"Sayang...maaf..." Dariel dengan mata tertuju pada Ara. Ara juga menatapnya namun seolah bisu dia belum membalas ucapan Dariel.
"Kamu maafin aku?"
"Aku tahu kamu ga maksud gitu." Ara membelai rambut Dariel dengan lembut.
"Aku minta maaf ya sayang. Maaf...Aku bahagia punya kamu. Kalo emang kita harus hidup berdua aja, aku ga papa. Itu ga mengurangi kebahagiaan aku sama kamu. Aku ga butuh wanita lain." Dariel hanya mampu membuat Ara mengangguk dengan mata berkaca-kacanya. Kini Dariel sedikit menaikkan badannya agar wajah mereka saling bertemu. Ara kemudian memeluk suaminya itu.
"Kita ga usah bahas-bahas anak lagi oke?biarin itu berjalan gitu aja. Aku ga mau kita berantem gara-gara ini. Aku nikahin kamu bukan karena keturunan. Aku sayang sama kamu dalam keadaan apapun." Ucapan Dariel terdengar jelas di telinga Ara. Kini dia lega karena istrinya sudah memaafkan kebodohannya itu.
"Aku minta maaf udah bohong soal keluarga kamu. Aku ga maksud cari mereka diem-diem."
"Iya sayang.." Dariel yang memang sudah tak kesal dengan itu karena penjelasan pak Stefan. Dia melepaskan pelukannya. Melihat wajah istrinya yang masih terlihat lelah. Dariel kini berusaha memberikan Ara ciuman namun belum juga dekat Ara segera bangkit dan pergi lagi ke kamar mandi. Dia muntah lagi. Dariel menyusulnya dan mengusap pelan punggung Ara. Semalam entah berapa banyak Ara minum yang jelas perutnya dibuat tak karuan sekarang. Segala isiannya terus saja keluar.
"Minum dulu.." Dariel meraih air susu yang tadi dia bawa dan menyodorkannya pada Ara. Istrinya itu kini duduk dan meneguk susunya pelan.
"Perut aku ga enak..." Ara meraih pinggang Dariel dan memeluknya disana.
"Ya udah makannya kamu makan dulu supnya, aku angetin lagi ya." Dariel mengelus pelan rambut Ara yang ada dibawahnya.
"Engga, ga mau..." Ara lemas.
"Ya udah mau makan apa?"
"Engga, aku ga mau makan.."
"Ya udah aku ambilin coklat aja ya supaya ga eneg gitu.." Tawaran Dariel kali ini disambut anggukan. Dariel berjalan kebawah mengambil sebungkus coklat dikulkas.
"Lu pasti sakit, Ara aja sakit.." Komen Dariel saat melihat Gio duduk.
"Iya kepala sama perut gw sakit, mungkin karena ga biasa kali ya.."
"Lagian lu sosoan minum banyak." Ledek Chandra.
"Minum susu sana, gw bikin sup tuh.."
"Untung Ara kasih libur kalo engga gw ga tahu deh kerja gimana."
"Ya udah lu banyakin istirahat, besok kan kalian balik."
"Lu gimana Riel?"
"Gw juga balik tapi kayanya beda pesawat aja."
"Ya udah gw reschedul supaya bareng."
"Ga usah, nanti gw tanya Ara dulu. Gw keatas ya.." Dariel menemui istrinya lagi. Ara kembali berbaring dengan tv yang sudah menyala.
"Nih coklatnya."
"Makasih."
"Kamu beneran ga mau sup?aku makan nih daripada mubazir."
"Iya makan aja." Dariel duduk disamping Ara yang berbaring lalu memakan sup cream yang dia buat sendiri sambil menonton.
"Besok kamu pulang bareng yang lain aku nyusul ya.."
"Kenapa?"
"Beda penerbangannya."
"Ya udah kamu reschedul kita pulang bareng."
"Yakin?"
"Jadwal kamu aja, yang lain pulang aja sesuai jadwalnya. Kita beli tiket baru."
"Iya-iya aku cek dulu." Dariel mengeluarkan Handphonenya lalu mencari-cari tiket.
"Kita pulang malem ya.." Dariel segera menyelesaikan transaksinya.
"Pulang darisini kamu harus jelasin sama mommy sama Daddy tentang Nayla yang kerja di kantor. Mommy salah paham soal foto-foto kamu sama Nayla dan Daddy marah besar."
"Aku tanya sama kamu, kamu dapet darimana fotonya."
"Dari mommy."
"Kok mommy bisa dapet?"
"Jonathan."
"Jonathan?"
"Udahlah ga penting, pokoknya kamu jelasin sama mereka. Daddy kemarin kesel sama kamu."
"Iya nanti aku kerumah. Aku kenalin kamu ya sama Nayla.."
"Ngapain?"
"Ya supaya kamu ga curiga-curiga lagi. Ga ada perempuan lain sayang."
"Iya tapi nanti aja."
"Iya gimana kamu aja. Eh iya waktu kamu dinas aku pergi nemuin ayah aku."
"Maksud kamu?ayah kandung kamu?" Ara terkejut kini dia ikut terduduk ditepi ranjang dan melupakan sakit perutnya.
"Iya. Aku cuman pingin liat aja. Aku ga bilang apapun sama dia. Dia udah hidup tenang sama keluarganya jadi..ya udah aku putusin buat masing-masing aja."
"Riel tap....."
"Sst....aku pingin fokus sama kamu sayang daripada ngurusin kaya gitu. Mereka juga ga ngurusin aku kok. Aku pingin urusin keluarga kecil aku sama kamu." Jawaban Dariel membuat Ara tersenyum. Dariel menarik Ara kedalam pangkuannya setelah meletakkan mangkok diatas nakas.
"Inget yang aku bilang waktu kita di Dubai?kita ga boleh pisah apapun yang terjadi. Jangan suruh-suruh aku cari perempuan lain karena ga akan pernah aku ketemu yang kaya kamu." Ucap Dariel yang kemudian mendapatkan hadiah sebuah ciuman dari Ara.
"Istirahat sana sayang..."
"Kamu mau kemana?"
"Aku ga kemana-mana. Kamu butuh tidur, besok mau ke kantorkan bentar?"
"Kamu disini aja." Ara manja
"Iya sayang." Dariel lalu menemani Ara sampai dia tertidur.
***
Dariel bermain kartu bersama Chandra dan Sonya sementara Ara sudah terlelap begitupun Gio yang pergi ke kamarnya.
"Dasar orang kaya, rumahnya enak bener." Puji Chandra merasa senang tinggal sementara dirumah bosnya.
"Ini tuh hadiah dari Alm. kakeknya Ara. Jadi yang punya rumah disini Ara sama Kay sementara Jay sama Kris dibeliin di Jogja." Dariel menjelaskan.
"Anak sultan emang, btw adik-adiknya itu nanti bakalan kerja juga dong di SC."
"Ga tahu soalnya Kay punya usaha sendiri, Jay masih takut datang ke SC."
"Ngomongin soal Jay beneran Riel yang diberitain itu?" Sonya penasaran.
"Emang Edward ga cerita?"
"Dia cuman cerita waktu kecil Jay emang ada sedikit kelainan."
"Iya tapi dia normal kok, kan namanya juga orang berobat ga mungkin langsung sembuh ada prosesnya tapi dia anaknya cerdas banget."
"Gw jarang liat dia ke SC waktu kecil pasti aja digendong sama bapaknya."
"Kalo lu udah resmi nih sama Edward pasti ada acara wajib ngenalin ke opa nanti semua keluarga pada kumpul tuh disitu. Kaya semi ospek gitu." Dariel mengingat moment dimana dia ikut acara keluarga Seazon.
"Keluarga mereka ada yang jahat ga? kaya disinetron-sinetron gitu Riel.."
"Engga, baik-baik kok cuman ya emang orang kaya apa-apa juga gampang."
"Masalah lu sama Ara udah selesai?"
"Udah Chan, besok Ara sama gw pulangnya, kalian duluan aja."
"Oke."
"Gw mau minta tolong sama kalian. Kalo bisa dikantor jangan bahas-bahas soal anak ya. Kalaupun udah tanggung kebahas ya jangan diperpanjang."
"Iya, tenang aja Riel, gw ngerti."
"Makasih.."
"Tapi lu tahukan Farah lagi hamil?"
"Hamil?gw ga tahu."
"Makannya kalo di grup lu aktif dong."
"Ah iya gw kemarin-kemarin sibuk banget sorry."
"Kalo itu ga mungkin kita sembunyiin kan?jadi gw rasa Ara harus maklum soal Farah."
"Iya ntar gw ngomong pelan-pelan."
"Sabar ya Riel..."
"Iya makasih nya, makasih Chan..." Dariel dengan senyuman.
***To be continue