WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.
Dengan perlahan Dariel mengarahkan pencukurnya ke arah jenggot dan kumisnya. Dia baru selesai mandi hari ini dia tak kemana-mana akibat banyaknya wartawan diluar. Handuk putih masih melingkar dipinggangnya sementara dadanya dia biarkan terbuka.
"Lagi apa sayang?" Ara memasuki kamar mandi.
"Lagi cukuran, kamu habis darimana?"
"Ngobrol dulu sama Daddy yang, kamu habis mandi ya?" Ara mendekat dan menyentuh perut sixpack suaminya kemudian dia berdiri disamping Dariel. Matanya melihat ke arah cermin didepannya.
"Iya tadi Kris ompolin aku."
"Hah?kena kasur aku ga?"
"Engga sayang di sofa kok tadi." Dariel selesai lalu membereskan alatnya sekalian membersihkan wajahnya.
"Aku juga kayanya mau mandi, panas..." Ara berjalan ke arah showernya. Perlahan dia mengangkat bajunya lalu menurunkannya celananya. Kini tersisa bra dan celana dalam miliknya. Diam-diam Dariel mengintip, memastikan apakah Ara masih dalam masa menstruasinya atau tidak namun ketika Ara menurunkan celana dalamnya tak tampak apa-apa disana. Yes....sorak Dariel dalam hati. Tanpa menunggu lama Dariel bergegas melepas handuknya dan menghampiri Ara.
"Aku temenin ya sayang..." Tangan Dariel menyelinap ke pinggang Ara.
"Kamukan udah mandi..." Ara pura-pura menolak sementara suaminya mulai menciumi Ara dibelakang.
"Aku bisa mandi berkali-kali kalau ada kamu."
"Apa sih nabrakin mulu yang..." Ara merasakan sesuatu di area belakangnya. Dariel tak peduli dengan ocehan Ara. Kini dia meraih kaki Ara membuat Ara dalam gendongannya.
"Mau apa Riel?"
"Aku gigit bibir kamu kalo terus panggil aku Dariel." Ucapnya lalu membawa Ara ke tempat tidurnya. Dengan lembut Dariel membaringkan istrinya.
"Mandinya nanti aja kalo udah selesai olahraga."
"Masih siang ini sayang.."
"Ga ada ketentuannya harus dilakuin siang, malam, pagi." Dariel sudah birahi. Dia meraih kedua kaki Ara dan melebarkannya. Dia sudah tak sabar dengan menu utamanya.
"Ga ada pemanasan?"
"Engga.." Dariel langsung melahap salah satu bukit kembar kesukaannya. Memainkan puncaknya disana sementara salah satu tangannya mulai membimbing kejantanannya ke arah dimana seharusnya dia berada. Setelah benar-benar terbenam Dariel mulai menggerakkan pinggulnya.
"Kamu..hhh... nakal ya. Udahhhh....selesai ga bilang-bilanghh.. akuhh..." Dariel dengan sedikit nafas tersengal karena gerakannya. Gerakan itu kian lama kian cepat bahkan tempat tidur Ara bergetar karena aktivitas mereka. Ara segera membalikkan posisinya,. Dia mendominasi sekarang. Menggoyangkan pinggulnya sementara Dariel yang berada dibawah merasa keenakan.
"Ah...ah....Ahhh...." Suara desahan Ara terdengar mengisi kamarnya sendiri. Ini adalah kali pertama dia bercinta dikamar miliknya dengan Dariel karena sebelum-sebelumnya pasti gagal. Dariel benar-benar meminta haknya seakan itu adalah hutang yang harus dibayar Ara dari beberapa hari yang lalu. Dariel sudah tak tahan ingin melepaskan dahaga akibat birahi yang tak terbendung lagi. Kali ini Dariel memilih untuk duduk diranjangnya dengan tetap membiarkan Ara berada dalam pangkuannya yang masih menggerakan pinggulnya yang begitu menggoda dimata Dariel. Ara tak mau kalah, jelas dia ingin memuaskan suaminya juga. Dengan cepat dia menaik turunkan pinggulnya sendiri sampai terdengar bunyi akibat peraduan mereka. Kedua tangannya berada tepat disamping kepala Dariel sementara wajahnya memperhatikan sikap Dariel yang sedang menyusu selayaknya bayi yang kehausan.
"Yang...hhh..." Panggil Dariel keenakan namun Ara masih sibuk dengan goyangannya. Tangannya dia letakkan di dada berbulu Dariel yang sangat dia sukai. Matanya sesekali dia buka dan dia pejamkan lagi. Rambutnya yang semula dia ikat kini terurai kebawah dengan berantakan. Dariel masih melingkarkan tangannya dipinggang Ara memandang wajah istrinya dengan dekat.
"Bibirnya jangan digigit terus, nanti sakit sayang..." Dariel menyentuh bagian bawah bibir istrinya dengan tangan lalu menarik ke arah mulutnya. Goyangan Ara terhenti saat Dariel menciumnya dengan ganas dan panas. Kini Dariel menyuruh Ara membalikkan badannya. Menyuruhnya menungging sedikit di tepi ranjang dan dengan cekatan Dariel sudah memasukkan lagi miliknya. Membuatnya keluar masuk dengan cepat sementara tangannya memegangi pundak Ara. Ara semakin menegakkan badannya dan siapa sangka dengan begitu rasa bercintanya semakin nikmat. Dia duduk lagi dipangkuan Dariel dengan tetap memunggunginya sementara kakinya terlipat kebelakang. Kedua tangan Dariel lebih memilih memegang kedua bulatan kenyal didepan ketimbang pinggang Ara yang sedang bergerak. Kini kedua tangan Ara dia letakkan kebelakang leher Dariel seolah membimbing kepalanya untuk mendekat sehingga Ara bisa mencium bibir suaminya. Dariel dengan senang hati menerima itu. Mencium bibir istrinya dengan lahap seperti itu adalah makanan terlezat yang pernah ada. Entah berapa lama mereka dengan gaya itu yang jelas Ara sangat menikmatinya.
"Aku keluar hhhh.." Dariel menekan miliknya sambil menahan pantat Ara dengan kedua tangannya begitupun Ara yang gemetar dengan orgasmenya. Tangan Ara Mencengkram kuat di tepi ranjang dengan wajah tertunduk menahan kenikmatan saat pelepasan itu datang.
"Olahraganya selesai." Dariel meletakkan dagunya di pundak Ara.
"Ya udah lepasin dong yang..."
"Bentar sayang belum semuanya keluar, diem dulu..." Dariel menahan pinggul Ara yang akan mengeluarkan miliknya. Dia masih memeluk Ara dari belakang.
"Sayang...kamu jangan cape-cape dikantor. Kondisi kamu harus sehat, harus baik supaya cepet hamilnya."
"Iya aku tahu. Aku juga udah jaga pola makan aku kok lagian kita udah sering ngelakuin itu harusnya ada yang nyangkut."
"Ini bukan masalah seringnya tapi kualitasnya. Kamu sama aku harus sama-sama dalam keadaan sehat sekalipun sering tapi kita sama-sama cape pasti ga bagus hasilnya."
"Iya pak dokter.."
"Dikasih tahu malah ngeledek ya."
"Ayo ah udah, nanti ga enak sama mommy Daddy nanti nungguin kita makan."
"Bentar dong sayang, masih enak nih..."
"Sekalinya dikasih jatah pingin lama-lama."
"Oke, aku lepasin." Dariel lalu melihat Ara bangkit perlahan melepaskan miliknya sementara Dariel tanpa jijik melihat bekas peraduan mereka.
"Sini tiduran dulu.." Dariel menepuk bantalnya. Ara menurut dan tidur disampingnya. Ara mengusap pelan rambut Dariel pelan sementara dengan santai Dariel melingkarkan tangannya dipinggang Ara. Dariel menyusu lagi seperti bayi. Memutar lidahnya untuk memainkan puting Ara. Sementara istrinya hanya diam namun merespon dengan semakin menekan wajah Dariel ke arah payudaranya.
"Udah dong...Ahhh...." Ara protes.
"Bentar yang kanan belum..." Dariel berpindah ke payudara Ara yang lain. Menarik-narik puting Ara disana dengan mulutnya seakan mencoba merangsang istrinya kembali.
"Sayang...kapan aku beli mobilnya?"
"Iya sabar yang...lagi keadaan gini susah. Kita mau keluar aja langsung diserbu apalagi kalo keluyuran."
"Liat rumah belum juga lagi, semuanya aja belum."
"Tuh ya kamu tuh ga sabaran orangnya. Satu-satu dong yang...." Dariel sedikit menaikkan badannya.
"Kasian istri aku, ini masih sakit?"
"Iya lumayan, Ga kebayang deh itu sakitnya Kay sama Jay Jontor begitu."
"Ini kalo kamu keluar pasti orang-orang nyangkannya aku yang buat."
"Palingan beberapa hari juga ilang.."
"Sini aku cium, kata Daddy kan supaya cepet sembuh.."
"Ih apaan sih..." Ara dengan tersenyum-senyum sambil memalingkan wajahnya dari serangan Dariel.
***To be continue