WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.
Pergi honyemoon sepertinya pilihan yang tepat karena Ara tampak bahagia disini. Jalan-jalan ke Dubai membuat mata Ara terpesona dengan deretan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Ara masih ingat ketika pertama kali mereka sampai di bandara. Ara dan Dariel dijemput dengan Rolls Royce Phantom putih yang dikemudikan oleh sopir terbaik di dunia. Mobil itu menuntun mereka ke hotel Burj Al Arab yang cukup terkenal disana. Sepanjang perjalanan Ara bahkan dibuat bungkam oleh indahnya pemandangan yang terpampang nyata didepannya. Sesampainya di lobi Burj At Arb mereka disambut oleh lenggak-lenggok air mancur yang menjulang tinggi ditambah dengan pilar-pilar warna emas yang begitu mempesona. Struktur bangunan seperti siluet kapal berlayar ini sudah mengundang decak kagum mata Ara dan Dariel sejak tadi. Ini benar-benar fasilitas termewah yang pernah mereka rasakan. Mata mereka tak henti dibuat terpana saat berjalan disekitaran lobi. Disana terdapat akuarium besar di sisi kiri dan kanan yang berisikan biota eksotis. Menurut informasi yang mereka dengar terdapat 220 kamar dengan kelas suite di hotel tersebut. Masing-masing kamar memiliki dua lantai. Lantai bawah diisi ruang keluarga dengan sofa-sofa besar, ruang kerja, ruang makan, dan tempat penyimpanan koper. Kamar tidur ada di lantai atas. Ara dan Dariel sendiri akan menempati kamar dengan kelas royal suite. Ruangan royal suite berukuran sangat besar untuk ukuran kamar hotel biasa. Kamar utamanya ada dua dengan masing-masing kamar mandi yang dilengkapi jacuzzi dan perlengkapan mandi dari Hermes sementara di lantai bawah ada satu kamar tamu. Belum cukup sampai disitu saja, royal suite dilengkapi dengan satu remote control yang mengatur semua pelengkap ruangan seperti TV, pemutar musik, gordyn, lampu dan pendingin ruangan selain itu tamu royal suite memiliki lift dan pelayan pribadi yang siap melayani 24 jam dalam sehari. Mereka juga dimanjakan dengan fasilitas MacBook dan iPad yang dilapisi emas. Aksen emas memang begitu terasa disini bahkan sejak mereka sampai hampir seluruh sudut hotel menggunakan warna emas. Hotel ini juga memiliki bar, restoran, dan juga spa dengan pusat kebugaran. Hal ini membuat Ara tak habis pikir dengan pilihan Dariel. Dia tak percaya Dariel bisa seroyal ini padanya padahal biasanya dia banyak memperhitungkan segala sesuatu. Inilah, itulah tapi kali ini Dariel memanjakannya. Jelas ini bukan liburan yang murah. Hal itulah yang membuat Ara selalu tersenyum ketika terbangun dari tidurnya. Sejak 3 hari yang lalu Dariel benar-benar memperlakukannya bagaikan seorang putri kerajaan belum lagi staf hotel begitu ramah dan mereka tak henti memberikan pelayanan terbaiknya membuat Ara semakin nyaman untuk berlama-lama di Dubai. Ini fantastis.
"Morning..." Ara menyapa Dariel yang baru saja terbangun dan sedang melakukan peregangan.
"Morning." Jawab Dariel. Matanya memandang kearah Ara yang sekarang menarik diri untuk mendekatinya. Memeluk badannya yang bertelanjang dada. Sikap manja inilah yang selalu Ara tunjukkan saat mereka terbangun.
"Ga mandi sayang?"
"Bentar lagi."
"Semalem mommy telepon tapi kamunya tidur jadi ngobrolnya sama aku."
"Ngobrolin apa?kerjaan?"
"Bukan, nanya kabar aja."
"Aku baik-baik aja kok tambah baik malah."
"Iya, aku juga udah bilang gitu kok."
"Sayang makasih..." Ara semakin mempererat pelukannya.
"Iya sama-sama." Dariel mencium puncak kepala Ara yang berada tepat didadanya.
"Aku bener-bener kaget kamu siapin ini buat aku."
"Ini yang kamu perluin-kan?kalo ini bisa bikin kamu seneng, bisa bikin perasaan kamu lebih baik. Aku ga akan pernah nyesel."
"Kamu sekalinya pelit bisa pelit...banget sama aku. Sekalinya royal, bisa royal....banget sama aku." Perkataan Ara disambut tawa kecil oleh Dariel.
"Pikiran kamu udah jauh lebih tenang sayang?"
"Iya dan mungkin aku udah lupa."
"Kemarin mommy cerita, sekarang Jay punya ketakutan sendiri kalo liat pisau. Kemarin-kemarin dia sempet nangis-nangis sambil mohon-mohon sama mommy supaya ga motong tangan Daddy padahal mommy cuman lagi potong wortel."
"Wah masa?"
"Iya, itu artinya kejadian itu dimata Jay memang begitu kejam dan sadis sampe Jay ga bisa lupa. Ini bukan aku ingetin kamu lagi soal kejadian itu tapi...aku pingin aware aja kalo kesehatan mental itu penting. Sepulang darisini aku pingin kamu dukung adik kamu. Dia butuh support dari kita."
"Jay itu kan anak kecil yang masih polos yang kalo liat hal kaya gitu pasti bakal ketakutan. Aku sih udah liat Kay. Dia kayanya bisa kok ngatasin ini."
"Tapi hati-hati juga jangan sampai kita tahunya Kay kuat dan sehat tapi ternyata dia ngebatin sendiri. Sekali-sekali juga ditanya, dikasih perhatian gitu."
"Kamu kok baik banget sih sama keluarga aku?kamu perhatian banget, padahal aku kakaknya ga liat itu." Ara sedikit terharu dengan ucapan Dariel.
"Karena keluarga kamu juga gitu. Kitakan keluarga udah sepatutnya aku perhatian sama adik-adik aku sendiri."
"Aku sayang kamu." Ara menarik badannya naik dan mencium bibir suaminya sementara Dariel segera membenarkan posisi badannya sambil memegangi paha Ara yang kini berada diatasnya.
"Ini udah hari ketiga dan aku belum dikasih hadiah." Protes Dariel membuat Ara tersenyum. Dia tahu 'hadiah' yang dimaksud suaminya.
"Aku kecapean kamu ajak jalan-jalan terus. Kamu pingin sekarang sayang?" Tanya Ara yang sebenarnya tak perlu dijawab oleh Dariel karena Ara dapat merasakan sesuatu yang mengeras dibawah sana. baru teringat saja Dariel sudah nafsu. Ketimbang menjawab pertanyaan Ara, Dariel memilih menaikan baju tidur tipis milik Ara agar dirinya dapat langsung melihat badan yang membuatnya birahi. Ara menundukkan lagi badannya dan menciumi Dariel tanpa ampun. Ara ingin memberikan service terbaiknya kali ini selayaknya pelayanan mewah hotel ini. Badannya terus merunduk kebawah dan semakin bawah. Melewati perut kotak-kotak Dariel. Setelah sampai dibawah sana. Ara segera membuka celana parasut hitam milik Dariel yang dia kenakan sejak malam. Junior Dariel jelas sudah mengembang dengan sempurna bahkan tanpa ragu membucah keluar ketika sesuatu yang menutupinya itu berhasil dibuka Ara. Dariel semakin membuka kakinya lebar agar Ara nyaman berada dibawah sana dan tanpa perlu waktu lama Ara memainkan benda pusaka suaminya itu. Tangannya dia gerakan naik turun terlebih dahulu seakan melakukan pemanasan dengan sesuatu yang menegang itu. Mata Ara begitu menggoda memandang Dariel yang sekarang sudah terlihat tak tahan untuk berlanjut ketahap kenikmatan yang lain.
"Ahhh...." Desah Dariel meluapkan rasa yang diberikan Ara. Tidak lama Ara mencium terlebih dahulu puncak kepala kejantanannya suaminya itu sebelum akhirnya membenamkan kedalam mulutnya. Ah...ini nikmat. Mungkin kata itu yang kini ada dikepala Dariel. Matanya tak henti terbuka dan terpejam menikmati permainan itu. Ini benar-benar berbeda dari sebelumnya mungkin karena setelah sekian lama akhirnya Ara mau melakukan ini lagi. Dia masih ingat bagaimana malam pertama mereka dulu yang membuat Ara tersedak.
***To be continue