WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.
Ini sudah jam 4 sore dan Ara belum terbangun dari Tidurnya. Dariel melipat sajadah yang dia gunakan untuk sholat tadi lalu kembali berbaring disamping Ara. Dia memainkan Handphonenya menghubungi Nayla dan Jonathan untuk menanyakan pekerjaannya dikantor.
"Hmmmm..." Ara terbangun dan mencari suaminya dengan menepuk-nepuk bagian depannya.
"Aku disini sayang." Dariel memeluk Ara di belakangnya, mengecup punuknya sebentar.
"Lagi apa?"
"Nanyain kondisi di kantor ke Joe sama Nayla."
"Hm...kamu wangi banget." Ara masih dengan mata terpejamnya.
"Habis mandi tadi, kamu bangun terus mandi jadi badannya segeran."
"Masih enak rebahan."
"Kita jalan-jalan sore yuk bentar.."
"Kemana?"
"Ke pantai atau kemana gitu, masa dikamar terus."
"Cape ah lemes.."
"Lemes karena kamu tiduran terus."
"Iya pinginnya pelukan terus." Ara manja dan menarik-narik lengan Dariel untuk terus memeluknya. Suaminya itu kini semakin masuk kedalam selimut.
"Gini?" Ucap Dariel senang. Ara hanya mengangguk.
"Pergi anterin aku beli oleh-oleh yuk, supaya Daddy ga terlalu marah."
"Modus.."
"Ayo sayang bangun dong..." Dariel mengguncang tubuh Ara.
"Kasih aku waktu bentar lagi."
"Ini udah jam 4 sayang..." Dariel menciumi pipi Ara kali ini.
"Kan belum jam 5." Ara membuat Dariel senyum sendiri dengan jawabannya.
"Apa perlu aku gendong ke kamar mandi?"
"Bentar lagi yang..." Rengek Ara.
"Ih gemes..." Dariel mengigit gemas cuping telinga Ara.
"Yang...pintu dikunci ga?"
"Aku kunci kok. Kenapa?"
"Engga, takutnya Sonya lupa ada kamu jadi buka pintu."
"Engga ga akan.." Dariel merasakan genggaman Ara ditangannya tapi kali ini dia malah menuntunnya untuk lebih naik keatas.
"Mau apa sayang?"
"Mainin..." Ara membiarkan tangan Dariel menggengam benda kenyal nan padat miliknya. Tanpa ragu Dariel meremas lembut payudara istrinya. Meremasnya dengan lembut seolah itu adalah benda yang mudah rapuh kemudian tangannya memilin pelan puncak payudara yang sekarang terasa menegang akibat sentuhannya tadi. Tak biasanya Ara meminta hal seperti ini tapi Dariel suka. Baginya seks itu bukan hanya soal suami yang meminta haknya seorang istri pun boleh memintanya lebih dulu.
"Kamu udah selesai yang?" Tanya Dariel yang sudah mulai terangsang dengan permintaan Ara. Sesuatu miliknya dibawah sana mulai berkedut dan sedikit mengembang. Ara menggangguk pelan membuat suaminya semakin senang. Dariel menaikkan lagi wajahnya dan mulai mencium bibir Ara sambil terus memainkan bukit kembarnya. Sambil meremas-remas nikmat payudara istrinya Dariel menjulurkan lidahnya meminta Ara menciumnya dengan kehangatan. Jika soal French Kiss Ara memang jagonya.
"Ehm..." Desah Ara disela-sela ciumannya. Ini ciuman terpanas yang pernah dia lakukan. Tangan Ara meraih punuk leher Dariel dari belakang memintanya untuk terus mencium dirinya.
"Bajunya buka ya, ga enak sayang." Pinta Dariel lalu membantu Ara melepaskan bajunya termasuk penutup payudaranya yang sudah tak karuan kemana arahnya. Kini dua buah bulatan padat itu terpampang nyata di dihadapannya. itu indah. Dariel segera menunduk dan mencium kulitnya.
"Yang kaos kamu.." Protes Ara merasa tak adil jika hanya dirinya yang bertelanjang dada.
"Iya sayang aku buka..." Dariel menarik keatas bajunya.
"Pake selimut ya aku dingin."
"Iya sayang.." Dariel dengan romantis membelai wajah Ara, melihatnya dengan penuh cinta. Dariel tak ingin terburu-buru sekarang untuk mencumbu istrinya. Dia lebih senang bermesraan terlebih dahulu sebagai pemanasan.
"Aku sayang kamu, jangan kabur-kaburan lagi." Dariel lalu menunduk kembali dan menciumi Ara.
"Jangan bentak-bentak aku lagi."
"Iya sayang maaf..." Ucap Dariel lalu tertunduk dihadapan buah dada Ara. Dia masih ingin memainkannya. Dia mulai menjilat, menghisap puncaknya dengan penuh gairah sementara satu tangan yang lain memainkan buah dada Ara yang kiri dengan begitu lincah. Jemari dan lidah Dariel sepertinya sudah mulai terlatih dan terbiasa untuk memuaskan Ara. Dariel ingin dia yang aktif kali ini karena sadar kondisi Ara yang masih belum sepenuhnya pulih atau mungkin sebenarnya Ara tak ada tenaga untuk melayaninya. Dia hanya ingin menjadi istri yang baik yang melayani suaminya saat sang suami birahi. Mulut Dariel kini menghisap kuat kulit payudara Ara baik disisi kanan maupun kirinya. Dia memberikan tanda merah yang begitu menggoda.
"Ini punya aku.." Ucap Dariel tersenyum puas dengan tanda yang dia buat. Ara menarik wajah Dariel, dia ingin berciuman. Dariel seperti candu baginya. Dia selalu menginginkannya lagi, lagi dan lagi. Dariel jelas menyambut ciuman Ara dengan senang meskipun dia tak tahu kenapa Ara hari ini begitu sangat bernafsu padanya. Ciumannya berbeda. Apakah dia masih dipengaruhi Alkohol?apakah masih ada sisa-sisa semalam?.
"Mmmm...kamu kenapa sayang?" Tanya Dariel saat tautannya terlepas.
"Aku ga mau kehilangan kamu, aku ga mau kamu tidur sama cewek manapun."
"Engga, engga sayang. Aku udah bilang aku cuman pingin kamu. Jangan mikir gitu." Dariel mencoba menghilangkan kekhawatiran Ara. Dia membelai lagi rambut Ara. Mereka saling memandang seolah menunggu orang yang akan memulai duluan. Ara sudah tak sabar, dia memilih menghujani Dariel dengan ciumannya. Ara juga tak lupa memberikan tanda disekitar leher Dariel sementara suaminya itu memejamkan matanya sambil menikmati hisapan Ara yang seperti seorang vampir menghisap darah manusia. Dia kehausan. Dariel tak kuat lagi. Birahinya sudah mencapai ubun-ubun dari ujung kakinya. Kini dia terduduk. Menarik paksa celana pendek yang Ara kenakan termasuk celana dalamnya. Setelah selesai Dariel beranjak berdiri melepaskan celana miliknya. Membiarkan sang junior bernafas lega. Dia sudah menegang sedaritadi bahkan kini sudah menegak dengan sempurna seolah siap bertempur dengan lawannya.
"Kamu ga usah emut-emut nanti muntah lagi." Ucapan Dariel membuat Ara tertawa. Dia masih memperhatikan suaminya itu. Melihat Dariel bertelanjang seperti ini membuatnya benar-benar bernafsu. Dariel tak hanya seksi dia juga menawan. Dia selalu bisa memperlakukan wanita dengan seharusnya.
"Nah gitu dong jangan marah terus sayang..." Dariel merunduk lagi dan masuk kedalam dekapan istrinya yang menerimanya dengan tak sabar. Dia sudah ingin bercinta namun Dariel masih ingin bermain-main. Suaminya itu benar-benar menyiksa Ara dengan sentuhan-sentuhan nakalnya.
"Sayang...lakuin kaya malam pertama ya." Pinta Ara sambil mengelus-elus rambut Dariel dari belakang.
"Malam pertama?oke, aku bahkan bisa lakuin lebih dari itu. Jangan sampe minta ampun ya.." Dariel penuh semangat entah menggoda entah mengancam yang jelas Ara suka dengan kata-katanya. Itu terdengar seperti tawaran kenikmatan yang akan dia rasakan sebentar lagi.
"Aku sayang kamu.." Ara lagi-lagi mengucapkan kata cintanya. Sepertinya dia benar-benar tergila-gila dengan Dariel saat ini. Ara menarik lagi Dariel untuk menciumnya sementara kini tangan Dariel dengan nakal menyentuh area intim istrinya yang sudah basah.
***To be continue