Chereads / Senja Di Air Terjun Tangga Raja / Chapter 3 - Bab 3 Pernah Jatuh Cinta?

Chapter 3 - Bab 3 Pernah Jatuh Cinta?

uhhuk uhuk huk... uhuk uhuk ... suara batuk itu memenuhi ruangan kamar yang megah.

"Mana... calon menantu cucu uhk kesayang uhk ..anku?" Wanita tua yang rambutnya sudah putih semua bertanya tidak sabar sambil menggenggam tangan Derry.

"Nenek harus makan dulu, setelah makan habis calon menantu rumah ini akan segera datang." Daren adik Derry yang paling kecil, masih duduk di bangku SMP membujuk nenek sambil berusaha menyuapi. Sedangkan Dedo dan Dude adik kembar Derry yang masih jelas dua SMA tanpa ekspresi memijat kaki Nenek mereka.

"Tidak, nenek tidak mau kalian tipu lagi. Nenek akan habiskan makanannya jika dia sudah masuk ke kamar ini. Kenapa kalian selalu kompak mengakali nenek yang sudah mengurus kalian selama ini. Lihatlah wajah kakak tertua kalian ini, bukankah sudah pantas menjadi seorang ayah. Apa kalian tidak ingin punya keponakan yang lucu? Alhamdulillah... batukku berkurang!"

Derry saling berpandangan dengan ke tiga adiknya, aku berdiri di tembok dekat pintu masuk kamar, tampak kehangatan keluarga, seperti nenek Derry sangat dicintai oleh ke empat cucunya. Aku sangat terharu menyaksikan kepatuhan dan cinta kasih mereka.

Saat aku menjulurkan kepalaku, ternyata bersamaan nenek melihat ke arah pintu. Derry menatapku penuh harap, mengangguk, agar aku mampu memainkan drama ini. Aku perlahan mendekati nenek, Daren, Dude dan Dedo seakan kegirangan karena akan bebas bermain sementara waktu. Mereka pelan -pelan pergi satu persatu dan disusul Derry.

"Hei..., menantuku... kemari Nak..! Kenapa berdiri di sana, tidak disangka, akhirnya cucuku Derry menepati janji." Nenek mengulurkan kedua tangannya seakan menyambut langkah kakiku yang canggung ke arahnya.

"hampir saja aku mati kelaparan akibat ulah cucu tertuaku ini. Ayo Nak.. suapkan nenek dari tanganmu..."

" Helia Nek, namanya."Derry memahami neneknya sedang mencari panggilan untuk kekasih cucunya.

"Ou.. o o o. Helia, kamu adalah matahari yang masuk ke rumah ini sayang... Nenek harap kamu bisa menghangatkan juga menceriakan semua nafas yang ada di rumah ini."

Aku mulai menguasai diri, mengambil mangkuk bubur yang diserahkan Daren sambil tersenyum hangat lalu duduk di sisi ranjang nenek. Perlahan kusuapi wanita tua yang berwajah riang, ia begitu menikmati setiap suapanku. Tangannya tak henti mengusap pipiku sambil memuji raut wajahku yang cantik.

"Cucuku pintar sekali menemukan berlian, setelah membuang perunggu." Beliau terkekeh.

'Apa yang dimaksud nenek adalah Kinan!? wanita yang menemui aku dan Derry di resto itu.'

"Nenek, ini obatnya ya?" Nenek tersenyum sambil mengangguk. Aku memberikan obat dan Nenek langsung menelannya. Lalu segelas air putih menyusul kuberikan.

"Kamu mirip sekali dengan temanku, Adibah. Teman sekolahku, yang selalu menjadi idola murid-murid laki-laki. Apakah sebelum dengan Derry kamu pernah jatuh cinta?" Nenek mencoba menelisik.

" Tidak Nek, dia sepertinya tidak pernah bergaul dengan teman laki-laki. Terbukti pertama kali kenalan dia lebih banyak diam dan sangat kaku." Derry tiba-tiba muncul. Mungkin dia dari tadi mengamati aku dan neneknya dari luar kamar.

Heh, itu karena kamu masih asing baginya. Nenek tidak percaya kamu tidak memiliki kekasih sebelum Derry. Derry... siap-siap ekstra menjaga Helia.karena bakalan banyak lelaki bersaing denganmu."

"Ah, Nenek, itu tidak mungkin! Buktinya dia selalu jomblo dari kuliah. Tanya saja ke Lia langsung." Cerocos Derry sok tau, berbeda pertama kali berjumpa, agak dewasa, hampir saja aku tidak mengenali sifatnya saat bersama Nenekny ini. Aku tidak mampu banyak bicara, karena aku takut ada kata-kata yang keceplosan. Sehingga membuat Nenek tahu kalau sebenarnya kami bukan sepasang kekasih.

"Oh iya, Derry... jangan pernah belikan Helia sesuatu hadiah yang bahannya dari benang ya! Terutama pakaian."

" Siapa juga mau mengasih hadiah kepada pesaing Nek, bukankah setelah dia hadir di rumah ini, seluruh jiwa nenek buat dia." Derry pura-pura bersungut.

"Apakah Cucu nenek yang paling tua ini selalu berlebihan?" Aku melirik Derry lalu memandang Nenek.

" Sudah-sudah... Derry... Nenek mau istirahat, ajak calon menantu rumah ini bersenang-senang, nikmati waktu kalian."

"Siap laksanakan Nenek Bos!!" Derry menggandeng tanganku setelah aku berpamitan kepada Nenek.

***

"Aku tidak melihat ke dua orang tuamu." Aku memulai pembicaraan setelah kami lama berdiam diri. Di sepanjang perjalanan.

"Mereka terlalu sibuk dengan bisnis mereka di Dubai." Ada kesedihan di wajah Derry. " Oh ya, kita mau kemana ini? Apa ke taman? Sepertinya ada Bazar malam ini." Derry bicara dengan tetap fokus mengemudi, sebab jalanan cukup ramai.

"Sebaiknya aku pulang saja, aku tidak enak dengan orang di rumah. Bibi berpesan agar aku cepat pulang."

Derry menghembuskan nafas panjang. Ia tidak rela harus secepat ini mengantar pulang."Kenapa Bibimu terkesan posesif kepadamu, sementara dia tampak begitu membebaskan putrinya sendiri."

"Kamu tahu kalau Bibiku punya anak perempuan?" Aku berpikir keras bagaimana Derry yang hanya baru dua kali ke rumah tahu semua isi rumah Bibiku.

"Ya... waktu kamu ganti pakaian, dia dengan lancar mempromosikan putri kebanggaannya. Ya, dari cara bicaranya itu aku menangkap kesan seperti itu."

"Bibi bicara apa saja?"

"Sudah, gak penting bahas itu. sekarang kita mau kemana? Jangan buru-buru pulang.

Bagaimana ke wisata danau? Kabarnya ada pesta kembang api."

"Baiklah...,tapi jangan lama-lama ya!"

"Siap... paling sampai besok pagi. hahaha..."

Aku merengut dan hampir membatalkan ajakannya.

"Hanya makan malam di rumah apung kok. Uda itu kita pulang. Stop rasa takut telat pulang..., nikmati saja jika Bibi ngomel. Anggap aja, sedang dengerin musik."

Derry langsung menyetel musik, terdengar lagu melow mengalun-alun di ruangan mobil.

"Apa tidak ada lagu yang lebih sedih dari ini? Lagu kematian gitu?" aku menyindir Derry yang sangat menikmati lagu yang sedang ia putar.

Tiba di danau aku sangat takjub, lampu kelap-kelip berwarna-warni menghiasi pohon-pohon besar di sekeliling danau. belum lagi kembang Api yang melesat dari tengah danau tanpa jeda dan selalu melukiskan percikan indah di permukaannya.

Derry dengan penuh perhatian membimbingku berjalan di jembatan yang menghubungkan tepi danau dengan rumah apung.

"Bagaimana? Indahkan? selain itu, Nila bakar di sini juga terkenal paling enak. Gurame saus asam pedasnya paling gurih." celoteh Derry ketika kami sudah duduk di rumah apung, temaram Lilin, dan perabot rumah apung yang terkesan klasik membuat suasana sangat romantis. Aku baru tahu di kota R ada tempat se- menawan ini. Meski sering lewat menuju kantor tempatku bekerja.

"Baiklah... Aku sudah menyiapkan banyak ruang kosong di perutku." Derry hanya nyengir mendengarnya.

Tidak lama kemudian pramusaji menghidangkan beberapa menu andalan yang sudah Derry pesan.

"Helia! Mengenai perkataan Nenek, aku jadi penasaran. Apakah sudah pernah punya pacar?"

aku membulatkan mataku menatap pria yang wataknya berubah-ubah, terkadang terkesan sangat dewasa, dan hari ini aku melihatnya lebih ke pria yang kekanak-kanakan. "Bukankah kamu sudah tau jawabannya. Aku saja hampir takjub karena kamu bisa menebak dengan tepat"

"Jadi benaran? Tidak ada seorang pun yang menyatakan cinta padamu?"

"Banyak." jawabku singkat

Deri mengerutkan keningnya. "sudah kutebak, pasti kamu menolak, ya kan?"

"Ya mau gimana lagi, waktu itu tidak memungkinkan buat bersenang-senang. Aku tidak ingin mengecewakan orang tua yang berharap penuh dengan pendidikkanku."

"Apakah aku juga akan bernasib sama dengan laki-laki yang pernah menyatakan usia hatinya? Sepertinya aku harus menyiapkan mental untuk menerima penolakanmu suatu hari nanti." Derry tampak sumringah menggodaku.

Usai bersantap, kami memutuskan untuk pulang. Derry ke kasir dan aku berjalan menuju mobil duluan, Derry menenteng dua kemasan plastik, "Semoga orang Bibi bisa di sogok dengan gurame saos tiram ini ya... dan tidak mengomeli kamu."

" Biasanya tidak ngefek, soalnya aku tau pasti gimana sifat Bibi. Tapi usahamu boleh juga, siapa tau hari ini berbeda."

"Ya ya, namanya juga usaha..., hehehe"