"Penjualan meningkat dong Riel..."
"Alhamdulillah dad, produk baru yang dilaunching kemarin ternyata disambut antusias..." Dariel dengan senyuman mengembang di bibirnya begitupun Jesica yang sama-sama ada di ruangannya.
"Duh..Daddy kaya berkhianat gini malah kerja disini."
"Sama istri kok berkhianat sih Mas.."
"Engga sayang, Mas ikhlas bantuinnya. Mas ga digaji pun ikhlas kalau kamu yang minta."
"Masa?."
"Bulan depan gaji Mas langsung ke rekening kamu ya.." Tantang Kenan membuat Jesica hanya tersenyum.
"Gimana perkembangan rumah?."
"Ara udah liat, dia setuju aja dad mungkin pembangunannya bakalan dimulai setelah urusan jual belinya selesai."
"Udah bilang sama bapak kamu Riel?."
"Udah mom, kemarin kerumah bapak sempet kaget juga liat Ara."
"Pipinya masih lebam?."
"Iya dikit dad.."
"Berarti pukulannya keras banget tuh.."
"Lagian Kay sama Jay berantem bener-bener deh ga kaya bisanya." Jesica masih sedikit menaruh rasa curiga. Apa benar ini karena Jay yang tak suka ada wartawan dirumahnya?.
"Dariel juga kaget mom tiba-tiba waktu itu Ara teriak."
"Ya udah biarin aja sayang, udah berlalu ini, beritanya pun udah lenyap." Kenan langsung mengeluarkan handphone. Dia mengecek berita online. Gosip tentang Kay dan Alyssa memang masih ada namun sekarang tak seheboh kemarin. Kenan yang semula duduk santai kini mendadak duduk dengan tegak dan mimik wajah yang menegang.
"Kenapa Mas?."
"Sialan, siapa yang bikin berita kaya gini?."
"Mas...ada Kris.." Jesica heran dengan ucapan Kenan.
"Kenapa dad?."
"Coba kamu buka breaking news Riel.."
"Kenapa sih?." Jesica yang kepo langsung melihat kearah Handphone suaminya.
"Hah?!!, apa ini?." Jesica tak kalah kaget dengan berita yang dia baca bahkan dari judulnya saja dia sudah tak kalah terkejut. Layar handphone Kenan kini berubah menjadi tanda panggilan nama Riko ada disana.
- Halo kak.
- Ken, Ada berita soal...
- Aku udah baca Kak..
- SC jadi heboh lagi.
- Pasti, aku bakalan cari orangnya sampe dapet
- Kita semua ketemu di SC, ayah mau ketemu.
- Iya kak.
Kenan menutup teleponnya dengan penuh amarah.
"Kita harus pergi sekarang. Riel...kamu sama mommy jemput Jay dikampus, telepon Kay juga, Daddy mau ke SC."
"Iya dad.."
"Sayang hati-hati, kalau ada apa-apa telepon Mas nanti Mas suruh orang nyusul.."
"Iya Mas.." Jesica langsung melihat badan suaminya menghilang begitu saja dibalik pintu. Kenan benar-benar terburu-buru.
"Daddy..." Panggil Kris.
"Daddy kerja dulu sayang, sekarang kita jemput Abang.."
"Bang Je..."
"Iya Abang Jay..."
"Ayo mom..." Dariel sigap dalam situasi gawat darurat ini. Berita itu pasti membuat mertuanya sangat marah. Sepanjang perjalanan Jesica mencoba menghubungi Jay namun anak itu tak mengangkatnya, mungkin...dia masih di dalam kelas.
"Siapa sih yang berani bikin berita gitu?." Jesica tampak kesal. Matanya belum juga mau beranjak dari Handphonenya.
- Halo pak,
- Iya Bu
- Tolong ke kampusnya Jay sekarang ya, tapi ga usah bawa mobil nanti bapak bawa mobil Jay aja pulang suruh pak usman anter.
- Iya Bu
- Cepet ya pak, saya udah dijalan nih.
- Iya Bu, saya pergi sekarang.
- Makasih pak.
Jesica menutup teleponnya dan mencoba menghubungi anaknya lagi tapi belum ada jawaban juga dari panggilannya itu.
"Gimana kalau Jay sampe liat berita itu ya?."
"Dariel juga khawatir juga soal itu mom, Dariel jadi inget pertama kali ketemu Jay. Dia takut, panik, bingung gara-gara takut sama Daddy udah bikin mobilnya rusak."
"Kalau dia ngamuk di kampus gimana?."
"Jay mungkin ga akan kaya gitu mom, Dariel takutnya dia ngamuk bawa mobil."
"Pokoknya kita harus sampe sebelum dia selesai Riel."
"Iya mom, udah mom tenang. Mommy juga jangan panik nanti Jay malah jadi ikutan. Dia kan suka jeli liat wajah mommy. Mommy sedih dia tahu.."
"Mom...my..." Kris dari belakang memanggilnya.
"Iya sayang..."
"Men.."
"Iya buat Kris aja..."
"Mom...my..." Kris ngotot menyodorkan permen itu.
"Iya, sini cobain rasa apa ini ya?." Jesica melumat sedikit permen yang disodorkan Kris.
"Rasa coklat ini sayang, buat Kris aja.." Jesica membuat Kris mengemut permennya lagi sementara dari spion diam-diam Dariel memperhatikan interaksi ibu dan anak itu. Dia jadi memikirkan bagaimana sikap Ara nanti terhadap anaknya. Pasti mirip dengan ibunya. Dariel senyum-senyum sendiri. Dia ingin segera memiliki anak kecil. Dia ingin punya anak juga seperti orang lain.
****
Suasana dikantor Ara mendadak heboh kembali padahal sebelumnya situasi sudah mereda akibat statement yang dilakukan Alyssa dan tim managementnya. Ara jadi dibuat bingung kenapa semua jadi seperti ini. Keluarganya bahkan bukan selebriti terkenal meskipun sering dibahas di beberapa majalah kenamaan. Ini gara-gara Kay. Ya....ini gara-gara adiknya yang membuat gosip jadi semuanya merembet kemana-mana. Jika melihat dari judul beritanya jelas ini bukan lagi mainan. Ayahnya pasti akan marah besar jika membaca ini dan termasuk Ara. Dia tak suka juga dengan pemberitaan kali ini. Kini Kenan sudah berada di kantor dulunya. Karyawan yang ada di SC yang melihat Kenan berjalan dibuat terkejut dan takut. Dia tak pernah melihat Kenan semarah itu. Matanya seolah menimbulkan api sementara tangannya dia kepal siap memukul siapapun yang menganggunya. Tidak hanya Kenan, Riko dan Dikta yang juga datang kesana sudah tahu dan mengerti jika Kenan akan murka sekarang. Berita itu bukan hanya membuat Kenan marah tapi seluruh anggota Seazon marah jika mendengarnya. Ini benar-benar kacau dan memporak-porandakkan seisi gedung. Apa yang selama ini dia jaga kini hancur dalam sekian detik hanya karena berita murahan. Kenan masih bertanya-tanya kenapa hal itu bisa terjadi. Apa maksudnya?apa yang diincarnya?dan kenapa harus keluarganya?orang yang membuat berita itu sungguh biadab menurut Kenan. Ini tak bisa dimaafkan. Tangan Kenan kini mulai membuka pintu ruang meetingnya. Disana sudah berdiri kakak-kakaknya termasuk ayahnya yang duduk dengan tenang dengan pemikiran dikepalanya. Dia seolah sedang mencari jalan keluar untuk permasalahannya. Ara juga duduk bersama sepupunya yang lain menunggu dengan wajah gelisah.
"Ken... tenang..." Ucap ayahnya yang tahu jika anaknya sudah dipenuhi dengan amarah yang mungkin tak akan bisa dipadamkan oleh siapapun. Kemarahan itu sudah meluap-luap dengan jelas.
"Aku ga akan bisa terima yah, orang itu harus datang kesini mau hidup atau mati. Aku bakalan bikin dia bersujud dikaki aku sendiri. " Ucap Kenan di dekat ayahnya. Dia ingin mencari si pendosa yang menganggu ketenangan keluarganya dan kali ini tak ada ampun. Siapapun orangnya mungkin akan hancur di genggaman Kenan. Orang itu sudah membangunkan macam yang tengah tertidur.
****To be continue