"Nad. Kamu kenapa sih? ini salah satu projek besar. Sangat jarang hotel mau bekerja sama dengan perusahaan. Ditambah Hotel Luxury salah satu hotel bintang lima" suara Revan meninggi.
Nadya tersenyum tipis yang terpaksa "Baiklah. aku bisa paham." Ia segera meninggalkan Revan.
Mulut si pria setengah ternganga, tak bisa berbicara lagi sambil melihat punggung istrinya yang menjauh.
Revan mengacak rambutnya kasar "Apa yang kau lakukan, Van? Istrimu lagi hamil. Seharusnya kau tidak berlaku seperti itu. ini sudah kedua kali kau membentaknya." Revan menggerutu.
Perempuan yang amat dicintainya itu bersikap seolah tak terjadi apa-apa, meski hatinya ingin mencurahkan kebencian, ketidaksukaan, dan kemarahan. Tetapi, Nadya berpikir untuk apa ia melakukan semua itu. bukankah Revan tidak benar-benar mencintainya?