"Aku harus gimana pak?" Tanya Dariel.
"Ya minta maaflah. Kamu salah."
"Udah tapi ya gitu. Ara kayanya masih marah aku minta maaf segimanapun."
"Kalo cuman kamu bohong tentang Nayla kayanya dia bisa maafin, kalo cuman kamu kecewa soal diselidiki keluarga kamu kayanya dia juga bakal maafin tapi emang soal kehamilan itu yang paling melukai hati Ara. Perempuan mana ada yang biasa aja denger ucapan kamu itu?sekarang kamu bilang itu didepan ibu pasti dia juga kecewa sama kamu."
"Iya aku salah soal itu. Aku emosi aja pak."
"Bapak udah bikin kamu kecewa juga kayanya."
"Kenapa?"
"Bapak sebenernya udah tahu kalo keluarga Ara nyariin keluarga kamu."
"Kok bisa?"
"Sebelum mereka cari tahu, Kenan datang kesini dia ceritain kalo anaknya Ara sedih liat kamu ngelamun dan ngomongin tentang keluarga kamu. Apa yang bikin kamu sedih itu dirasain juga sama Ara. Niat Ara bagus menurut bapak. Dia pingin kamu seneng makannya dia minta bantuan bapaknya yang bisa ngapain aja buat cari tahu tentang keluarga kamu. Kenan bilang kalo semuanya udah bener dan pasti mereka bakalan bilang sama kamu dan keputusannya ada dikamu. Mau nemuin keluarga kamu atau engga. Kitakan ga tahu kesiapan kamu gimana. Ara bilang sama Kenan kalo kamu pingin tahu ayah kamu jadi jelaslah dia cariin."
"Kok bapak baru cerita?"
"Bapak nunggu Ara ceritain ke kamu tapi ga tahu gimana kok jadi berantem begini."
"Aku nemuin map di kamar dan aku buka isinya ternyata semuanya tentang keluarga aku dan aku langsung marah."
"Jadi bukan Ara yang ngasih tahu kamu?"
"Bukan, aku keburu nemuin dulu dokumennya."
"Emang kalo lagi emosi manusia itu suka lupa diri."
"Tapi Pak...aku nemuin ayah aku." Dariel memberitahu tentang kepergiannya beberapa hari yang lalu.
"Aku nemuin dia bukan buat ngaku aku anaknya. Aku pingin tahu aja. Aku pingin liat aja sosok ayah aku dan aku udah mutusin untuk ga ganggu dia. Dia sekarang udah punya keluarga. Punya istri yang baik anak yang cantik. Aku ga mau ganggu kebahagian orang dengan pengakuan aku lagian siapa yang mau percaya juga selama ga ada ibu disana."
"Riel.."
"Aku ga papa pak. Aku udah ikhlas kalo orang tua aku ninggalin aku. Aku udah kebiasa sekarang. Mereka punya jalan masing-masing."
"Ya udah mending sekarang fokus sama keluarga kamu. Fokus sama istri kamu."
"Iya pak."
"Riel..anak itu ada waktunya. Kamu tahukan bapak sama ibu juga susah dapet Rena sampe setua ini baru dikasih tuh Rena. Semuanya udah diatur kok. Kamu liat sendirikan. Tuhan udah ngatur kamu ketemu sama ibu kamu, sama adik kamu, sama jodoh kamu, sampe akhirnya kamu tahu ayah kamu pun udah diatur semuanya sama Tuhan. Sekarang pingin anak juga pasti udah ditentuin sama tuhan waktunya kapan. Sabar Riel. Bapak yakin Ara juga pingin, siapa sih wanita yang ga pingin ngasih keturunan buat suaminya?tahu ga wanita itu kadang ngerasa belum sempurna rumah tangganya kalo belum hamil punya anak. Yang harus kamu lakuin itu support Ara. Gimana dia bisa hamil kalo kamu marah-marahin? Jangan dibikin stres gitu loh Riel. Disayang, disenengin jadi hormon dia tuh bagus."
"Iya pak.."
"Udah ga usah ditelepon-telepon tunggu dia tenang terus ngomong." Perkataan Bapak bertepatan dengan telepon masuk dan itu istrinya. Dariel senang.
"Bentar pak." Dariel segera menjauh dan mengangkat telepon itu.
- Halo sayang.
- Aku ga bisa pulang hari ini, aku lanjut ke Bali.
- Kok gitu?
- Dadakan.
- Berapa hari?
- tiga.
- Oh iya Ra.
- Ya udah aku tutup teleponnya.
- Eh Ra..
- Apa?
- Bales pesan aku dong, angkat telepon aku. Aku pingin tahu kabar kamu.
- Iya.
- Kamu masih marah?
- Engga.
- Cara ngomong kamu ke aku beda.
- Aku ga mau debat di telepon.
- Aku juga. Aku cuman pingin kita selesaiin ini.
- Riel..aku tahu selesainnya gimana. Aku udah mikir ini. Kalo masalah besarnya cuman gara-gara anak. Cari aja cewek lain Riel yang bisa ngasih kamu anak dengan cepet. Aku ikhlas kalo kamu mau nikah lagi, mau tinggalin aku pun aku ga papa. Aku cape kalo harus mikirin tentang anak terus, aku cape kalo sampe harus berantem kaya gini gara-gara anak. Kita bahas apapun kayanya kata anak selalu nyelip disana. Hubungan kita udah ga baik. Kalo kamu udah nemu ceweknya kasih tahu aku.
- Ra...Ra...
Panggil Dariel dibalik telepon namun Ara sudah menutupnya disana. Dariel panik. Dia tak mengerti kenapa Ara memikirkan jalan itu.
- Iya Riel.
- Lu dimana?
- Dibandara mau ke Bali.
- Ara mana?
- Lagi di WC.
- Susulin.
- Ya kali gw cowok susulin dia.
- Suruh siapa kek. Sonya gitu...
- Iya-iya.
- Sampe di Bali kasih tahu gw.
- Iya bawel.
Chandra menuruti perintah sahabatnya itu untuk memeriksa Ara.
***
Ini sudah pukul 1 malam tapi Ara masih saja enggan untuk pulang kerumahnya yang ada di Bali. Ara sengaja membawa teman-temannya kerumah agar lebih leluasa dan menikmati dinas sekaligus liburan di Bali. Dia sudah mumet berada di Jakarta belum lagi kesibukan dan permasalahannya kemarin membuat Ara butuh hiburan.
"Ra..Ra udah lu bisa mabok nanti..." Sonya menghentikan Ara minum begitupun Chandra dan Gio.
"Sekali-sekali, besok kalian boleh libur, ayo..minum lagi." Ara menarik gelasnya lalu memaksa ketiga temannya itu untuk ikut. Mereka mengikuti perintah Ara.
"Lu udah telepon Dariel?"
"Udah, tapi ga aktif."
"Terus gimana nih?"
"Ya udah gimana lagi, dia bos kita." Bisik pelan Gio yang diam-diam menikmati kunjungannya ini. Mereka kini berada disalah satu Club terkenal di Bali. Sonya dan Chandra kini hanya dapat memandangi teman-temannya itu seolah mengawasi apa yang diperbuat sementara Gio masih bersemangat menemani Ara yang entah sudah berapa gelas minum.
"Mau kemana?" Tanya Sonya ketika melihat Ara dan Gio berdiri. Ara mencoba berjalan lurus. Ini sudah tak benar. Kini Ara dan Gio malah bersenang-senang menari bersama mengikuti alunan musik yang dimainkan sang DJ.
"Gw harus gimana nih, Chandra mana lagi?." Sonya gelisah dia takut jika ada apa-apa dengan Ara, Dariel akan marah.
"Mana orangnya?"
"Dariel?" Sonya terkejut melihat temannya ada disana bersama Chandra rupanya kepergiannya itu untuk menjemput Dariel. Ransel yang dibawanya kini dia simpan dikursi lalu menghampiri Ara dan Gio.
"Ra..." Dariel menarik tangan Ara. Wanita itu kini menatap Dariel.
"Si..siapa?" Ara terbata-bata dengan mata sayu dan kaki yang kehilangan keseimbangan.
***To Be Continue