Adit mondar-mandir kebingungan sambil memegang ponsel. Ia harus bagaimana. Jika ajakannya ditolak bisa-bisa ia malu sendiri. Tapi memang dirinya sering ditolak, kenapa sekarang ia jadi takut.
_Bil. Mau tidak?_ pesan menggantung ia kirim ke Nabila.
_Apa?_ balas Nabila singkat.
_Pergi ke pesta pernikahan anak teman mama_ jelasnya belum dimengerti Nabila.
_Terus?_ balas Nabila lagi dengan satu kata dan itu pertanyaan.
"Kenapa sulit sekali memberitahunya?" geram Adit pada dirinya sendiri. Ia memutuskan menelepon Nabila saja.
"Jangan diangkat. Jangan diangkat" gumamnya sedikit gemetaran. Sayangnya do'a yang dilapalkan tidak terkabul. Nabila mengangkat telepon.
"Ya, Dit?" sahutan dari sana.
"Nabila. Um… kamu mau tidak. Maksudku, temani aku menghadiri pesta pernikahan anaknya teman Mama" terangnya. Lama perempuan itu menjawab, mungkin ia sedang memikirkannya.