Jesica kini sudah duduk disamping suaminya itu sementara Kenan masih diam menunggu istrinya menjelaskan.
"Aku ada curiga aja sama sekretaris baru Dariel. Pertama kali ikut meeting mereka udah akrab banget terus dari gesture tubuhnya tuh ada yang beda gitu loh Mas. Aku suruh aja Jonathan buat liatin. Aku lupa siapa nama sekretarisnya itu tapi yang jelas aku ga suka dan kebuktikan mereka malah jalan-jalan bukan dinas."
"Terus kenapa kamu ga bilang sama Mas?"
"Aku takut Mas langsung marah. Kalo udah nyangkut kakak Mas biasanya langsung main bertindak aja ga mikir ini itu. Hal yang kaya gini tuh harus hati-hati.."
"Suruh Dariel pulang sekarang."
"Dia pulang besok Mas."
"Ya ngapain dinas kalo buat begituan mending suruh pulang. Mas telepon anaknya." Kenan segera meraih Handphonenya lalu menghubungi sang menantu namun teleponnya tak diangkat oleh Dariel.
"Ga diangkat-angkat lagi." Kenan kesal. Dia langsung marah ketika tahu anak perempuannya dipermainkan seperti ini.
"Mas jangan kasih tahu kakak dulu. Dia lagi sedih sekarang kalo dikasih tahu pasti dia makin sedih aja."
"Suruh anaknya pulang kerumah, ngapain tinggal sama cowok kaya gitu."
"Cowok kaya gimana?" Ara yang mendengarkan langsung turun mendekati orang tuanya.
"Eh kak..."
"Mommy sama Daddy lagi ngomongin Darielkan?" Ara membuat Kenan dan Jesica terkejut.
"Ada apa mom?kenapa sama Dariel?"
"Ehm..."
"Udah bilang aja kakak harus tahu.." Kenan yang sebenarnya masih kesal dengan kebohongan Jesica memaksa istrinya itu untuk menceritakan foto yang dikirimkan Jonathan.
"Mommy suruh Jonathan ngikutin Dariel sama sekretaris barunya, terus Jonathan kirim foto ini." Jesica memberikan Handphonenya dan terlihat dengan jelas Dariel sedang berpelukan dengan wanita itu. Ara terkejut bukan main. Ini benar Dariel?bahkan di foto kedua Dariel melepaskan jaketnya untuk diberikan pada sang sekretaris.
"Telepon orangnya suruh pulang." Kenan mengulangi perkatannya. Ara menurut dia segera meraih Handphonenya dan menelpon suaminya itu. Beberapa kali dicoba teleponnya belum diangkat juga.
- Halo sayang.
Dariel akhirnya menjawab telepon Ara.
- Sayang?kamu dimana sama sekretaris kamu?dihotel?!
- Aku lagi dikantor sayang. Kenapa?kok kamu ngomongnya beda. Ada apa?
- Jangan sosoan bilang ke kantor ya kalo lagi mesra-mesraan sama sekretaris kamu.
- Mesra-mesraan?aku kerja sayang.
- Sayang-sayang. Ga usah panggil aku sayang kalo kamu punya cewek lain.
- Ada apa sih?aku ga ngerti deh kamu ngomong apa.
- Tega ya kamu, kamu selingkuh sama sekretaris kamu sendiri.
- Maksud kamu?
- Semaleman aku nunggu kabar dari kamu tapi kamu malah kelayapan sama sekretaris kamu, mesra-mesraan sama dia terus kalian pelukan segala. Gila ya kamu. Kira-kira dong kalo nyari selingkuhan masa dikantor mommy.
- Ra...kamu salah paham sayang.
- Pulang sekarang!!!
- Iya-iya aku pulang sekarang tapi...
- Kenapa?masih pingin berdua sama sekretaris kamu?.
- Ra...tenang dulu.
- Enak aja tenang-tenang.
- Oke aku pulang sekarang kita bicarain ini dirumah.
- Pokoknya malem ini aku pingin liat muka kamu dirumah.
Ara menutup teleponnya dengan kesal. Dia tak menyangka Dariel setega itu dengan dirinya.
"Apa katanya?"
"Dia pulang hari ini dad.."
"Baguslah biar Daddy kasih pelajaran."
"Biar aku omongin ini dulu deh dad sama Dariel. Mommy sama Daddy pulang aja..."
"Kakak yakin?"
"Iya mom.."
"Ga usah biar Daddy temenin."
"Aku ga papa kok dad. Aku pingin selesain masalah ini berdua dulu sama Dariel. Aku janji kalo ada apa-apa aku telepon Daddy."
"Janji ya sayang, Daddy tunggu."
"Iya dad.."
"Kakak sarapan dulu sana mommy udah siapin."
"Iya mom.." Ara dengan lemas lalu berjalan kearah meja makannya.
"Kamu mau kemana?" Kenan langsung menarik tangan Jesica.
"Aku mau liat Kris."
"Urusan kita belum selesai ya."
"Aku kan udah jelasin Mas."
"Mas ga suka ya kamu bohong meskipun buat kebaikan. Mas ga suka kamu sembunyiin sesuatu kaya gini. Mas tadi mau datengin si Joe tahu ga..." Kenan dengan nada kesalnya. Jesica yang juga merasa bersalah kini duduk dipangkuannya.
"Iya Mas maaf, aku salah. Aku ga ngasih tahu Mas, aku salah."
"Iya tap...." Kenan terbungkam dengan ciuman istrinya.
"Aku ga mungkin selingkuh Mas. Masa ada suami yang rela jarinya keputus buat anak Istrinya eh diselingkuhin. Aku mana tega sih Mas?aku ga sebodoh itu. Joe ga ada apa-apanya dibanding Mas."
"Kali aja lagi nyari daur muda."
"Ih Mas, engga. Aku ga ada apapun sama Joe. Ini murni karena aku penasaran sama Dariel."
"Beneran sayang?" Kenan sudah luluh kembali.
"Bener, orang aku ga chat yang aneh-aneh juga sama dia. Mas percayakan sama aku?kodenya aja langsung aku kasih tahu."
"Awas ya kamu kaya gitu lagi. Mas tinggalin..."
"Ih ancemannya gitu banget."
"Berarti Mas seurius, Mas sayang sama kamu. Kamu diliatin cowok aja Mas bisa ngambek apalagi ini sembunyi-sembunyi saling teleponan."
"Iya-iya udah, ga usah dibahas aku ga akan gitu lagi paling nanti aku telepon Joe suruh dia pulang juga."
"Mas aja."
"Iya sama Mas. Aku keatas ya Mas takut Kris nyariin."
"Handphone kamu mana?"
"Itu dimeja." Jesica mengarahkan pandangannya pada Handphone miliknya sebelum pergi meninggalkan Kenan yang sudah cemburu buta.
***
Sejak pukul 3 sore Dariel sudah sampai dirumahnya namun istrinya itu belum pulang sepertinya dia masih bekerja dikantor. Dariel memilih membersihkan dirinya terlebih dahulu dikamar mandi agar ketika bertemu istrinya dia tak lagi terlihat kucel. Belum lagi Dariel harus menjelaskan apa yang terjadi antara dia dan Nayla di Batam. Itu memang kesalahannya tapi memang cepat atau lambat Ara pasti akan tahu juga. Selesai mandi dia membereskan isi kopernya agar Ara tak lagi mengomel ketika pulang nanti. Dia tahu Ara tak suka yang berantakan namun ketika sedang asyik membereskan barang-barangnya. Matanya tertuju pada map berwarna biru diatas nakas disamping tempat tidurnya.
"Kayanya punya Ara ketinggalan." Dariel mengambil mapnya. Niat akan dibereskan tapi Map itu terjatuh dan membuat banyak kertas bertebaran dilantai. Dariel yang semula hanya mencoba menyusunnya kembali langsung salah fokus dengan tulisan 'Sagara' yang ada disalah satu kertas. Dia menarik pelan kertas itu lalu membaca isinya. Matanya bolak balik dari kiri ke kanan mencoba mencerna setiap huruf yang tertulis disana. Seketika Dariel langsung terduduk diatas lantai mengetahui bahwa semua map itu berisikan lembaran-lembaran yang menceritakan semua anggota keluarganya. Apakah Ara mencari tahu selama ini?Darimana Ara mendapatkan ini?. Dariel benar-benar terkejut. Meskipun dia jadi tahu siapa ayahnya tapi dia cukup kecewa jika sampai benar Ara mencari tahu semua ini tanpa sepengetahuannya. Kenapa dia harus melakukannya?.
***To Be Continue