Chereads / The Dark Side of Namara / Chapter 21 - Tanda Lahir Misterius

Chapter 21 - Tanda Lahir Misterius

Namara berjalan mengikuti Eros meninggalkan istana Bulan. Dia tidak tahu ke mana pria itu akan mengajaknya, yang jelas saat ini mereka sudah memasuki bangunan istana utama.

Pandangan Namara menjelajah. Dia harus memerhatikan detail bangunan dengan baik, sekaligus untuk mencari tanda-tanda di mana dapur istana berada.

Sepanjang jalan pria itu hanya diam tanpa mengatakan apa-apa. Namara pun hanya fokus dengan pengamatannya sendiri sampai akhirnya tiba di depan pintu besi yang tertutup rapat.

Eros membuka pintu tersebut dengan santai. Namara mengikuti pria itu masuk dan akhirnya melihat rak-rak buku yang besar dan sangat banyak. Itu adalah perpustakaan istana klan Sayap Hitam.

"Tutup pintunya," perintah Eros dengan suara rendah.

Tanpa banyak bertanya Namara pun langsung menutup pintu. Setelah itu dia kembali mengikuti Eros yang terus berjalan masuk lebih dalam.

Beberapa saat kemudian rak-rak buku itu sudah habis. Mereka tiba di ruangan cukup luas yang terdapat beberapa meja dan kursi.

Eros menghentikan langkahnya di depan sebuah meja yang di atasnya terdapat sebuah buku tebal. Buku itu terlihat begitu tua yang bahkan sudah dimakan rayap.

Pria itu duduk di kursi lalu menatap Namara dengan tenang. "Apa kau masih tidak akan memberi tahu tentang tanda lahir itu?"

Namara menjadi kesal sendiri mendengar pertanyaan itu. Sudah dibilang itu hanya tanda lahir biasa. Kenapa pria itu sangat sibuk memikirkan tanda lahir yang bahkan tidak dipikirkan pemiliknya?

Eros langsung menatap penuh ejekan. Melalui ekspresi Namara dia bisa melihat perasaan wanita itu. Sudah jelas Namara memang tidak mengetahui apa-apa tentang tanda lahirnya.

Dasar wanita bodoh. Bagaimana dia bisa mengabaikan hal penting yang ada di tubuhnya?

"Jika kukatakan ada yang tidak biasa dari tanda lahir itu, apa kau akan percaya?" tanya Eros.

Namara tidak langsung menjawab. Dia menghela napas panjang. "Itu akan tergantung dari bagaimana Tuan memberikan penjelasan yang masuk akal," jawabnya.

Eros mengangguk. Akhirnya dia membuka buku tebal di hadapannya pada halaman tertentu. Kemudian dia langsung menunjukkan pada Namara.

"Kau harus melihat semuanya dengan baik," ucap Eros.

Kedua mata Namara langsung menangkap rune yang tertulis di buku. Rune-rune itu jumlahnya ada begitu banyak dan masing-masing sangat rumit. Membaca sekali dua kali tidak akan membuatnya hafal.

Namun, Namara merasa ada hal yang akrab. Rasanya seperti dia pernah melihat rune-rune itu, tetapi di mana? Dia mencoba mengingat-ingat.

"Kau merasa akrab bukan?" Eros bertanya.

Namara mengangguk pelan. Setelah berpikir selama beberapa saat dia memang mulai mengerti. Ada beberapa kemiripan antara rune di buku dengan simbol tatto yang ada di bahunya.

Akan tetapi, dia tidak berani menyimpulkan jika keduanya memiliki hubungan. Pasti itu hanya kebetulan saja.

"Kau tidak bisa menipu dirimu sendiri," ucap Eros dengan tenang. "Jika beberapa rune ini disatukan maka akan membentuk tatto yang ada di bahumu."

Ini adalah pertama kalinya Namara ditempatkan dalam kebingungan di hadapan Eros. Rasanya dia tidak ingin memercayai ucapan Eros. Namun, apa yang pria itu katakan memang berpeluang pada kebenaran.

Bagaimana pria itu bisa menemukan semua ini?

Sekarang Namara mempertanyakan tanda lahirnya. Jika itu memang tanda lahir buatan, tujuannya untuk apa? Dan siapa yang membuatnya? Apa mungkin ayah dan ibunya yang sudah meninggal?

"Bisakah aku meminjam buku itu?" tanya Namara.

Pada akhirnya dia mulai ingin tahu. Dia ingin tahu tentang tanda lahirnya. Dia ingin tahu apakah Elise dan Nera yang terluka memang disebabkan oleh tanda itu.

Eros menutup buku itu rapat-rapat. Selama dua hari ini dia sudah mencari buku itu dengan susah payah.Dia tidak akan meminjamkan dengan cuma-cuma pada orang lain.

"Namara, seharusnya kau tahu ini adalah sesuatu yang menyangkut kehidupanmu."

"Apa maksudnya?" tanya Namara tidak mengerti.

"Apa kau tahu buku apa ini?" Eros balas bertanya.

Tentu saja Namara tidak tahu. Dia belum pernah melihat buku itu sebelumnya. "Aku tidak tahu."

"Ini adalah buku yang berisi sejarah-sejarah benua Saint Kingglen. Dan rune-rune itu merupakan bagian dari simbol mistik dan sihir Saint Kingglen," terang Eros.

Tatapannya kini berubah menjadi lebih tajam. "Apa kau pikir simbol-simbol penting seperti itu akan dengan asal menempel di bahumu?"

Jantung Namara berdebar-debar tidak keruan. Dia harus mengakui apa yang dikatakan Eros memang masuk akal. Pasti ada alasan atau makna tertentu di balik terbentuknya tanda lahir itu.

Tatapan tajam Eros sudah kembali melunak. Dia berkata, "Aku bisa membantumu mencari tahu."

Namara menatap Eros dengan rumit. Dari sekian juta manusia, kenapa harus pria itu yang menemukan sesuatu tentang tanda lahirnya?

Dia tidak ingin terlibat terlalu banyak dengan orang-orang klan Sayap Hitam. Jadi dia berkata, "Tidak perlu, Tuan. Cukup hanya dengan meminjamkan buku itu akan membuatku merasa sangat senang."

Tiba-tiba Eros tersenyum. Mungkin ini adalah pertama kalinya pria itu tersenyum dan Namara harus mengakui bahwa senyum itu terlihat sangat menawan.

Sayangnya senyum itu hanya bertahan sesaat sebelum akhirnya digantikan dengan cemoohan. "Kau tidak bisa meminjamnya."

Namara mengerutkan kening dalam-dalam. Secara tidak langsung Eros sedang memaksanya agar mau membiarkan pria itu ikut campur. Namun, dia yakin Eros pasti tidak akan membantu orang lain tanpa meminta imbalan.

Dasar pria licik! Klan Sayap Hitam pasti berisi orang-orang licik seperti Eros. Sangat pantas jika mereka disebut sebagai klan yang kejam.

"Tuan, tolong pikirkan baik-baik. Aku pasti akan melayani Tuan dengan baik," ucap Namara dengan suara yang lembut.

Eros menatap Namara dengan tenang. Sudut alisnya terangkat sebelah. "Melayani seperti apa yang kau maksud? Di tempat tidur? Memuaskan gairahku?"

Namara terdiam. Kemudian dia mengangguk kaku.

"Bukankah itu memang sesuatu yang harus kau lakukan? Kau pikir untuk apa kau dibawa ke istanaku?" Eros menatap Namara dengan sedikit mengejek. Bukan ini yang dia harapkan dari wanita itu.

Tenggorokan Namara terasa kering. Berbicara dengan Eros ternyata menguras energi dan kewarasannya. Pria itu cukup sulit ditebak.

"Kalau begitu apa yang Tuan inginkan?" tanya Namara.

"Aku tidak akan mengatakannya sekarang karena aku perlu melihat lebih jauh. Yang jelas itu tidak akan sesederhana memuaskanku di tempat tidur. Lebih besar daripada itu."

Namara menatap Eros tidak mengerti. Jika dia memiliki kekuatan yang tinggi maka dia hanya perlu menghajar pria itu dan buku yang dia inginkan akan jatuh ke tangannya.

Sayangnya dia sangat lemah. Jangankan menghajar Eros, berdebat secara terang-terangan saja Namara tidak bisa. Dia tidak boleh membuat pria itu marah.

Ini adalah pertaruhan tentang identitas dan balas dendam. Dia harus bisa mendapatkan keduanya. Namara harus menemukan kebenaran tentang tanda lahir, tetapi juga harus menyelesaikan misi balas dendamnya.