"Aw...." Teriak Ara sambil memalingkan wajahnya. Ketiga pria itu langsung memandang kearah Ara.
"Kak..." Kay khawatir itu berasal dari pukulannya.
"Sayang...kamu ga papa?" Dariel menunduk melihat kearah Ara.
"Ini gara kamu!!" Kay mendorong bahu Jay.
"Kamu yang pukul." Jay menyalahkan Kay.
"Kamu..."
"Kamu..."
"Stop!!!" Ara berteriak dengan memar didekat matanya.
"Kalian masuk!!" Ucap Ara dengan marah. Dariel segera mengambil bongkahan es untuk istrinya. Dia tak mengerti apa yang membuat Jay dan Kay bertengkar sampai saling menyakiti.
"Nih pake ini dulu.." Dariel memberikannya pada Ara.
"Ada apa sih? ga cukup apa ribut-ribut diluar rumah?kakak ga bisa tenang tahu ga?"
"Coba siapa yang mau cerita duluan?Kay atau Jay?" Dariel dengan lembut.
"Kay jahat kak, dia pacarin Alyssa sama Kiran juga."
"Aku ga gitu...Ak..."
"Kay coba diem dulu, biar kita dengerin cerita Jay setelah itu kamu. Jay...lanjutin." Dariel memotong pembicaraan Kay.
"Aku ga suka Kay gitu. Aku denger sendiri dia ngomong sayang sama Kiran di telepon. Kay ga terima dan ngata-ngatain aku anak kecil."
"Ada lagi?" Tanya Dariel lalu dijawaban gelengan oleh Jay. Sesekali Jay mengusap bibirnya yang tampak mengeluarkan darah.
"Sekarang kamu Kay, coba jelasin kenapa?"
"Dia tiba-tiba datang ngambil Handphone aku, dia seenaknya lempar ke kolam gara-gara dia nyangka aku pacarin Alyssa sama Kiran juga padahal engga. Dia bilang aku bodoh karena ngelakuin itu. Dia nyerang aku duluan, awalnya aku ga bales tapi dia ngatain aku jahat terus padahal aku ga gitu kak. Dia salah paham."
"Yang kamu maksud salah pahamnya itu dimana?coba jelasin supaya Jay ngerti.."
"Dia it..."
"Jay..tadi bilang kamu udah, sekarang giliran Kay. Kamu diem." Dariel segera memotong ocehan Jay sebelum terjadi perselisihan lagi. Kay yang duduk bersampingan dengan Jay kini menghadap kearah adiknya.
"Jay... Alyssa itu sama aku temenan. Aku ga suka sama dia. Aku sukanya cuman sama Kiran. Aku juga ga tahu kalo kamu ternyata suka sama Alyssa. Maaf.."
"Bohong!!"
"Kamu tahu ga foto yang ada di cafe itu, dia lagi curhat tentang kamu sama aku. Dia lagi bingung cara ngomong suka sama kamu soalnya kamu diem terus."
"Kenapa sampai sekarang dia ga ngomong sama aku?"
"Karena aku kasih tahu soal kamu. Aku kasih tahu soal kondisi kamu. Aku ga mau kalo adik aku cuman dimainin doang sama cewek. aku ga mau dia udah ngejalanin dan dia protes soal kebiasaan unik kamu itu, aku pingin kamu sama orang yang bisa nerima kamu apa adanya toh sebenernya ga ada yang salah sama kamu. Aku pikir dia yang berhak ngasih tahu soal perasaannya ke kamu dibanding aku." Kejujuran Kay kini membuat Jay terdiam. Ara memutar bola matanya. Jadi ini soal wanita.
"Kita pernah ke supermarket bareng karena aku ga tega liat dia kesepian dirumah, aku emang kerumahnya waktu itu dan disana aku cerita soal Kiran. Pegangan tangan itu cuman akting dia."
"Jay...kamu terima ga penjelasan Kay?" Tanya Dariel memecahkan keheningan. Jay tak menjawab dia malah memandang kearah kembarannya begitupun Kay. Selang beberapa detik mereka kini hanya tertawa. Tertawa kecil yang kemudian semakin lama semakin besar. Dariel dan Ara saling menatap seolah bingung dengan kelakuan mereka.
"Dasar bodoh..." Kay menjitak kepala Jay kecil membuat Jay tersenyum malu-malu mengetahui Alyssa menyukai dirinya. Dia benar-benar salah paham terhadap kembarannya. Dia bodoh telah memukul Kay.
"Maafin aku Kay..."
"Makannya kamu kalo jadi cowok peka dikit kenapa sih?kasian anak orang digantungin."
"Iya, nanti aku bilang."
"Tapi...kalo sampe Alyssa berubah pikiran kamu jangan sedih, mungkin dia bukan yang terbaik buat kamu."
"Iya, aku ngerti soal itu."
"Udah...jangan marah, Maaf..." Kay merangkul bahu Jay. Kini mata mereka berdua melihat kearah Ara. Kakaknya itu terlihat masih kesakitan akibat pukulan tangan dari salah satu mereka. Duo kembar itu kini menghampiri Ara dan berlutut didepan Ara.
"Kak maaf..." Kay memohon.
"Iya kak maaf, jangan bilang Daddy, jangan bilang mommy." Ucap Jay ikut memohon. Ara menatap kedua orang itu. Kini dia meletakkan kain yang berisikan es itu dipinggirnya kemudian duduk tegak. Tangan kirinya dia letakkan dibahu Kay, tangan kanannya dia letakkan di bahu Jay.
"Kalian itu kakak adik, harusnya saling akur. Kamu Jay, kebiasaan deh apa-apa marah terus mukul orang, Daddy bilang apa?selesain baik-baik jangan pake kekerasan. Kamu Kay, kenapa sih ga langsung jelasin aja?udah tahu bikin gaduh se-Indonesia ini malah bikin ribut juga serumah, jadi kemana-mana kan?hubungan kamu sama Ran makin buruk, ini sama adik kamu juga malah jadi salah paham. Kakak ga mau ya liat kalian berantem. Ga penting banget tahu ga cuman perkara cewek."
"Iya kak maaf, maaf aku pukul kakak. Maaf hari ini aku bikin repot kakak." Kay dengan wajah tertunduknya. Dia benar-benar merasa bersalah sekarang.
"iya kakak maafin."
"Makasih kak.."
"Wajah kakak masih sakit?" Jay mengusap pelan ke memar kakaknya.
"Ya gila aja kalo ga sakit, kamu pikir ini bisa biru begini kakak keenakan apa?" Komentar Ara membuat Kay sedikit tertawa.
"Apa kamu ketawa?"
"Engga kak." Kay menahan tawanya lagi sementara Jay mulai mencium memar pipinya.
"Apa sih kamu cium-cium??"
"Aku pernah liat Daddy cium luka mommy katanya supaya cepet sembuh." Ucapan Jay membuat Kay tertawa lagi.
"Ya ampun Jay jangan ketipu sama ucapan Daddy. Itu tuh gombalan Daddy doang, itu Daddy modus sama mommy. Kalo semua bisa sembuh pake cium, dokter pada nganggur. Dasar duo aneh." Ara mencubit kedua pipi adiknya.
"Sekarang coba pikirin gimana selesain semua ini, ga ngaku juga tuh CCTV udah ngerekam. Daddy sama mommy pulang besok. Apa kata mereka liat muka kita begini?kakak harus ngejelasin apa?"
"Pulang?" Kay dan Jay tak tahu jika kedua orang tuanya akan kembali.
"Iyalah, ada berita kaya gini ga mungkin mereka bakalan tenang kerja."
"Duh gimana?" Jay bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya. Duo kembar itu kemudian berpikir.
"Kita bisa ngomongin ini bareng-bareng kan kak?kakak ga akan nyalahin salah satu dari kitakan?kakak bakal belain kitakan?" Ucapan Kay kini terdengar seurius.
"Cuman kakak yang bisa bantu kita." Jay terus mendukung perkataan Kay. Ara melirik kearah Dariel. Suaminya itu hanya mengangkat kedua bahunya pertanda semua ada ditangan Ara.
"Iya kita jelasin ini sama-sama ke Daddy sama mommy." Ara mengusap pelan rambut kedua adiknya.
"Makasih kak.." Kay memeluk pinggang Ara begiupun Jay mengikutinya. Pemandangan itu membuat Dariel tersenyum sekaligus iri. Dia juga ingin merasakan memiliki adik sungguhan. Andai saja dia dengan Jian dan Nayla akur mungkin keadaanya bisa seperti Ara, Kay dan Jay. Dariel sedih sekarang.
***To be continue