Jujur, saat ini hatiku sangat berdebar-debar. Pikiran nakalku mulai muncul disisi gelap kepalaku. Aku tak dapat memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Aku takut sifat buasku akan mengalahkan diriku, menghilangkan kuasaku atas diriku yang akan dipenuhi dengan nafsu. Aku juga manusia biasa seperti yang lainnya, mempunyai gairah dan hawa nafsu yang membara.
Pak Nando membuka pintu kamarnya, seketika bau harum tercium di hidungku.
"Lavender? Pak Nando pakai aromaterapi lavender?" tanyaku.
"Wah...hidungmu benar-benar tajam ya!" kagum Pak Nando. "Iya, ini aromaterapi lavender."
Kami masuk ke dalam kamar Pak Nando.
"Apa Pak Nando sulit untuk tidur?" tanyaku penasaran.
Aku berpikir, orang yang sulit untuk tidur biasanya memang menggunakan aromaterapi untuk lebih rileks saat tidur. Beberapa kali juga aku melihat dia terbangun kaget dari tidurnya saat dia beristirahat di ruang kantornya. Pada saat itu, yang terlintas di kepala ku yaitu kalau dia sedang mimpi buruk atau semacamnya.
"Apa memang Pak Nando sering bermimpi buruk?" batinku.
"Tidak terlalu sering." jawabnya singkat.
Dari sorot matanya, aku dapat melihat bahwa Pak Nando sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu.
"Ayo masuk!" ajaknya.
"Iya Pak." jawabku.
Dari pintu kamar, di depan ada sebuah Sofa yang menghadap ke arah televisi yang terpasang di dinding..
"Duduk saja dulu di sofa! Biar aku ambilkan handuk dan pakaian ganti dulu. Nanti kamar mandinya ada disebelah situ." kata Pak Nando sambil menunjuk pintu di pojok sebelah televisi. "Kamu mau pakai baju apa kaos? Dan untuk bawahannya pakai apa?" tanya Pak Nando.
"Kaos saja pak. Kalau bawahannya, apa saya boleh pinjam ce-celana boxernya Pak Nando?" tanyaku dengan nada sedikit malu.
"Tentu saja boleh. Tunggu disini sebentar ya! Akan aku ambilkan handuk, kaos dan boxer yang kamu minta." kata Pak Nando.
"Baik, pak." jawabku.
Aku melihat Pak Nando menuju ke samping tempat tidurnya. Pak Nando membuka pintu sebuah ruangan, yang dari awal aku kira itu hanya sebuah dinding.
Aku berdiri dan meletakkan tasku di atas sofa. Tidak lama setelah itu aku melihat Pak Nando keluar dari ruangan itu dengan membawa handuk dan kaos ditangannya.
"Waah... ternyata itu ruangan tempat menyimpan pakaian dan ruang ganti Pak Nando. Keren banget kamar Pak Nando. Seperti yang ada di film-film Korea." batinku takjub.
Pak Nando menghampiriku yang masih berdiri. Dia menyerahkan kepadaku handuk putih, kaos berwarna abu-abu, dan celana boxer berwarna hitam polos yang ia bawa.
"Nih...handuk, boxer dan kaos yang kamu minta. Mungkin kaosku nanti akan sedikit kebesaran saat kamu pakai. Apa tidak apa-apa?" tanya Pak Nando.
"Tidak apa-apa kok pak. Tenang saja pak, saya bukan tipe orang yang terlalu memilih. Terimakasih pak, sudah dipinjami pakaian. Kalau begitu saya permisi mandi dulu ya pak!" kataku.
"Iya, silahkan!" jawab Pak Nando. "Nanti pakaian kotormu taruh saja di keranjang pakaian dekat pintu. Biar besok pagi Mbak Mina yang mencucikan pakaianmu." tambahnya.
"Baik, pak!" jawabku.
Aku berjalan menuju kamar mandi dan membuka pintu. Dan benar saja, ada keranjang untuk pakaian kotor dekat pintu dan di depan wastafel. Aku menutup pintu, dan aku tanggalkan semua pakaianku.
*****
Sesudah mandi dan keluar dari kamar mandi, aku melihat ke seluruh ruangan yang kosong. Hanya televisi yang menyala tanpa ada yang melihatnya.
"Pak Nando pergi kemana ya?" gumamku.
Aku berdiri di samping sofa dan melihat televisi yang menyala. Kebiasaanku keluar setelah mandi, hanya memakai boxer dan mengerudungkan handuk diatas rambutku. Kaos yang semula aku sampirkan diatas bahuku, aku taruh di atas sofa.
Aku fokus melihat televisi sambil bertelanjang dada. Rambutku yang basah, aku keringkan dengan handuk yang sudah diatas kepalaku. Aku gosok-gosokkan handuk pada rambutku yang basah. Berselang beberapa lama, aku turunkan dan aku gantungkan handuk di leherku.
Tiba-tiba aku merasakan ada sebuah tangan memegang pinggangku yang tanpa busana dari belakang. Hembusan nafas yang hangat menyentuh bagian belakang telingaku.
"Lama banget kamu mandinya, seperti cewek saja."
Suara itu tepat berada di belakang telingaku. Aku yang sedang fokus melihat televisi, tentu saja aku langsung kaget dan terkesiap mendengar suara itu. Ditambah lagi sentuhan halus di pinggangku yang tanpa sehelai kain pun. Sontak rasa merinding dan bulu kudukku langsung berdiri.
Karena rasa kaget, aku langsung menolehkan kepalaku kearah samping. Wajah Pak Nando yang saat ini tepat di hadapanku, dengan mata kami yang saling bertemu dan ujung hidung kami saling menyentuh. Bibirku dapat merasakan hembusan nafas hangat yang keluar dari hidung Pak Nando. Hampir saja bibirku dan bibirnya bersentuhan, hanya ada jarak sedikit diantara bibir kami.
"Masyaallah...! Pak Nando mengagetkanku saja." kataku kaget sambil memundurkan badanku.
Tapi tangan Pak Nando yang sedang berada di pinggangku, menahan badanku untuk membuat jarak. Jadi hanya kepalaku saja yang dapat mundur, sehingga membuat jarak diantara wajah kami.
"Hahaha... Maaf kalau aku mengagetkanmu. Aku hanya ingin menggodamu saja." kata Pak Nando.
Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Pak Nando, seketika itu pipiku terasa sangat hangat.
"Apa yang Pak Nando bilang tadi? Menggodaku?" batinku yang penuh dengan rasa suka cita.
Aku hanya terdiam dan mematung memandangi wajahnya dengan wajahku yang memerah sekarang. Aku melihat bola matanya menyusuri ke bawah, ke arah badanku yang tanpa mengenakan sehelai kain pun.
"Badan kamu cukup bagus, berdada bidang meskipun dadamu tidak begitu besar. Apa kamu sering berolahraga?" tanya Pak Nando dengan tatapan yang semula tertuju ke badanku, kini mata kita saling bertemu.
"Mmm... Ti-tidak pak. S-saya tidak sering berolahraga." jawabku dengan terbata-bata.
Jantungku berdegup kencang tak beraturan. Keadaan ini membuatku takut jikalau Pak Nando dapat mendengar suara detak jantung ku yang berbunyi keras.
"Hmm.. Kirain kamu rajin berolah raga." kata Pak Nando.
Sekali lagi aku melihat bola matanya bergerak kebawah menelusuri setiap permukaan tubuhku. Tangan kanannya mulai bergerak. Dia tempelkan telapak tangan kanannya di atas perutku yang rata dan datar.
"Andai kamu banyak berolahraga, pasti perutmu akan kebentuk sixpacknya. Kalau kamu bertelanjang seperti ini, pasti banyak wanita yang akan terpana melihat bentuk tubuhmu." jelas Pak Nando.
Aku hanya terdiam tak bisa berkata-kata.
Tangan Pak Nando sedikit meremas-remas perutku. Kemudian tangannya mengelus halus kebawah. Salah satu jarinya terperosok masuk kedalam lubang pusarku. Tidak sampai di situ, kini jarinya mengelus rambut halus dibawah pusarku dengan lembut.
Sontak saja, tubuhku menggelinjang merasa geli.
"Ahhh... pakk! Geli pak!" kataku sambil menghentikan tangan Pak Nando dengan tanganku. Tangan kami bersentuhan.
Aku melihat wajah Pak Nando sedikit kaget. Sepertinya dia mulai tersadar dari apa yang barusan dia perbuat padaku.
"Ah.. Ma-maaf..maaf! Aku tidak sengaja!" kata Pak Nando.
"I-iya pak, tidak apa-apa." balasku.
Tangan kanan Pak Nando melepaskan diri dari genggamanku.
"Mmmh...sudah cukup untuk menggodamu. Lihat wajahmu sekarang! Seperti udang rebus yang memerah." kata Pak Nando sambil tertawa.
Aku langsung menempelkan kedua tanganku di atas pipiku. Aku lakukan untuk mendinginkan pipiku yang terasa panas.
Melihat aku yang menepuk pipiku, Pak Nando tersenyum merekah.
"Lucunya menggodamu seperti ini." ucap Pak Nando sambil tersenyum. "Sudah puas aku menggodamu. Aku mandi dulu ya?" tambahnya.
Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku.
Pak Nando membantuku berdiri tegap. Aku merasakan tangan Pak Nando membelai tiap lekuk pinggangku, sampai tangannya terlepas dari sisi pinggangku yang lain.
Pak Nando berlalu pergi masuk ke kamar mandi.
Aku duduk di sofa dengan tertunduk. Aku menutupi wajahku dengan kedua tanganku karena merasa malu dengan apa yang terjadi barusan.
.
.
.
*****