dibalik senyumnya.

"Ah.. terserah kamulah, awas jangan membuatku bangkrut!" Ucapnya memperingatkan. Dan kembali berjalan menuju kamarnya di lantai dua.

Katya merogoh tasnya mengambil ponsel sambil berjalan menuju kamarnya.

"Hana temani aku jalan-jalan."

"Tya, aku baru sampai rumah."

"Aku jemput sekarang."

"Tunggu! Ada apa ini tiba-tiba ngajak pergi? Kamu mau mentraktirku?"

"Tenang kakakku yang akan mentraktir kita."

"Hah?! Kakakmu yang ganteng sudah pulang? Apa dia akan pergi dengan kita juga?"

"Ya enggalah, cuma kartu kreditnya yang akan ikut dengan kita." Ucapnya sumringah." Yasudah, aku sampai 1jam lagi."

"Okay.."

***

Plaza Indah Mall, Jakarta

"Katya, aku lapar, kamu sudah selesai belanja kan?"

Tya mengangguk." Kamu mau makan apa?"

"Sushi.."

"Yasudah, ditempat biasa kan? Ayo.."

Katya dan Hana duduk di sebuah restoran sushi terkenal di mall ini. Hana tidak sengaja melihat seseorang yang dia kenal.

"Tya, itu kak Aeron." Hana berbisik sambil sedikit menunjuk kearah belakang.

Tya berbalik melihat apa yang ditunjuk Hana, dan benar saja terlihat Aeron bersama seorang paruh baya, seperti ayahnya.

"Ya ampun, dia tampan sekali!" Hana mulai histeris tertahankan, karena mereka sedang berada ditempat umum. Tya mulai malas dengan ocehan Hana." Eh, Tya lihat, ayahnya pergi, dan kak Aeron ditinggal sendiri."

Tya berbalik untuk melihat, ternyata Aeron dari tempat duduknya melihat kearah Tya dan Hana. Pandangan merekapun bertemu. Aeron yang berwajah datar memperhatikan Tya dengan tatapan tajam.

Deg.

Tya kembali membalikan wajahnya, jantungnya berdebar, ada rasa malu karena terpergok memperhatikan seniornya, tapi tidak sedikit ada rasa takut dengan tatapan tajamnya.

"Ty...a, Kak Aeron berjalan kearah kita." Ucapnya takjub tidak percaya, Hana membolakan matanya mengikuti arah gerakan Aeron yang mendekati mejanya.

"Ah, jangan bohong kamu."

Tidak lama terdengar seseorang menarik kursi dan duduk di kursi sebelahnya. Tya pun menoleh dan mendapati Aeron disana. Benar kata Hana, Aeron melihat mereka dari tadi dan mendatangi meja mereka. Ah sial.

Hana hanya bisa menganga tidak percaya, senior incarannya yang terkenal tampan duduk satu meja dan mereka saling berhadapan sekarang. Hana berfikir mungkin ini mimpi. Dan menepuk nepuk pipinya berkali-kali.

"Hana, tutup mulutmu yang berliur! Kamu membuatku malu!" Bisik Tya.

Hana tersadar dan menutup mulutnya dengan tissu dengan muka merah.

"Ma.. af kak, kenapa kakak duduk disini?" Tanya Hana. Pandangannya tidak bisa teralih dari wajah tampan Aeron.

"Apa kalian keberatan aku duduk disini?" Aeron melipat tangannya dimeja. Melihat Hana dan Katya bergantian menunggu persetujuan.

Hana menggeleng, Tya hanya diam tidak tahu harus menjawab apa.

"Bagaimana denganmu Katya? Aku boleh duduk bersama kalian?" Tanya Aeron. Ada nada jahil terselip dipertanyaannya. Mana mungkin Katya menolak, Aeron kan senior mereka terlebih Hana sudah melotot memberi kode bahwa dia tidak keberatan sama sekali Aeron duduk dengan mereka disini.

"Aku tadi ditinggal orang tuaku." Ucapnya santai.

" aku tidak ingin makan sendiri kebetukan Aku melihat kalian teman satu sekolah, aku berfikir lebih baik kita makan bersama. Bagaimana?" Aeron melihat Katya, hanya melihatnya. Membuatnya gugup.

"Ah, silahkan kak. Kami senang kakak duduk bersama kami." Hana akhirnya menjawab. Aeron mengalihkan pandangannya dari Katya untuk melihat Hana sebentar.

Tya tidak bisa berkata- kata, mulutnya terlalu kaku hanya untuk sekedar menjawab. Dia hanya mengangguk sebagai persetujuan.

Tidak lama pesanan mereka datang, karena ada Aeron, rasa lapar mereka tertahankan. Hana yang berubah jaim dan dengan anggun memakan makananya, tapi didalam hati dia sangat lapar. Sedangkan Tya, rasa lapar menguap begitu saja, berganti dengan rasa gugup karena bersebelahn dengan senior yang pernah menembaknya.

Hening. Hanya terdengar suara orang direstoran.

"Kakak mengenal Katya? semenjak Tya tidak sengaja menabrak Kakak di sekolah, kakak sudah mengetahui namanya?" Tiba-tiba Hana bertanya mencairkan suasana.

Tya melotot pada Hana, membawa topik dirinya disituasi yang canggung ini.

Aeron hanya tersenyum, dan mengangguk. Anggukan Aeron membuat Tya malu, teringat kejadian lalu.

"Sepertinya kalian dekat?"

"Cukup dekat , aku meminta Katya untuk... aww..." Katya mencubit paha Aeron, refleks.

Aeron mangaduh pelan, sangat pelan, dan melihat katya dengan tatapan sedikit kesal. Serta ia mengusap-ngusap pahanya yang sakit.

"Kenapa kak?" Hana yang berhadapan dengan Tya dan Aeron tidak tahu, karena terhalang meja.

"Hana, mukamu blepotan makanan, sana bersihkan dikamar mandi." Tya berbisik mengalihkan perhatian Hana.

Hana memegang wajahnya dan berdiri pamit pergi ke kamar mandi.

Aeron masih melihat Katya setelah pengusiran secara halusnya terhadap Hana.

Tya mendelik pada Aeron," maksud kakak apa tadi? Mengatakan kejadian yang lalu pada Hana?"

"Aku tidak ada maksud apa-apa." Ucapnya santai, dan kembali memasukan sushi ke mulutnya.

Katya menghela nafas, "sebaiknya jaga mulut kakak, aku tidak ingin Hana dan orang lain tahu kakak pernah menembakku. Kita tidak pernah ada hubungan apapun. Ingat itu!"

"Kenapa? Aku memang pernah menembakmu, dan sekarang aku masih menunggu jawaban 'iya' darimu."

"Apa kakak lupa, Aku sudah menolak kakak kemarin."

"Tapi aku tidak menerima penolakan, Katya." Ujarnya datar.

Sulit berbicara dengan orang keras kepala.

"Aku tidak mau diganggu kak Aeron lagi disekolah ataupun diluar, jadi mau kakak apa sekarang?!" Tya mulai frustasi.

"Kamu menerimaku, dan kita pacaran."