"RUI INI SEMUA SALAHMU! KALAU SAJA KAU TIDAK MENERIMA CHIP ITU, AKU GAK BAKALAN MATI!!"
"WHAAAA!"
Rui terbangun dalam keadaan panik, sementara keringat membasahi sekujur tubuhnya dia mencoba untuk mengatur nafasnya kembali sembari menghapus air matanya yang menetes.
"Mi-mimpi itu lagi.. hiks.. m-ma-maafkan aku Ren..."
Satu bulan berlalu semenjak kematian Ren akibat serangan yang dilancarkan oleh teroris yang mengincar chip misterius yang diberikan kepada Rui, semenjak saat itu Rui hanya mengurung diri dikamar sembari menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi.
"Tok.. tok.. tok.."
"Rui, apa kau sudah bangun?" panggil Ayumi dari luar kamar Rui
"Rui.. dengarkan aku, ini semua bukan salahmu.. jangan terlalu memukul dirimu terlalu lama"
"Hari ini kepala sekolahmu datang berkunjung lagi, jika perasaanmu sudah membaik sebaiknya kau temui beliau" lanjut Ayumi sembari meninggalkan Rui yang masih berada di dalam kamar
Sementara itu di dalam kamar, terlihat Rui yang sedang berbaring di kasur sembari memandangi chip yang tergeletak di meja belajarnya. Saat itu dia terus memikirkan perkataan yang diucapkan oleh Ren sebelum ia meninggal untuk tetap menyembunyikan kebenaran dari kejadian waktu itu.
Lama Rui memikirkan hal tersebut di dalam kamarnya hingga pada akhirnya ia pun memutuskan untuk pergi ketempat kejadian sekali lagi. Rui pun bergegas mengambil jaketnya yang tergeletak di kursi belajarnya, memakainya dan berjalan keluar kamar, diruang tamu telah berdiri kepala sekolah yang telah menunggunya lama. Terjadi percakapan kecil dimana sang kepala sekolah menginginkan Rui untuk kembali bersekolah, dengan berat hati Rui menundukkan kepalanya dan memohon maaf kepada kepala sekolah karena ia tak dapat memenuhi permintaan kepala sekolah untuk kembali belajar disana.
Setelah percakapan itu selesai Rui bergegas menuju ke tempat dimana mereka diserang, sesampainya di lokasi Rui melihat seseorang yang tengah berdiri di samping mayat Ren ditemukan, seseok pria berumur sekitar 40 tahun-an yang tak lain adalah ayah dari Ren. Perlahan Rui mendekati pria itu, belum sempat Rui mendekatinya pria itu berbalik dan berkata bahwa dia telah lama menunggu kedatangan Rui.
"Maksud anda apa pak?" tanya Rui
"Kau teman anakku bukan? aku ingin menanyakan beberapa hal kepadamu.." jawab pria itu dengan nada murung
"M-maaf pak, saat kejadian aku tidak sedang bersamanya" jawab Rui sembari menundukkan kepalanya
Pria itu menghela nafasnya untuk sesaat sebelum ia melanjutkan perkataannya, "kau tau nak, Ren merupakan anak yang cerdas dan periang, dia selalu nampak riang dihadapanku walaupun aku selalu tidak ada waktu untuknya.. dia anak yang kuat, dia selalu sendiri ketika aku sedang bekerja.."
pria itu mulai meneteskan air matanya dan berlutut di samping garis mayat Ren, dia bercerita panjang lebar mengenai Ren semasa hidupnya dia juga mengatakan bahwa Ren terlibat dalam pembuatan AI ilegal, Rui hanya bisa terdiam mendengar semua cerita darinya sampai akhirnya pria itu berpamitan untuk pulang, sebelum meninggalkan lokasi tersebut pria itu memberikan sebuah emblem berlogokan kucing dengan mata biru muda kepada Rui, emblem yang ia temukan di kantong baju Ren yang ia kenakan saat kejadian terjadi.
Rui yang menerima emblem itu bergegas mencari tahu informasi mengenai emblem tersebut melalui smartphone miliknya, dia membuka semua jejaring sosial yang ada untuk menemukan apapun yang sekiranya mirip dengan emblem yang diberikan oleh ayah Ren. Bahkan Rui meretas salah satu satelit peta dunia untuk mendapatkan akses penuhnya, tak terasa 2 jam berlalu dan langit sudah berwarna jingga menandakan waktu telah menunjukkan sore hari, di detik-detik terakhir pencariannya sebelum Rui menyerah ia akhirnya mendapatkan secercah cahaya, ia menemukan sebuah kafe di daerah pinggiran yang memiliki lambang kucing putih bermata biru, perasaan lega didapat oleh Rui yang akhirnya menemukan sebuah petunjuk atas emblem yang didapatnya.
Malam itu juga Rui langsung bergegas menuju ke alamat kafe tersebut, sangat sulit untuk mengakses lokasinya, bahkan Rui harus melewati seluk beluk gang gelap sebelum akhirnya menemukan kafe tersebut yang terletak di ujung gang. Awalnya Rui tidak yakin dan ragu untuk memasuki kafe tersebut karena memiliki aura yang mencurigakan, namun dengan tekatnya ia pun melangkah maju dan masuk ke kafe tersebut.
"Kring"
di dalam kafe Rui terkejut karena keadaan dalam kafe sangat normal dan seperti kafe pada umumnya, di hadapannya terdapat seorang wanita cantik berambut kuning dengan mata berwarna biru yang mirip dengan warna mata dari kucing yang ada di emblem milik Ren.
Wanita itu melihat kearah Rui dengan tatapan matanya yang tajam seraya berkata bahwa kafenya sudah tutup dan tidak menerima pelanggan lagi,
"Ehh tu-tutup? Ta-tapi ini kan masih jam delapan malam" balas Rui sambil menunjuk jam yang ada di smartphone miliknya
"Kami tutup jam delapan malam" jawab wanita itu
"Ehh? Tapi papan di luar menyebutkan toko ini tutup jam sepuluh malam" balas Rui lagi
"Ka-kami sedang ada renovasi, jadi kami menutup toko lebih cepat"
"Aku tidak melihat adanya renovasi disini?"
"Renovasinya sudah selesai dan silahkan anda keluar dari tempat ini!" kata wanita itu dengan ketus sembari membukakan pintu keluar
"Kalau sudah selesai tidak ada salahnya kan menerima pelanggan? Lagian ada satu hal yang ingin aku tanyakan!" cetus Rui dengan nada agak keras
"Ini kafe bukan tempat untuk bertanya!" bentak wanita itu
"Kalau ini kafe terima aku sebagai pelanggan!"
"Ataukah karena aku orang asing yang baru pertama kali kesini, kau menolakku?" lanjut Rui
"Aku hanya ingin menanyakan mengenai benda ini" lanjutnya lagi sembari menunjukkan embelm milik Ren
Sesaat setelah wanita itu melihat embelm yang ditunjukkan oleh Rui nampak berubah raut wajah wanita itu menjadi seperti orang yang sedang kaget, dengan lantang wanita itu menutup pintu kafenya kembali dan berjalan mendekati Rui, memegang erat lengan Rui sembari berkata "dari mana kau mendapatkan embelm ini?"
"Terima aku disini dan aku akan menjawab pertanyaanmu" balas Rui
"KATAKAN DA-RI-MA-NA KAU MENDAPATKAN EMBELM INII!"
"AKU TIDAK AKAN MENJAWAB SEBELUM KAU MENERIMAKU!"
"CEPAT KATAKAN ATAU KAU AKA-"
Belum sempat wanita itu menyelesaikan kalimatnya terdengar suara langkah kaki yang berasal dari tangga di iringi dengan suara lelaki yang menyuruh mereka untuk berhenti berdebat, dari tangga tersebut nampak seseok lelaki berambut panjang berwarna kuning dengan penutup mata terletak di wajahnya.
"Yumi.. aku sudah bilang untuk tidak bersik kalau sudah malam kan" tegas lelaki itu menyuruh wanita yang bernama Yumi itu untuk menekankan suaranya
"Ehh! Kak Yami? Aku mohon maaf soal itu" jawab Yumi sembari melepaskan tangan Rui
"Jadi, kau yang namanya Rui?" tanya Yami kepada Rui
"Bagaimana kau bisa tahu namaku?" jawab Rui keheranan
"Hehehe, ada banyak hal yang inginku tanyakan kepadamu dan jika kau ingin mendapatkan jawaban atas hubungan embelm itu dan juga Ren ikutlah keatas"
Rui pun setuju untuk mengikutinya kelantai dua, sesampainya disana Rui diminta untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada Ren, awalannya Rui sempat ragu namun setelah Yami menjelaskan bahwa Ren adalah salah satu temannya, Rui pun setuju untuk menceritakan apa yang terjadi.
"Jadi Ren telah meninggal ya.., aku tidak menyangka pesan yang dia kirim merupakan pesan terakhirnya"
"Apa maksudmu? bisa kau jelaskan lebih ditail mengenai hubunganmu dengan Ren?" pinta Rui kepada Yami untuk menjelaskan semuanya
"Kami berdua adalah teman saat SMP, awalnya kami bukan teman dekat, kami bertemu ketika beradu argumentasi di sosial media.. bahkan kami sempat meretas satu sama lain.. hingga kami sadar bahwa kami satu sekolahan dan ternyata kelas kami bersebelahan mulai saat itu Ren selalu datang untuk menantang ku beradu retas, sampai akhirnya kami berdua tanpa sengaja menemukan situs jual beli chip untuk memasang sebuah aplikasi pembuat AI dan AVATAR ilegal dari sinilah kami berdua sadar akan kekuatan dahsyat yang diberikan oleh chip tersebut"
"Jadi kau dan Ren membeli chip tersebut?" potong Rui
"Tidak, untuk anak SMP seperti kita, benda itu terlalu mahal"
"Lalu?"
"Kami mencurinya.."
"Ap-apa! Kau dan Ren mencuri!"
"Iya, tapi kami tidak mencuri dari tangan sang penjual. Kami mencurinya ketika sudah turun kerangan para teroris, kami melacak pengiriman barang tersebut dan sampai ke sebuah organisasi teroris, lalu kami mengambilnya" ucap Yami
"Saat itu Ren berpikir untuk mengambil semua barang yang akan jatuh ke tangan para teroris itu, saat itu dia berkata, dari pada benda berbahaya itu jatuh ke tangan orang jahat lebih baik kita mengambilnya" lanjutnya
"Lalu, kalian gunakan untuk apa alat itu? Kalian memakainya kan?"
"Kami memakainya untuk membantu orang-orang"
"Maksudmu?"
"Shiro Neko, itu kelompok kami, jika kau ingin tahu lebih dalam tentang kami silahkan masuk kedalam kelompok" ucap Yami sambil tersenyum kepada Rui
"Aku akan bergabung, tapi sebelum itu ada satu pertanyaan yang belum kau jawab, aku ingin mengetahui pesan yang di kirimkan oleh Ren sebelum dia meninggal"
"Baiklah, sebulan yang lalu sebelum Ren meninggal dia mengeringkan pesan ini" ucapanya sembari meberikan smartphone miliknya kepada Rui
Didalam smartphone tersebut tertuliskan E-mail yang dikirim oleh Ren yang bertuliskan "Aku akan menghilang untuk sementara, jadi aku titipkan anak baru kepadamu, sebenarnya aku tidak ingin dia terlibat. Tetapi karena dia memiliki benda itu jadi tolong jaga dia untukku Tee-hee"
"Sialan kau Ren, kenapa kau sama sekali tak pernah memberitahuku!" ucap Rui sambil meremas tangannya
"Sekarang kau sudah tahu, jadi.. apa keputusanmu?" tanya Yami kepada Rui
"Aku akan bergabung, dan benda yang disebut oleh Ren aku menyimpannya"
"Baiklah selamat bergabung dalam Shiro Neko, mohon kerjasamanya untuk kedepan" ucap Yami sembari menjabat tangan Rui
"Jadi Rui.. apakah kau membawa benda tersebut?" lanjut Yami menanyakan benda berupa chip kepada Rui
"Ehh chip itu? Aku meninggalkannya di rumahku.." jawab Rui
"AP-APA! Apa kau gila?! Benda berharga seperti itu kau tinggalkan di rumah seperti itu saja!" Yami membentak Rui sembari melakukan panggilan kepada seseorang
saat Yami sedang melakukan panggilan Rui mendapatkan sebuah panggilan dari kakaknya Ayumi, saat itu Ayumi berkata bahwa ada orang asing yang mencoba masuk secara paksa kedalam rumah mereka.
"APA! KAK AYUMI AKU AKAN SEGERA PULANG!"
"Sial! ayolah Matsuyama angkat telponnya" caci Yami terhadap Smartphone miliknya
"Aku akan segera pulang" ucap Rui kepada Yami
"Cepatlah dan ajak Yumi bersamamu, aku akan berusaha untuk menghubungi Matsuyama"
Setelah itu Rui dan Yuni pun langsung bergegas menuju ke rumah Rui untuk menyelamatkan Kak Ayumi.
- Bersambung-