WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.
Ara masih mendominasi diatas. Dia sibuk menggerakkan pinggulnya naik dan turun. Desahan demi desahan terdengar mengisi ruangan yang super megah itu bahkan tanpa malu Dariel sudah menyingkirkan selimut mahalnya itu kesembarang arah agar tak mengganggu mereka bercinta. Kini suaminya itu membalikkan posisinya. Dia sudah berada diatas Ara dan siap untuk menggempurnya habis-habisan. Ara selalu senang dengan posisi ini. Dia senang memandangi badan suaminya itu. Dari bawah sini dia dapat melihat bagaimana Dariel bergerak dengan sensual membuat gairahnya semakin memuncak sampai ke ubun-ubun. Kini Dariel membungkukkan badannya bergerak pelan dibawah sana sementara tangan Ara membelit leher Dariel.
"Ahh...ah..." Desah Ara saat kejantanan suaminya itu keluar dan masuk perlahan.
"Sayang yanghh cepet." Protes Ara.
"Cepet? sukanya yang cepet ya." Dariel segera melakukan gerakan cepatnya seakan menuruti permintaan sang istri.
"Ehm....ahh....ahh....Hhhhh..." Ara meremas bantalannya sendiri saat merasakan dirinya orgasme. Ini adalah orgasme keduanya setelah sebelumnya Dariel berhasil membuatnya tak berdaya sementara suaminya itu masih berusaha keras untuk memuntahkan miliknya di dalam. Saat pelepasan Dariel akan datang dengan segera dia menekan dan mencium istrinya. Melumat bibirnya dengan panas dan bergairah lalu turun menuju dua bukit kembar yang selalu dia berikan ciuman juga. Ini adalah hal yang diinginkan sejak kemarin-kemarin tapi karena jalan-jalan cukup menguras tenaga Ara, Dariel tak tega meminta jatahnya.
"Mau lagi?" Dariel dengan senyuman puas sementara Ara sudah dibuat tak berdaya. Dia tergolek lemas dengan aktivitasnya sejak sejam yang lalu.
"Hari ini kita mau ada desert safari sayang." Ara dengan lembut mengusap keringat Dariel yang ada diarea dahinya.
"Kita harus nyobain beberapa spot disini."
"Sekarang kamu udah pingin yang aneh-aneh ya.."
"Engga yang aneh tapi sesuatu yang baru."
"Tapi ga sekarang ya, aku lemes."
"Iya sayang, kasian istriku." Dariel mengecup pipi Ara.
"Kamu ga bikin tanda dileher atau pundak kan?ini panas loh aku ga mau pake baju ketutup semua hari ini."
"Coba aku liat." Dariel memandangi lekuk badan istrinya.
"Riel ih...seurius." Protes Ara namun Dariel malah menggigit puncak payudaranya gemas.
"Aw.." Teriak Ara pelan.
"Dariel lagi?"
"Iya maaf sayang."
"Panggil yang bener, sejak awal bangun kamu masih gitu."
"Iya Abang Darielku tersayang, jangan gigit-gigit dong." Ara membuat suaminya tersenyum.
"Engga ada tanda kok sayang." Dariel sambil melepaskan miliknya sementara Ara segera berdiri dan melihat cermin untuk melakukan pengecekkan apa benar yang dikatakan Dariel.
"Ga ada kan?" Dariel sudah berada dibelakang istrinya. Menyentuh pinggang Ara sementara istrinya itu mulai menaikkan rambutnya melihat dengan seksama bagian-bagian terbukanya.
"Kamu nakal, aku baru keluar kamu udah berdiri. Harusnya tiduran dulu supaya pembuahannya lancar." Dariel menghukum Ara lagi dengan gigitan kecil dipundak.
"Iya maaf..."
"Besok kita makan malem di Al mahara, kamu dandan yang cantik ya." Bisik Dariel ditelinga Ara.
"Iya sayang..."
"Ayo mandi bareng..." Dariel malah menggesek-gesekkan miliknya ditempat Ara sambil menahan pinggang istrinya.
"Sayang..." Protes Ara dengan gerakannya namun Dariel tak menggubrisnya. Dia justru menuntun Ara perlahan ke area sofa berwarna navy yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Mau apahhh....kamu bilang kasian...samahhh akuhh." Ara sedikit mendesah dengan gerakan yang dibuat Dariel.
"Aku ga bisa nahan sayanghhhh, main cepet aja ya.." Dariel membuat Ara menaikan satu kakinya dan tanpa perlu lama lagi dia segera menancapkan miliknya. Ara jelas tak bisa menolak lagi kali ini. Nafsu Dariel benar-benar tak ada habisnya. Ara meremas bantalan kursi disana sementara Dariel masih asyik menggoyangkan pinggulnya dengan ritme teratur dan tentu saja cepat sesuai perkataanya. Ini surga dunia.
****
Sore harinya Dariel dan Ara sudah dalam perjalanan menuju ke lokasi desert safari menggunakan mobil off road. Sebelum memasuki area Gurun, kendaraan yang mereka tumpangi itu berkumpul terlebih dahulu di pos persiapan. Terlihat para pengemudi mobil off road mengurangi tekanan angin roda depan maupun belakangnya. Selang beberapa menit kemudian, mereka berangkat dan mulai mengarungi lautan gurun pasir menuju pos pertama. Selama perjalanan menuju pos pertama, mata mereka disuguhi pemandangan langka yaitu oryx Arab yang berkelompok di gurun tetapi mereka tidak diperkenankan mendekatinya namun hanya dapat mengabadikan hewan langka itu dari kendaraan. Sesampainya di pos pertama Ara dan Dariel disuguhi minuman dingin sambil menikmati pertunjukan elang gurun dari seorang pawang. Setelah cukup beristirahat, mereka berangkat kembali melewati lautan gurun dengan gundukan pasir yang lebih tinggi dari sebelumnya. Semakin tinggi gundukan pasir semakin tinggi pula lompatan mobil yang mereka tumpangi karena memang mobil mereka berkecepatan tinggi. Tak hanya itu, sensasi lain dirasakan Dariel dan Ara saat mobil melintasi gurun pasir secara berkelok dengan kecepatan tinggi pula. Ini menegangkan sekaligus menyenangkan. Sang supir rupanya berhasil memacu adrenalin mereka dengan teknik menyetir yang begitu hebat dan membuat Dariel berdecak kagum. Sesampainya di pos tujuannya mata Ara dibuat kagum karena dapat menyaksikan matahari kembali ke peraduannya. Hal itu tak disia-siakan Dariel, mereka mengabadikan moment langka itu dan sesekali meminta bantuan sang supir untuk memotret kebersamaan mereka di balik siluet cahaya senja.
"Aku seneng banget kamu ngajak aku kesini. Ini honeymoon yang ga akan pernah aku lupa." Ara tak henti mengembangkan senyuman sambil merangkul mesra suaminya. Dariel hanya membalas dengan rangkulan lagi seolah dia juga bahagia jika melihat Ara tersenyum. Menjelang matahari terbenam, mereka melanjutkan perjalanan menuju pos terakhir untuk menikmati puncak acara desert safari. Setibanya di tempat itu, mereka dijamu dengan minuman hangat khas disana yaitu kopi Arabika dan banyak wisatawan berkumpul di lokasi ini. Selain minum para wisatawan juga dapat menikmati beberapa fasilitas dengan tarif yang cukup lumayan murah seperti berfoto menggunakan pakaian khas Timur Tengah, merajah tangan dengan henna, dan membuat nama menggunakan pasir berwarna-warni dalam botol. Ara memilih merajah tangan dengan Hena. Setelah itu mereka mencoba menaiki unta yang tersedia agar kunjungan mereka ke gurun pasir terasa afdol.
Sementara, sang pawang mengabadikan momen kami sambil memandu unta berjalan. Setelah 10 menit Ara dan Dariel kembali ke tempat camp dan mulai menikmati makan malam di tenda-tenda yang terbuat dari ranting palm kurma. Mereka menikmati hidangan makan malam dengan menu khas disana, di antaranya nasi biryani, daging domba muda, roti, serta minuman dan buah-buahan segar juga tersedia, tidak lupa mereka juga dapat menikmati wine dan shisha. menjelang malam mereka disuguhi pertunjukan belly dance dimulai. Mata Dariel pun tertuju pada sang penari tunggal itu, Atraksi sang penari perut yang memukau telah membuat Dariel terpesona terlebih, saat sang penari melakukan atraksi dengan meletakkan pedang di pinggul dan kepalanya, sambil meliuk-liukkan badan mengiringi musik khas Timur Tengah.
"Uh... seneng-seneng..." Sindir Ara melihat suaminya tak berkedip.
"Apa sih sayang, aku kagum aja. Penarinya hebat."
"Aku bisa kaya gitu."
"Oke, kita cobain malem ini." Tantang Dariel dengan senyumannya.
"Engga ah aku cape."
"Alesan..." Dariel sambil meraih tangan Ara dan mengecup punggung tangannya sebentar. Selang beberapa menit lampu-lampu di camp dipadamkan, suasana pun hening. Rupanya lampu sengaja dipadamkan agar mereka dapat melihat bintang-bintang di langit dengan jelas pada malam hari. Lagi-lagi mata Ara tak henti berdecak kagum dan ini menandakan berakhirnya acara desert safari mereka.
"Ini buat kamu.." Dariel membuka salah satu tangannya. Membuat fokus Ara yang semula keatas langit-langit kini berpindah ke tangan suaminya. Disana ada sebuah kalung dengan inisial nama Ara dan Dariel. Ara terharu. Selama disini dia merasa Dariel tak berhenti memberikannya banyak kejutan.
"Kita ga boleh pisah apapun yang terjadi." Dariel memasangkan kalung itu di leher Ara dan setelah selesai Ara memeluknya dengan haru.
"Ma..kasih.." Ara dengan suara tangis harunya.
"Aku sayang kamu." Dariel dengan romantis membisikan kata cinta yang tak pernah terlewat dia ucapkan menjelang tidur.
***To Be Continue