Malam ini Cahaya duduk di Counter sambil memainkan laptop nya,aku ingin menghampiri nya.Tapi Istri kedua ku ini sangat manja,dia sama sekali memberi kesempatan ku untuk mendekati Cahaya.
"Aku mau ngobrol sama Cahaya dulu"
"Ga,pasti Abi mau tidur sama dia kan"
"Dia kan juga istri ku,dia punya hak yang sama dengan mu" Aku mulai kesal pada Citra.
"Tumben di sini ?" Tanya ku pada Cahaya
"Oh" Jawab nya singkat
"Tadi itu siapa ?"
"Fikri" Jawaban nya singkat.
"Teman kamu ?"
"Iya..teman lama"
"Oh...dia sudah nikah ?"
Cahaya Tertawa.
Dia melipat laptop nya dan berdiri
"Aku itu bukan Citra yang tugas nya merebut suami orang,aku tidak serendah dan sehina itu,kalo ada yg single,kenapa harus yang beristri !!" Ucap nya pedas.Dia melangkahkan kaki nya,tapi aku menahan tangan nya.
"CUKUP !!!" Aku berteriak.
Cahaya menaikan alis nya
"Kamu sudah keterlaluan,aku ini masih suami kamu,dan kamu masih sah menjadi istri aku,kenapa sikap kamu sekarang begitu kurang ajar.hah !?"
Cahaya menatap ku dalam.
"Kurang ajar ? Keterlaluan ? Yang lebih kurang ajar di sini siapa ? Selingkuh dengan mantan pacar,sedangkan kamu tau kamu sudah beristri,yang keterlaluan siapa ? Menikahi wanita jalang yang jelas-jelas dia menghancurkan keutuhan rumah tangga kita ?.Pernah selama ini aku menuntut sesuatu kepada mu ? pernah selama ini aku menghianati mu ? Ga pernah.Aku selalu berjuang berada di sisi mu,di saat yang sangat sulit"
Air mata nya jatuh.
Cahaya pergi berlalu.
Aku lemas.Tak berdaya.
Sungguh benar apa yang di kata kan Cahaya,sedikit pun dia tidak pernah membuat ku cemburu,aku yang terus menyusahkan dia.
Cahaya Part.
Aku duduk melemah di tempat pembaringan ku,aku bosan,aku lelah,semua hancur,kenapa harus rumah tangga ku ?
Aku mengelus perut ku yang sudah mulai membesar,apa aku bisa membesarkan anak ini dengan situasi keluarga ku yang seperti ini ?
Ping !
Tiba-tiba HP ku berbunyi.
'Jangan banyak pikiran,ingat kata Dokter'
Sebuah Chat dari Fikri.
Aku tersenyum,tanpa mrmbalas nya.
Yah....aku memang tidak ada rasa apa pun kepada Fikri.Saat ini aku hanya memikirkan masa depan calon buah hati ku,jika kelak ia telah lahir.Aku sudah tidak bisa lagi memikirkan urusan rumah tangga ku,aku sudah terlanjur lelah,sudah terlanjur hancur,ternyata perjuangan ku untuk menjadi istri yang berbakti,mencoba untuk menjadi istri yang setia itu sia-sia,ternyata ini balasan semua dari jerih payah ku.
Aku mengusap air mata ku.Aku mencoba untuk tegar,untuk tidak sedikitpun menangis,tapi aku tidak sanggup menahan sakit ini.
Tiba-Tiba.....
Tookkk....Tookkk....Toookkk...
"Siapa ?"
"Aku,,mii" Terdengar suara David dari luar.Aku membuka pintu sedikit saja.
"Ada apa ?"
"Citra udah tidur,aku ingin ada waktu sama kamu"
"Mau apa ?" Jawab ku dingin.
"Sudah lama kita ga ngobrol berdua"
Aku Tersenyum getir.
"Ngomongin apa ? ngomongin kalo saat ini kamh bahagia ? ngomongin kalo siksa batin yang kamu kasih ke aku itu masih kurang ? ngomongin betapa bangga nya kamu punya istri muda dan cantik ?" Amarah ku sudah naik "Cukup,sudah cukup,aku sudah hancur,jangan membunuh aku lagi"
Aku menutup pintu kamar dan mengunci nya,hati ini,jantung ini,saraf pada otak ini,semua sudah lumpuh,sakit yang ku alami sudah tidak dapat lagi aku tahan.
Aku berbaring memeluk bantal,aku menangis sejadi nya,aku ingin menangis sampai aku terlelap,agar aku tidak lagi merasakan betapa sakit nya hati ku.
David Part.
Aku duduk di samping tempat tidur,ku tatap Citra yang tengah tertidur,wanita ini ada saat aku telah mempunyai usaha walau pun kecil,tapi kenapa dia yang merasakan bahagia nya ?.Sedangkan wanita yang ikut dengan ku kala aku berada di situasi yang sangat sulit,dia harus menderita dengan sikap ku.
Aku keluar kamar,mendekati pintu kamar Cahaya,ingin aku ketuk pintu itu,ingin aku peluk wanita itu,ingin aku bersujud di kaki nya,sungguh aku lelaki yang tidak tahu malu.Tapi andai aku ketuk pintu ini,dia pun tidak akan membuka nya.
"Abi" Ucap seseorang.
Aku menoleh ke belakang,ternyata Citra yang terbangun dari tidur nya.
"Ngapain di sini ? Istri abi itu aku,bukan dia"
"Ingat dia masih sah menjadi istri ku,dan dia berhak atas apa yang seharusnya dia dapat kan" Ucap ku kesal,aku masuk ke kamar ku,berbaring dan membungkus tubuh ku dengan selimut,aku tidak ingin Citra terus membicarakan Cahaya.
Pagi-pagi ini ternyata Ibu Mertua ku atau Ibu nya David datang ke rumah,aku memang mendengar suara beliau,tapi biar lah aku malas keluar kamar.
"Cahaya mana,vid ?" Tanya Ibu
"Oh...masih di dalam kamar,kecapean kali mah,dia mungkin banyak orderan baju online nya" Ucap David
Aku terdiam mendengar pembicaraan mereka di balik pintu kamar ku.
Hari ini,aku sudah membuat keputusan.Aku harus pulang ke rumah orang tua ku di Jakarta,apa pun yang terjadi pada rumah tangga ku,aku sudah peduli lagi,aku hanya lebih peduli pada calon buah hati ku,aku tidak mau banyak pikiran tentang permasalahan ku,hingga aku membuat bayi yang ada dalam perut ku ini terkena dampak nya.
Aku bergegas membereskan pakaian ku,barang-barang kecil ku,yang aku beli dan yang bisa aku bawa.
"Kita pulang ke rumah nenek yah,Nak" Ucap ku sambil mengelus-ngelus perut ku.
Setelah selesai,ku mantapkan hati dan melangkah pergi keluar kamar.Ternyata mereka sedang berada di ruang depan,mereka menatap ku heran.
"Kamu mau kemana,Nak ?" Tanya Ibu Mertua ku.
Aku menggenggam tangan nya.
"Aku mau pulang ke rumah Mamah di Jakarta."
Beliau menatap ku sendu,"jangan,Nak.Nanti Mamah kamu malaj kepikiran,kamu lagi hamil nanti kalo ada apa-apa gimana ?"
Aku Tersenyum.
"Mamah jangan khawatir,aku akan baik-baik saja"
Sebenarnya aku tidak tega melihat wajah Ibu Mertua ku,beliau sudah sangat baik kepada ku,tapi ini demi calon bayi ku,jika aku tetap tinggal di sini,aku hanya takut berdampak pada kandungan ku.
"Kamu ga bisa meninggalkan ku begitu aja,kamu sedang hamil anak ku,dan waniga hamil tidak boleh di ceraikan atau menikah,sebelum bayi nya lahir" Ucap David panjang lebar.
"Yah..memang.Tapi masih bisa pisah ranjang,setelah bayi ini lahir,aku akan urus semua nya." Aku terseyum.
Aku mencium Ibu mertua ku yang entah bagaimana perasaan beliau,tapi ini demi kandungan ku.
"Aku pamit yah,Mah"
Ku tatap wajah suami ku,wajah nya muram,gelisah.
"Aku tidak mengijinkan kamu pergi dari rumah ini" Gertak nya.
Aku membalik kan badan.
"Apa ? Izin ? izin kamu bilang,kamu sadar ga,kamu selingkuh sama wanita ini apa kamu izin sama aku ? kamu menikahi wanita ini apa sudah ada izin dari aku ? jika kamu melarang aku pergi dari rumah ini,ceraikan wanita ini,dan kembali pada ku."
PPPAAAKKK !!!!
Sebuah tamparan keras mengenai pipi ku.Aku dam semua orang terpanah.Citra.Dia berani menampar ku.
"Jaga yah mulut kamu,dia sudah berjanji akan menikahi aku,dan aku juga tau kalo dia sudah menikah,tapi aku ga peduli,aku hanya ingin,hidup bersama lelaki yang aku cintai" Citra menggandeng tangan David.
"Perempuan ga tau malu,semoga kamu ga pernah merasakan apa yang aku rasa kan" Kata ku.
Aku melangkahkan kaki,namun David menahan tangan ku .
"Di dalam perut kamu ada anak ku,aku berhak menjaga anak ku"
"Aku bisa merawat bahkan membesarkan anak ini,dan ingat seumur hidup kamu,kamu ga akan pernah lihat mereka,karna kelak mereka hanya tau jika ayah nya sudah mati !"
Aku berjalan pergi.
Aku terus berjalan tanpa menoleh lagi pada Ibu Mertua ku yang terus berusaha memanggil nama ku,tepat pada saat itu mobil Fikri berhenti tepat di hadapan ku.Aku segera masuk dalam mobil dan Fikri memasukan koper ku ke bagasi mobil.
Aku menangis di dalam mobil.Aku sungguh tidak sanggup lagi,aku tidak pernah percaya jika nasib rumah tangga ku akan seperti ini.Perlahan Fikri menjalan nya mobil nya.
Aku menangis sekuat nya,selama ini tangisan ini aku tahan,selama ini aku mencoba tegar,tapi siapa yang sanggup jika harus melihat rumah tangga nya hancur di depan mata,wanita mana yang tahan melihat suami nya membagi cinta.
Fikri memberikan tissu pada ku.
"Mungkin kamu butuh ini"
Aku mengambil tissu itu tanpa melihat wajah nya.
"Apa ini yang terbaik untuk aku dan bayi ku ?" Tanya ku
Fikri menghela nafas nya.
"Apa saat ini adalah yang terbaik untuk bayi kamu ?" Fikri masih terus menjalan kan mobil nya."Di Jakarta nanti,kamu akan lebih bahagia,bersama Orang tua,adik dan kakak,dan kamu pasti bisa membesarkan bayi ini tanpa dia"
Aku sedikit terobati.dan ku usap air mata ku dengan tissu,aku mulai santai.
Kami akan menuju Kota Jakarta,di mana kami di besarkan .