Chereads / The Dragon Prince's Replacement Bride / Chapter 3 - Melarikan Diri

Chapter 3 - Melarikan Diri

Sebenarnya Nomor 5 tidak bisu. Ia dapat bicara dengan baik, tetapi selama lima tahun ini, hampir tidak ada yang mengajaknya bicara, karena mereka tidak memperlakukannya seperti manusia. Ia tidak tahu dari mana ia berasal. Sepanjang ingatannya, ia telah menjadi budak Dotan. Sejak lelaki itu masih tinggal di sebuah rumah besar dengan banyak budak.

Setelah Dotan menghabiskan kekayaannya dengan berjudi dan kemudian berpindah-pindah kota dengan menyuruh Nomor 5 mencuri, kehidupan mereka tidak berbeda dengan gelandangan biasa. Setelah beberapa kali percobaan melarikan diri yang gagal dan berakibat pada siksaan keji, Nomor 5 mengalami ketakutan besar setiap kali ia memikirkan untuk pergi.

Itulah sebabnya, bagaikan robot, ia selalu kembali dengan patuh ke gubuk Dotan membawa upah hasil kerjanya ataupun benda berharga yang berhasil dicurinya dari rumah orang kaya tempatnya bekerja.

Tetangga-tetangga di daerah kumuh tempat mereka tinggal sekarang tidak akan mengerti betapa sulitnya bagi Nomor 5 untuk kembali mencoba kabur. Mereka tidak tahu rasanya dipukuli sampai babak belur berkali-kali tanpa kenal ampun.

"Heh... kau! Aku sedang ingin minum wine..."

Nomor 5 mengangkat wajahnya pelan-pelan saat mendengar suara bengis itu di belakangnya. Ia baru selesai membasuh luka-lukanya dengan air sumur dan tubuhnya segera gemetaran. Ia tidak sanggup menerima pukulan lagi dalam waktu demikian berdekatan.

Ia mengangguk lemah ke arah Dotan. Laki-laki tua itu melemparkan sepuluh koin ke tubuh Nomor 5 dan menggerutu. "Bawakan aku lima botol wine. Kalau tidak, aku akan memukulimu sampai kau tidak bisa bangun.."

Nomor 5 tidak pernah bersekolah tetapi ia tahu berapa harga sebotol wine. Uang 10 koin perunggu hanya cukup untuk membeli dua botol saja.

Dari mana ia bisa membeli tiga botol lagi?

"Awas, kalau kau tidak pulang membawa lima botol!" Dotan mengangkat sebelah tangannya dengan sikap hendak memukul, membuat Nomor 5 gemetar dan buru-buru memunguti koin-koin itu dari tanah dan segera berlari tersaruk-saruk menuju pasar.

Matanya pedih karena debu dan air mata yang sudah sangat lama tidak pernah tumpah. Ia tahu tangisnya tidak pernah berguna, sehingga Nomor 5 selalu menahannya. Mungkin sama seperti Laut Mati yang tidak pernah mengalirkan air asinnya keluarnya, kandungan garam di dalamnya sudah menjadi demikian pekat hingga menjadi racun.

Ia hanya punya dua pilihan untuk menghindari hukuman dari Dotan... yaitu berharap penjual wine akan iba kepadanya dan memberikan tiga botol wine ekstra... atau ia akan terpaksa mencuri ketika ada kesempatan.

Nomor 5 tiba di kedai wine yang sedang sepi pengunjung karena hari masih siang. Tidak banyak orang yang ingin minum-minum sampai mabuk di saat seperti ini. Kebanyakan orang sedang sibuk bekerja mengumpulkan uang.

Ia mendekati pemilik kedai dan menyerahkan 10 koin yang dibawanya kepada pria itu. Sang pemilik kedai sedang mengipas-ngipas tubuhnya dengan gerah, segera menurunkan kipasnya dan menghitung uang yang diserahkan kepadanya.

Ia lalu mengambil dua buah botol wine yang terbuat dari bambu dan mengikatnya menjadi satu kemudian menyerahkannya kepada Nomor 5. Ia tampak sama sekali tidak peduli bahwa anak kecil yang membeli wine-nya tampak sangat menyedihkan.

Nomor 5 berdiri terdiam di tempatnya setelah menerima kedua botol itu. Ia melihat di belakang pemilik kedai ada lima botol wine yang sudah diikat menjadi satu. Mungkin itu pesanan orang yang akan segera diambil pembelinya. Ia melihat ke atas dan menatap wajah sang pemilik kedai yang menampakkan ekspresi tidak sabar.

"Apa lagi?" tukas laki-laki itu dengan kasar. Sikapnya memang tidak biasanya ramah, tetapi hari ini ia lebih menyebalkan dari biasa karena ia kesal akibat wine-nya belum banyak yang laku. Ia mengulang pertanyaannya. "Apa yang kau inginkan?"

Nomor 5 berpura-pura kaget dan menjatuhkan dua botol wine di tangannya hingga isinya tumpah dan membasahi lantai. Si pemilik kedai berteriak tertahan dan buru masuk ke dalam kedainya untuk mengambil lap.

"Brengsek!! Kau mengotori lantaiku..." Ia memaki panjang pendek sambil membawa lap untuk membersihkan tumpahan wine.

Nomor 5 yang melihat sang pemilik kedai lengah, buru-buru menyambar lima botol wine yang diikat menjadi satu itu dan berlari dengan sekuat tenaga membawanya.

"Heii.. heiiii!!! Maliiiingg...! Tangkap anak itu! Dia maling daganganku...!!" Si pemilik kedai yang terlambat menyadari apa yang terjadi segera melemparkan lapnya dan berlari mengejar Nomor 5 sambil berteriak-teriak.

Adrenalin menguasai tubuh Nomor 5 dan memaksa kakinya berlari sekuat tenaga... terus tidak berhenti, tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri.

Suara teriakan si pemilik kedai perlahan-lahan menghilang di belakangnya dan ia tidak lagi mendengar bunyi apa pun. Semuanya terasa kabur.

Nomor 5 tidak sadar ia berlari ke arah Barat, bukan ke arah Timur tempat gubuk Dotan berada. Karena dikuasai ketakutan, pikirannya tidak bekerja dengan baik. Ia hanya memikirkan bagaimana caranya lolos dari kejaran pemilik kedai. Ia pernah melihat bagaimana seorang pencuri ditangkap di tengah pasar dan dipukuli beramai-ramai. Ia tahu nasibnya tidak akan jauh beda.

Ketika akhirnya kakinya berhenti berlari, Nomor 5 merasakan seluruh tubuhnya kehilangan tenaga. Tubuhnya mematung sesaat, sebelum kemudian terkulai jatuh ke tanah dan tidak sadarkan diri.

***

Nomor 5 tersadar ketika tetes-tetes air turun membasahi wajahnya. Ia membuka mata pelan-pelan dan menyadari bahwa hujan mulai turun rintik-rintik. Ia melihat sekelilingnya sudah mulai gelap. Ia tidak mengenali tempatnya berada. Yang dilihatnya sejauh mata memandang hanyalah pohon dan semak-semak.

Apakah ia sekarang berada di hutan? Ah.. jangan-jangan ini hutan yang tadi pagi diceritakan wanita tetangganya itu.

Air hujan menetes semakin deras dan dengan susah payah Nomor 5 mencari pohon yang berdaun paling rimbun untuk melindungi dirinya dari hujan. Saat air hujan turun membasahi bumi, ia duduk meringkuk di bawah pohon berusaha menghangatkan diri seadanya.

Ketika akhirnya hujan berhenti, tubuh Nomor 5 telah basah kuyup. Agar tidak masuk angin, ia lalu melepaskan seluruh pakaian kumalnya dan memerasnya hingga tiris. Untunglah di hutan ini tidak ada siapa-siapa, pikirnya.

Ia menggantung pakaiannya di dahan sebuah semak agar menjari tiris dan kering. Sambil menunggu pakaiannya kering, Nomor 5 memutuskan untuk membuka sebuah botol anggur dan meminum isinya. Ia sangat kedinginan. Setidaknya dengan meminum sedikit wine, ia akan dapat bertahan melewati malam ini.

Bocah telanjang yang menyedihkan itu meringkuk kedinginan sambil menyesap wine dari botol pelan-pelan. Sebenarnya ia tidak berani meminum wine milik Dotan. Ia sangat takut akan kemarahan tuannya. Tetapi ia sangat haus dan kedinginan sehingga akhirnya ia pun nekat.

Tak dinyana, rasa wine yang agak manis ternyata membuat lidahnya menari. Ia tidak sadar bahwa ia mengambil wine berkualitas paling bagus dari kedai dan rasanya sungguh luar biasa. Sebelum ia sadar, satu botol telah habis tanpa terasa.

Saat isi dua botol wine telah berpindah ke perutnya, Nomor 5 tergolek ke tanah dan tidur. Ia tidak lagi mempedulikan sekelilingnya.