Chereads / Nikah Siri / Chapter 42 - Bab 40~Rasulullah bersama Khadijah

Chapter 42 - Bab 40~Rasulullah bersama Khadijah

Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abil Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadl bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas 'Alaihi Sallam bin Mudlar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin Hamaisa' bin Salaman bin 'Awash bin Bawash bin Qamwal bin Ubay bin 'Awam bin Nasyid bin Hiza bin Buldas bin Yadlav bin Thabakh bin Jahim bin Nahisy bin Makha bin 'Aidl bin 'Abqar bin Ubaid bin Addi'a bin Hamdan bin Sanbar bin Yatsraba bin Yahzan bin Yalhan bin Ar'awa bin 'Aidl bin Disyan bin 'Aishar bin Afnad bin Ayham bin Maqshar bin Nahits bin Zarah bin Sama bin Maza bin 'Audlah bin 'Aram bin Qaidar bin Ismail 'alaihissalam (AS) bin Ibrahim 'alaihissalam (AS) bin Tarakh bin Nahur bun Saru' bin Ra'u bin Falakh bin 'Abar bin Syalakh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh 'alaihissalam (AS) bin Lamuk bin Matusyalkha bin Akhnukh bin Yard bin Mahlaail bin Qinan bin Ainusy bin Syits bin Adam 'alaihissalam (AS).

Nah sesuai janji per20 BAB selalu ada bonus untuk bacaan, semoga bermanfaat ya reader... Kita bahas tentang masa kecil Rasulullah SAW, hingga beliau bertemu dengan Saidatina Khadijah

Muhammad kecil bin Abdullah lahir lahir di tanah Mekkah dari kaum Qurais ternama bernazab mulia. Laki-laki yang dijuluki Al-Amin (dapat dipercaya) itu lahir di Mekkah, pada 571 M-sekitar 1446 tahun yang lalu lahir pada tahun Gajah, ketika pasukan gajah yang di pimpin oleh Abrahah hendak menghancurkan Kabah lantas Allah menunjukan kuasanya dengan mengirim burung Ababil yang membawa batu-batu dari neraka untuk membinasakan Abrahah bersama bala tentaranya. Abrahah, menyerang Mekkah dengan pasukan gajah. Peristiwa tersebut diabadikan dalam Al-Quran surah Al-Fil.

Muhammad kecil lahir sebagai yatim, ayah beliau meninggal dunia ketika Rasulullah masih dalam kandungan. Terlahir dari seorang ibunda dari suku Qura'is bernama Aminah binti Wahab. Muhammad kecil lahir dari rahim seorang wanita yang mulia yang terjaga dari tindakan syirik kepada Allah SWT. Sesuai adat yang ada Muhammad kecil disusui oleh wanita bernama Halimah binti Abi Dzu'aib dari suku Sa'ad bin Bakar, yang kemudian lebih di kenal dengan panggilan Halimah as-Sa'diyah.

Ketika hidup bersama Halimah di lembah Bani Sa'ad 5 tahun pertama Rasulullah mengalami peristiwa Syaqqus Sadar atau peristiwa pembelahan dada Rasulullah SAW. Ketika Malaikat Jibril datang atas perintah Allah SWT mendatangi Muhammad kecil yang sedang bermain bersama teman-temannya dan membaringkan Muhammad kecil lalu membelah dadanya dan hatinya di ambil selanjutnya dikeluarkan segumpal darah darinya, seraya berkata: "Inilah bagian setan yang ada padamu." Kemudian hati tersebut dicuci di bejana emas dengan air Zam-Zam, setelah itu dikembalikan ke tempat semula. Halimah yang berlari mencari Muhammad kecil setelah didatangi oleh teman-teman Muhammad yang berkata "ibu Halimah, ibu Halimah, Muhammad dibunuh-Muhammad dibunuh" Halimah pun ketakutan ia mendatangi Muhammad kecil dilihatnya Muhammad kecil wajahnya pucat pasi, di lihat dadanya utuh seperti sedia kala, namun bercahaya. Halimah yang khawatir dengan keadaan Rasulullah akhirnya mengembalikan Muhammad kecil ke Mekkah kerumah ibunda nya Aminah.

Setelah beberapa lama tingal bersama ibunya, pada usia 6 tahun, sang ibu mengajaknya berziarah ke makam suaminya di Yatsrib. Maka berangkatlah mereka keluar dari kota Mekkah, menempuh perjalanan sepanjang 500 km, di temani oleh Ummu Aiman dan di biayai oleh Abdul Mutthalib. Di tempat tujuan, mereka menetap sebulan.

Setelah itu mereka kembali ke Mekkah. Namun di tengah perjalanan, ibunya menderita sakit dan akhirnya meninggal di perkampungan Abwa' yang terletak antara kota Mekkah dan Madinah.

Muhammad kecil dibawah asuhan sang kakek. Abdul Mutholib, merupakan sang kakek dari jalur ayah. Abdul Mutholib merupakan orang yang terpandang di suku nya. Ia lah yang memberi nama Muhammad. Taukah kita jika Abdul Mutholib dulu pernah bernazar kepada Allah SWT untuk di beri kan anak yang banyak, maka ia akan memberikan anaknya untuk di sembelih di berikan kepada Allah, dan anak tersebut ialah putra tercintanya Abdulah ayahanda dari Rasulullah SAW, sedari kecil Abdullah menjadi kesayangan banyak orang, hingga ketika remaja beliau hendak di qurban kan untuk menepati janji atau nazar yang dibuat oleh sang ayah. Abdulah ikhlas dan ridho dan ma shaa Allah, karena sangat banyak yang mencintai Abdullah Allah pun menunjukan kekuasaannya dengan menggantikan nyawa Abdullah dengan 100 ekor unta merah. Peristiwa ini sering disebut penebusan 100 ekor unta untuk nyawa Abdullah.

Sang kakek sangat iba terhadap cucunya yang sudah menjadi yatim piatu diusianya yang masih dini. Maka dibawalah sang cucu ke rumahnya, diasuh dan dikasihi melebihi anak-anaknya sendiri. 2 tahun berselang tepat usia Muhammad kecil berusia 8 tahun sang kakek pun meninggal dunia. Namun sebelum wafat beliau berpesan agar cucunya tersebut dirawat oleh paman dari pihak bapaknya; Abu Thalib.

Abu Thalib adalah anak dari Abdul Mutholib beliau saudara kandung dari ayah Rasulullah yakni Abdulah. Abu Mutholib menganut ajaran yang Berbeda dengan agama yang Rasulullah ajarkan. Namun cinta kasih sang paman yang sangat besar untuk anak saudaranya tersebut sangat lah besar. Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam berada dalam asuhan pamannya yang sangat mencintainya.

Abu Thalib merawatnya bersama anak-anaknya yang lain, bahkan lebih disayangi dan dimuliakan. Begitu seterusnya Abu Thalibb selalu di sisi Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam, merawatnya, melindungi dan membelanya, bahkan hingga beliau di angkat menjadi Rasul. Hal tersebut berlangsung tidak kurang selama 40 tahun. Hingga sang paman meninggal dunia. Meninggalnya Abu Thalib yang tidak berselang lama setelah meninggalnya istri pertama Rasulullah SAW yakni Sayyidah Khadijah R.A menjadikan kesedihan Rasulullah semakin dalam, terlebih sang paman meninggal dalam keadaan belum memeluk agama islam. Kesedihan tersebut sering disebut tahun duka cita atau amul huzni.

Nah reader kita baca kisah Rasulullah SAW dengan istri beliau Sayyidah Khadijah

1. Siti Khadijah binti Khuwailid al-Asadiah

Khadijah binti Khuwailid merupakan seorang wanita berakhlak mulia, seorang saudagar kaya raya. Khadijah terlahir dari suku Banu Hashim. Khadijah anak dari  Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah.  Khadijah lahir di Mekah.

Sebelum menjadi istri dari Rasulullah SAW, Khadijah sudah pernah menikah sebelumnya sebanyak 2x dan memiliki anak dari pernikahan sebelumnya. Sebelum menikah dengan baginda, beliau pernah menjadi isteri dari Atiq bin Abid dan Abi Halah bin Malik dan telah mempunyai empat anak, dua dengan suaminya yang bernama Atiq, yaitu Abdullah dan Jariyah, dan dua dengan suaminya Abu Halah yaitu Hindun dan Zainab.

Beliau menikah dengan Rasulullah SAW ketika usia beliau 40 tahun, dan usia Rasulullah 25 Tahun.  Beliau merupakan isteri Nabi Muhammad S.A.W yang pertama, yang tidak pernah di madu, karena semua istri Rasulullah S.A.W pernah dimadu. Di samping itu, semua anak baginda kecuali Ibrahim lahir dari rahim Sayyidah Khadijah. Nabi Muhammad S.A.W dari pernikahannya dengan Khadijah memiliki dua anak laki-laki bernama Qasim dan Abdullah dan anak perempuan bernama Sayyidah Fatimah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum. Khadijah meninggal di Mekkah tiga tahun sebelum Hijrah pada usia 65 tahun. Nabi S.A.W menguburkan tubuh Khadijah di pemakaman al-Ma'la.

~Awal pengenalan Rasulullah dengan Sayyidah Khadijah

Mulanya perkenalan Muhammad SAW dengan Khadijah melalui dunia perniagaan/perdagangan. Khadijah memang dikenal sebagai saudagar yang sukses dan kaya raya. Beliau  biasa membiayai suatu kafilah dagang dari Mekkah ke Syam (Suriah) dan membagi hasil atau keuntungan dengan mitranya. Suatu ketika, Muhammad SAW menjalin kerja sama dalam usaha dagang Sayyidah Khadijah. Sosok berjulukan al-Amin ('yang dapat dipercaya') itu membawa dagangan Khadijah ke Jursyi, suatu daerah dekat Khamisy Masyit. Begitu pula dengan wilayah-wilayah lain di luar Mekkah. Dalam menjalankan bisnis ini, Muhammad SAW ditemani oleh Maisarah, seorang budak milik Khadijah. Maisarah selalu takjub. Sebab, perniagaan yang dijalankan Muhammad SAW selalu mendapatkan untung.

Setelah kembali dari perjalanan dagang tersebut, Maisarah pun menuturkan kesaksiannya mengenai Muhammad SAW kepada majikannya itu. Khadijah sangat terkesan. Ia merasa, semua perilaku akhlak Muhammad SAW tidak hanya hebat sebagai seorang mitra dagang, tetapi bahkan sebagai pribadi manusia. Alhasil, Khadijah kian merasa tertarik kepada beliau. Setelah tiba saatnya, Khadijah pun melamar Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam hal ini, perempuan itu mengutus seorang sahabatnya, Nafisah binti Ummayyah, yang juga masih berkerabat dengan Muhammad SAW. Muhammad SAW pun menerima tawaran Nafisah untuk menikahi Khadijah. Rencana pernikahan pun dimatangkan. Muhammad SAW kemudian menyampaikan kabar gembira ini kepada paman-pamannya. Hamzah bin Abdul Muthalib, salah seorang paman beliau, lantas mendatangi rumah Khuwailid bin Asad bersama Muhammad SAW untuk melamar Khadijah. Rasulullah menikahi Khadijah dengan Mas kahwin  sebanyak 20 "bakrah" dan upacara perkahwinan diadakan oleh saudaranya Amr bin Khuwailid kerana bapanya telah meninggal.

~Putra-Putri Rasulullah SAW

Pernikahan beliau bersama Khadijah RA beliau memiliki anak 6 orang yang bernama,

1. Al-Qasim bin Muhammad

2. Abdullah bin Muhammad

3. Zainab binti Muhammad

4. Ruqaiyah binti Muhammad

5. Ummu Kalthsum binti Muhammad

6. Fatimah binti Muhammad

Adapun anak beliau bersama salah satu budak atau hamba sahaya bernama Mariah Al-Qibtiyyah. Hamba ini dihadiahkan kepada Nabi SAW oleh Muqawqis (Pemerintah Mesir).

7.Ibrahim bin Muhammad .

Ketiga anak laki-laki Nabi Muhammad SAW, telah meninggal dunia ketika masih kecil. Sementara ke-4 putri Rasulullah SAW yakni,

Zainab menikah dengan sepupunya (anak saudara Khadijah) Abu al-'As bin ar-Rabi'.

Ruqayyah menikah dengan Saidina Usthman bin Affan.

Selepas kematian Ruqayyah, Usthman menikahi pula Ummu Kalthum.

Fatimah binti Muhammad menikah dengan Ali bin Abu Thalib.

~Keistimewaan Khadijah

Saidatina Khadijah adalah seorang yang berfikiran tajam, sabar dan berpandangan jauh. Lebih daripada itu, Khadijah adalah seorang isteri yang benar-benar memahami keadaan suaminya. Ini terbukti ketika  pertama kali baginda menerima wahyu. Saat itu Rasulullah sedang menyendiri selama beberapa hari di gua Hira, dan saat itu beliau di datangi oleh malaikat Jibril, beliau dilantik menjadi utusan Allah. Baginda Nabi SAW yang berada dalam keadaan ketakutan dan gemetar ditenangkan oleh Saidatina Khadijah, beliau berkata,

"Demi Allah, Allah tidak akan menyusahkan dirimu selama-lamanya. Bergembira dan teguhkanlah hatimu. Sesungguhnya engkau seorang yang suka menyambung tali persaudaraan, suka menanggung beban orang (yang kurang bernasib baik), menghormati tamu, memberikan sesuatu kepada orang yang tidak mampu, bercakap benar dan memberikan bantuan kepada mereka yang ditimpa bencana".

Kata-kata lemah lembut dan manis inilah yang membuatkan hati Baginda tenang. Khadijahlah yang menenangkan hati baginda dan kemudian mempertemukan baginda dengan sepupunya Waraqah bin Naufal yang mengatakan bahwa baginda adalah seorang Nabi.

Dalam perjuangan baginda menegakkan agama Islam, Khadijahlah orang yang paling banyak berkorban, harta dan tenaga dalam melindungi baginda yang disakiti oleh kaum Quraisy.

Isteri setia sanggup berkorban mendukung perjuangan Rasulullah S.A.W.

Ummul Mukminin Saidatina Khadijah Khuwailid adalah contoh terbaik ibu mithali yang mempunyai sifat seperti cantik, kaya, cerdas, dermawan dan berketurunan mulia.

Ummul Mukminin ini penyokong kuat Rasulullah SAW dalam menggerakkan usaha dakwah. Beliau pembela paling setia dan sanggup mengorbankan seluruh jiwa raga, harta dan perasaannya demi kejayaan perjuangan Rasulullah SAW.

Wanita yang diberi gelaran Ummul Mukminin (Ibu bagi mukmin) adalah seorang yang hebat untuk dijadikan Ibu Mithali bagi setiap individu Muslim. Mendukung perjuangan suaminya Rasulullah SAW dengan semangat dan jiwa seorang pejuang, berpaksikan kepada kekuatan iman. Walaupun secara fizikalnya, Saidatina Khadijah tidak mengalami gangguan dan ancaman kaum Musyrikin, tetapi sebagai seorang wanita, beliau turut merasakan penderitaan dan kesedihan jika suaminya menerima tentangan dahsyat dalam menyebarkan dakwah Islam.

Menghadapi saat suka duka dan susah senang bersama Rasulullah SAW. Perkara ini dapat disaksikan dalam peristiwa blokade yang dilakukan oleh kafir Musyrikin terhadap Bani Hasyim dan Bani Mutalib selama tiga tahun. Beliau sanggup meninggalkan segala kemewahan demi keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sejuta jasa ditaburnya untuk memberikan perlindungan dan pembelaan kepada suaminya dalam melaksanakan tugas kerasulannya.

"Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia, yang beriman kepadaku saat semua orang ingkar, yang percaya kepadaku ketika semua mendustakan, yang mengorbankan semua hartanya saat semua berusaha mempertahankannya dan … darinyalah aku mendapatkan keturunan."

Begitulah Rasulullah saw berkata tentang kepribadian Khadijjah, istrinya.

Sepanjang hidupnya bersama Rasulullah SAW, Khadijah begitu setia menyertai baginda dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira, beliau pasti menyiapkan semua bekalan dan keperluannya. Seandainya Rasulullah SAW agak lama tidak pulang, beliau akan meninjau untuk memastikan keselamatan baginda. Sekiranya baginda khusyu bermunajat, beliau tinggal di rumah dengan sabar sehingga baginda pulang. Apabila suaminya mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, beliau coba sekuat mungkin untuk menentramkan dan menghibur Rasulullah SAW, sehingga suaminya benar-benar merasa tenang. Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Malah dalam banyak kegiatan peribadatan Rasulullah SAW, Khadijah pasti bersama dan membantu baginda seperti menyediakan air untuk mengambil wuduk. Kecintaan Khadijah bukanlah sekadar kecintaan kepada suami, sebaliknya yang jelas adalah berlandaskan keyakinan yang kuat tentang keesaan Allah SWT. Segala pengorbanan untuk suaminya adalah ikhlas untuk mencari keridhoan Allah SWT. Allah Maha Adil dalam memberi rahmat-Nya. Setiap amalan yang dilaksanakan dengan penuh keikhlasan pasti mendapat ganjaran yang berkekalan.

Firman Allah:

Barang siapa yang mengerjakan amalan saleh, baik lelaki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl: 97)

Janji Allah itu pasti benar. Kesan kesetiaan Khadijah bukan sekadar menghasilkan kekuatan yang mendorong kegigihan dan perjuangan Rasulullah SAW, malah membawa berkah yang besar kepada rumah tangga mereka berdua. Anak-anak yang lahir juga adalah anak-anak yang saleh. Keturunan zuriat ahlul-bait Rasulullah SAW merupakan insan yang sentiasa taat melaksanakan perintah Allah SWT.

~Khadijah dengan Islam

Adapun Khadijah adalah seorang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan yang pertama kali masuk Islam. Beliau adalah seorang istri Nabi yang mencintai suaminya dan juga beriman, berdiri mendampingi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang dicintainya untuk menolong, menguatkan dan membantunya serta menolong beliau dalam menghadapi kerasnya gangguan dan ancaman sehingga dengan hal itulah Allah meringankan beban Nabi-Nya. Tidaklah beliau mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, baik penolakan maupun pendustaan yang menyedihkan beliau Shallallahu 'alaihi wasallam kecuali Allah melapangkannya melalui istrinya bila beliau kembali ke rumahnya. Beliau (Khadijah) meneguhkan pendiriannya, menghiburnya, membenarkannya dan mengingatkan tidak berartinya celaan manusia pada beliau Shallallahu 'alaihi wasallam. Dan ayat-ayat Al-Qur'an juga mengikuti (meneguhkan Rasulullah), Firman-Nya:

"Hai orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Rabb-Mu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (belasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabb-Mu, bersabarlah!"(Al-Muddatstsir:1-7).

Sehingga sejak saat itu Rasulullah yang mulia memulai lembaran hidup baru yang penuh barakah dan bersusah payah. Beliau katakan kepada sang istri yang beriman bahwa masa untuk tidur dan bersenang-senang sudah habis. 

Allah memilih kedua putranya yang pertama Abdullah dan al-Qasim untuk menghadap Allah tatkala keduanya masih kanak-kanak, sedangkan Khadijah tetap bersabar. Beliau juga melihat dengan mata kepalanya bagaimana syahidah pertama dalam Islam yang bernama Sumayyah tatkala menghadapi sakaratul maut karena siksaan para thaghut hingga jiwanya menghadap sang pencipta dengan penuh kemuliaan.

Beliau juga harus berpisah dengan putri dan buah hatinya yang bernama Ruqayyah istri dari Utsman bin Affan radhiallâhu 'anhu karena putrinya hijrah ke negeri Habsyah untuk menyelamatkan diennya dari gangguan orang-orang musyrik. Beliau saksikan dari waktu ke waktu yang penuh dengan kejadian besar dan permusuhan. Akan tetapi tidak ada kata putus asa bagi seorang Mujahidah. Beliau laksanakan setiap saat apa yang difirmankan Allah Ta'ala :

"Kamu sungguh-sungguh akan duji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberikan kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, ganguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang di utamakan ". (Ali Imran:186).

Sebelumnya, beliau juga telah menyaksikan seluruh kejadian yang menimpa suaminya al-Amin ash-Shiddiq yang mana beliau berdakwah di jalan Allah, namun beliau menghadapi segala musibah dengan kesabaran. Semakin bertambah berat ujian semakin bertambahlah kesabaran dan kekuatannya. Beliau campakkan seluruh bujukan kesanangan dunia yang menipu yang hendak ditawarkan dengan aqidahnya.

Dan pada saat-saat itu beliau bersumpah dengan sumpah yang menunjukkan keteguhan dalam memantapkan kebenaran yang belum pernah dikenal orang sebelumnya dan tidak bergeming dari prinsipnya walau selangkah semut. Beliau bersabda: "Demi Allah wahai paman! seandainya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan dakwah ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenannya".

Begitulah Sayyidah mujahidah tersebut telah mengambil suaminya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai contoh yang paling agung dan tanda yang paling nyata tentang keteguhan diatas iman.

Oleh karena itu, kita mendapatkan tatkala orang-orang Quraisy mengumumkan pemboikotan mereka terhadap kaum muslimin untuk menekan dalam bidang politik, ekonomi dan kemasyarakatan dan mereka tulis naskah pemboikotan tersebut kemudian mereka tempel pada dinding ka'bah; Khadijah tidak ragu untuk bergabung dengan kaum muslimin bersama kaum Abu Thalib dan beliau tinggalkan kampung halamannya untuk menempa kesabaran selama tiga tahun bersama Rasul dan orang-orang yang menyertai beliau menghadapi beratnya pemboikotan yang penuh dengan kesusahan dan menghadapi kesewenang-wenangan para penyembah berhala.

Hingga berakhirlah pemboikotan yang telah beliau hadapi dengan iman, tulus dan tekad baja tak kenal lelah. Sungguh Sayyidah Khadijah telah mencurahkan segala kemampuannya untuk menghadapi ujian tersebut di usia 65 tahun.

~Wafatnya Saidatina Khadijah

Selang enam bulan setelah berakhirnya pemboikotan itu wafatlah Abu Thalib, kemudian menyusul seorang mujahidah yang sabar -semoga Allah meridhai beliau- tiga tahun sebelum hijrah.

Di dalam melalui saat-saat sakarat ditemani suami tercinta, Rasulullah SAW. Dalam keadaan kesakitan yang amat itu, dia mengungkapkan kata-kata yang menyebabkan Jibril juga teruja. Katanya,

"Wahai rasul utusan Allah, tiada lagi harta dan hal lainnya yang bersamaku untuk aku sumbangkan demi dakwah. Andai selepas kematianku, tulang-tulangku mampu ditukar dengan dinar dan dirham, maka gunakanlah tulang-tulangku demi kepentingan dakwah yang panjang ini".

Rasulullah SAW berasa sayu mendengar semua itu. Jibril naik bertemu Allah. Jibril bertanyakan Allah, adakah Allah mendengar kata-kata Saidatina Khadijah itu? Allah menjawab pertanyaan Jibril – bukan hanya kata-katanya sahaja yang Allah dengari malah bisikannya juga. Allah meminta Jibril menyampaikan salam buat Saidatina Khadijah.

Jibril turun dan memberitahu Rasulullah SAW akan hal itu. Rasulullah SAW menyampaikan salam tersebut kepada isteri tercinta. Ustaz turut menceritakan bahawa dalam sesetengah riwayat tangan Saidatina Khadijah seakan bersilang saat menyambut salam itu dan Saidatina Khadijah melafazkan bacaan yang begitu masyhur yang sering kita lafazkan selepas solat:

Allaahum ma antas salaam - waminkas salaam

Wa ilaika ya 'uudus salaam

Fahayyina rabbanaa bis salaam

Wa adkhilnal jan nataka daaras salaam

Tabaa rakta rabbanaa wa ta 'aalaita yaa dzal jalaali wal ikraam.

Ya Allah, Engkaulah kesejahteraan, dariMulah asal kesejahteraan dan kepadaMu pula kembali kesejahteraan, maka hidupkanlah aku dengan kesejahteraan dan masukkanlah aku kedalam surga kampung kesejahteraan. Maha Mulia Engkau Ya Allah yang memiliki kemegahan dan kemuliaan.

Dan pergilah Saidatina Khadijah menghadap Allah SWT, kekasih yang dirindui. Terlalu hebat wanita ini. Dialah insan pertama yang mengimani Rasulullah SAW. Tidak cukup dengan harta, tulang-tulangnya juga ingin digunakan untuk membantu perjuangan Rasulullah. Begitulah Nafsul Muthmainnah telah pergi menghadap Rabbnya setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan, setelah beliau berhasil menjadi teladan terbaik dan paling tulus dalam berdakwah di jalan Allah dan berjihad dijalan-Nya. Dalam hubungannya, beliau menjadi seorang istri yang bijaksana, maka beliau mampu meletakkan urusan sesuai dengan tempatnya dan mencurahkan segala kemamapuan untuk mendatangkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Karena itulah beliau berhak mendapat salam dari Rabb-nya dan mendapat kabar gembira dengan rumah di surga yang terbuat dari emas, tidak ada kesusahan didalamnya dan tidak ada pula keributan didalamnya.

Karena itu pula Rasulullah bersabda: "Sebaik-baik wanita adalah Maryam binti Imran, sebaik-baik wanita adalah Khadijah binti Khuwailid".

Nahh cerita diatas dikutip dari beberapa narasumber: benar dan tidak nya Wallahu a'lam bish-shawabi.

1.https://www.google.com/search?q=perbikahan+sayyidah+khadijah&oq=Perbikahan+Sayyidah+Kh&aqs=chrome.1.69i57j33.12157j1j4&client=ms-android-sonymobile&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8#sbfbu=1&pi=perbikahan%20sayyidah%20khadijah

2.https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/q954m8458

3. Studio Hidayah copy right 2018

Bonus malam hari ini membahas kisah Rasulullah bersama Sayyidah Khadijah, jika ingin tau yang lainnya lagi bonusnya di per20 bab. Ikutin terus ya kisah nya, masuk Bonus nanti di Bab 60 kisahnya tentang Istri-istri Rasulullah lainnya,. Masih lama ya reader. Setelah ini bisa ikutin kisahnya Rey dan Nay, Dewi serta Manuel, juga Vellycia dgn (rahasia). Okeh terus ikutin kisah mereka ya reader. 😁Nah bismillah semoga bermanfaat .