Ketika mereka melajukan kendaraan, tak sengaja Nabila melihat benda dikursi belakang.
"Kamu bisa memanah, Dit?" tegur Nabila basa-basi.
"Sedikit?" Nabila mengangguk-angguk saja.
***
Saat tiba dirumah, ada mobil yang tak asing menunggunya. Revan tengah duduk diteras rumahnya sendirian.
"Van. Tumben kesini?" raung Adit sebelum mendekat. Sontak Revan berdiri.
"Darimana saja? aku meneleponmu, nomormu tidak aktif" ucap Revan.
"Iya ponselku habis baterai." Adit duduk dikursi sebelah temannya. "Ada apa?" tanya Adit, tidak biasanya Revan lebih dulu menemuinya.
"Maaf, Dit. Papa menolak, dia tidak ingin membantumu. Katanya keingian mu dengan om Erwin berbeda" terang Revan.
Lagi-lagi pria itu menghela napas. "Sudahlah tidak apa-apa. Aku usaha sendiri saja. papa selalu meremehkan kemauanku, Van" keluh Adit tersenyum paksa.
"Tenang saja. aku akan membantumu, kita kan punya Randi. bisa lah Papa nya membantumu. Kita minta Randi membujuk ayahnya" jelas Revan.
