WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.
"Ahhh...ah..ah..." Ara dengan nafas seperti tersenggal mendesah nikmat padahal Dariel masih memainkan jarinya disana. Dia masih ingin membuat area kesukaannya itu basah agar nanti bisa dia masuki dengan lancar bebas hambatan. Berkali-kali bercinta dengan Ara membuat dia tahu apa yang menjadi kelemahan wanita, titik mana yang membuatnya semakin terangsang.
"Mmmm...yanghhh ahh..." Ara mengerang lagi dengan pelukan yang kuat karena Dariel dapat merasakan jika istrinya itu seperti menahan sesuatu.
"Inget...jangan minta ampun.." Bisik Dariel ditelinga Ara dan tak lama dia merasakan sesuatu yang hangat membanjiri tangannya. Ya..Ara orgasme. Ara sudah tak kuat lagi menahan permainan Dariel yang jika ada orang bertanya padanya nilai 1 sampai 10 maka Ara akan menjawab 10. Nilai yang sempurna untuk pelayanan yang maksimal. Dariel tak peduli jika Ara melemas sekarang yang jelas ini sudah masuk kedalam permainan utamanya. Dariel bangkit mengocok miliknya sebentar. Dia melebarkan paha Ara untuk terbuka, menggesek-gesekkan miliknya sejenak. Gerakan itu ternyata benar-benar menyiksa Ara. Kenapa Dariel harus berlama-lama sih?. Pikir Ara yang kini sudah siap menyambut sesuatu masuk kedalam dirinya. Kini Dariel menuntun kejantanannya merasuki Ara yang langsung menaikan wajahnya keatas sambil meremas lengan kekar Dariel yang ada disampingnya.
"Ahh..." Desah Ara saat melihat suaminya sudah mulai bergerak. Awalnya dia bergerak pelan seolah sedang mengetes gelombang namun lama kelamaan ritme itu berubah menjadi semakin cepat. Ara meletakkan tangannya di mulutnya seolah menahan setiap desahan agar tak keluar dengan keras Dia takut teman-temannya itu mendengar. Itu akan sangat memalukan.
"Ehm... ahh..ssshhh....ahhh.." Dariel ikut mendesah nikmat dalam setiap peraduan mereka. Dariel memang menginginkannya. Ini begitu bergelora dan panas. Dia harap Ara menikmatinya sebagaimana dia menikmatinya sekarang. Tidak puas dengan gaya itu Dariel memiringkan badan Ara tanpa harus repot melepaskan peraduan mereka. Ara menarik-narik selimutnya, membiarkan setiap kenikmatan menelusuri inci dari tubuhnya. Ah... kenapa harus seenak ini sih?ini memang jauh lebih nikmat dari malam pertamanya mungkin ini efek bercinta setelah bertengkar. Tangan Dariel meraih kaki Ara membantunya agar sedikit naik sehingga dia bisa melakukan penetrasi dengan baik berharap akan ada keajaiban disana.
"Ahh...ehmmmm.....yanghhhh..." Panggil Ara dalam desahannya membuat Dariel mendekat dan menciumi lehernya. Dia kini meminta Ara menungging dan dalam sekejap Ara menurut. Dengan sisa tenaga yang dia miliki tentu dia ingin memuaskan suaminya. Ara memegangi tepi ranjangnya sementara Dariel dengan gemas meremas-remas bokong istrinya yang menggoda. Jika harus memukul dia belum sampai hati. Baginya itu terkesan kasar meskipun beberapa wanita mungkin menginginkannya. Sesekali Dariel membungkukkan badannya untuk meraih dua payudara yang bergelantung bebas. Meremasnya disana. Semakin dipegang semakin penuh tangannya dan itu membuat rangsangan yang dahsyat baginya.
"Akuhhh diatas hhhh..." Pinta Ara kali ini setelah cukup lama mereka bertahan dengan gaya itu. Dariel kini berbaring dan tak lupa menarik selimut agar Ara tak kedinginan padahal suasana disini cukup panas. Ara bergerak maju dan mundur bahkan sesekali memutar membuat Dariel mengerang kenikmatan. Tangannya mengusap pelan paha Ara sementara Istrinya sesekali mencium bibir Dariel yang selalu bisa membuatnya ketagihan. Ara bangkit kembali lalu berjongkok kali ini, dengan gerakan cepat dia menarik turunkan pinggulnya bahkan tanpa malu Dariel melihat kearah peraduan mereka. Melihat liang kenikmatan yang sedang memuaskan dirinya.
"Ahhh..." Dariel sudah tak kuat tapi dia tak mau cepat beranjak. Gerakan Ara itu memabukkan. Kini Ara duduk kembali lalu Dariel menekuk kedua kakinya. Dia bergerak dengan cepat sementara pinggul Ara diam untuk mengimbangi gerakan suaminya. Merasa tak bisa ditahan lagi dan sesuatu akan meledak keluar Dariel segera membalikkan posisi. Ara sudah dalam kungkungannya lagi. Dia melakukan gerakannya sendiri untuk membantu sang istri mendapatkan pelepasan keduanya dan benar saja tidak lama Ara menggelinjang ketika pelepasan itu datang begitupun Dariel menekan kuat kedalam sambil menyembunyikan wajahnya dipundak sang istri. Nafas Dariel terengah-engah dengan badan yang sudah dibanjiri keringat. Ini olahraga ternikmat yang selalu ingin Dariel lakukan setiap hari.
"Mmmhh....ahh..." Dariel merasakan sesuatu keluar dari miliknya. Itu seperti berlarian keluar dan mencari sesuatu untuk ditemui. Dariel masih bertahan disana tak mau melepaskan miliknya sementara Ara mengusap pelan rambut Dariel dengan sisa-sisa tenaganya.
"Ampun deh..." Bisik Ara membuat Dariel tertawa kecil dibalik pundaknya. Dariel menaikan badannya sendiri. Menatap istrinya dengan wajah yang sedang merona begitupun wajahnya yang terasa panas.
"Ayo mandi.." Ajak Dariel sambil memainkan rambut Ara.
"Aku masih lemes bang.."
"Abang mandiin dek." Canda Dariel sambil senyum-senyum dengan panggilan Ara. Dia harus mandi sekarang kalau tidak dia bisa melahap Ara lagi.
"Abang ga ada capenya, baru selesai udah ngajak mandi."
"Sayang...aku ga suka kamu mabok-mabok lagi ya kaya kemarin. Itu ga baik sayang.."
"Iya, aku kemarin bener-bener pusing aja butuh hiburan."
"Tapi jangan kaya gitu dong, kamu sampe lupa aku siapa. Coba kalo ga ada aku disana, ga ada temen-temen aku disana, cowok-cowok lain bakalan manfaatin kondisi itu yang..."
"Iya Abangku, itu terakhir kalinya aku kesana." Ara dengan cepat membungkam Dariel dengan ciumannya lagi agar suaminya tak mengomel. Dariel mendengus, dia bisa terangsang lagi jika begini caranya.
"Mmmmm....sayang..." Ara mendorong dada Dariel perlahan sementara kabut gairahnya sudah datang menyelimuti Dariel dengan cepat.
"Soal ke dokter... udah dari Bali jadikan?"
"Gimana kamu aja aku cuman minta satu. Apapun hasilnya jangan bikin kamu berubah. Kalo kita harus punya anak sekarang pasti Allah kasih tapi kalau pun engga, kita mending pacaran aja terus setiap hari. Ada atau engga ada anak bukan tolak ukur aku bahagia atau engga. Seeing your smile is happiness for me. I love you Arabella, I'm who I'm because of you and your family, no matter what happens to us in the future, everyday we are together is the greatest day of my life." Dariel tak henti mengungkapkan rasa cintanya hari ini. Dia tak mungkin berpaling dari wanitanya ini.
"I love you too honey, I'm so lucky to have you as my husband." Ara membalas ucapan Dariel dengan manis pula membuat suaminya senyum-senyum dan mencium bibir Ara kembali.
"Again?" Ucap Dariel tak mau melepas tautannya.
"NO...." Ara dengan senyuman sambil membalas ciuman suaminya. Jawabannya jelas meminta pengampunan pada Dariel.
***To be continue