Ara dan Dariel sempat kesulitan masuk rumah. Banyak sekali wartawan dan orang berkumpul disana. Dari arah garasi dapat Ara liat mobil Kay yang terparkir sepertinya adiknya itu sudah pulang.
"Kay..." Teriak Ara.
"Duh nanti lagi deh kak ngomelnya, aku lagi bingung nih.."
"Udah belum ngomong sama Alyssanya?."
"Iya ini lagi usaha.."
"Mommy sama Daddy udah tahu belum?."
"Udah, mereka teleponin aku."
"Jay mana?."
"Lagi diatas."
"Duh...bikin heboh aja..."
"Udah-udah, biarin aja dulu." Dariel menenangkan.
"Siap-siap deh kena semprot Daddy.." Ledek Ara sambil berjalan kearah kamarnya.
"Kalo butuh bantuan apapun kasih tahu kakak ya.." Dariel menepuk bahu Kay sebelum menyusul Ara.
"Ra...punya adik ada masalah tuh dibantu gitu loh jangan diledekkin.."
"Dia bilang ga butuh bantuan."
"Ya kali aja gengsi.."
"Aku liatin aja dulu, selama masih bisa ya udah sendiri lagian sebelum aku tolong, yakin deh Daddy udah nyari bantuan buat Kay.."
"Ya kalau bisa sebelum nunggu Daddy, kamu juga bantu Ra sebagai kakaknya."
"Iya-iya..."
"Mumpung masih punya adik yang bisa di tolong..." Perkataan Dariel membuat Ara berhenti sejenak saat mencari bajunya. Diliriknya Dariel yang mulai masuk kedalam kamar mandi.
"Duh.. bahasannya mesti kesini sih?." Ara berbicara kecil sendiri. Tak lama Dariel keluar lagi dari kamar mandi.
"Kamu ga mandi?."
"Masih keringetan, bentar lagi deh. Kamu mau mandi sayang? ganti popok.."
"Ih...emang aku bayi?."
"Kan lagi dapet, kecuali kamu bohong."
"Masa aku bohong sama suami." Ara meyakinkan. Suara dering handphone kini terdengar dan saat melihat kaya Handphonenya nama Daddy ada disana.
"Duh..Daddy lagi.."
"Udah angkat."
- Iya Dad..
- Gimana di rumah?.
- Hm...ya gitu dad banyak wartawan depan rumah.
- Kay sama Jay dimana?.
- Ada dirumah.
- Jangan suruh mereka keluar, liatin Jay.
- Iya dad..
- Kantor gimana?.
- Ya sama aja cuman kata Kay diemin aja dulu ga usah ngomong apa-apa.
- Ya udah ga usah kemana-mana dulu aja, besok Daddy pulang.
- Cepet banget.
- Ya masa Daddy sama mommy disini.
- Ya udah iya.
- Jagain adik-adiknya kak.
- Iya Daddy.
Ara merasa bosan dinasihati terus untuk menjaga adiknya.
"Apa kata Daddy?."
"Mereka pulang besok padahal dibiarin juga ntar surut gosipnya."
"Ya mungkin Daddy, mommy juga ga tenang sayang."
"Kamu mau makan ga? aku masakkin makan ya?." Ara mengalihkan pembicaraan sebelum diceramahi lagi.
"Tadi aku liat bibi masak kok."
"Kali aja kamu pingin makan apa."
"Ga papa, kasian kamu cape.."
"Engga, kalo kamu pingin aku masak aku masakin."
"Aku cuman pingin minum aja."
"Minum apa?."
"Pingin jus jeruk ya."
"Cemilannya mau apa?."
"Ada cemilan?."
"Ya kamu pingin apa?."
"Yang asin-asin aja."
"Aku gorengin sosis sama kentang aja ya?."
"Boleh, bumbuinnya sedikit asin ya.."
"Asin?, pingin nikah lagi kamu?."
"Enggalah, mit amit.."
"Ya udah aku kebawah dulu ya.."
"Iya sayang, makasih.." Dariel tersenyum sementara Ara mulai turun kebawah. Setidaknya tindakannya itu bisa menghibur dikit Dariel yang tadi sedih karena mengingat adiknya.
***
"Kamu gila ya?" Jay langsung mengambil handphone yang ada digenggaman Kay.
"Jay, apa sih?balikin." Kay protes dan segera meraih Handphonenya lagi namun tangan Jay dengan gesit menghindari serangannya.
"Jay!!!kamu kenapa sih?aku lagi ngomong sama orang di telepon."
"Sama Kirankan?"
"Iya, makannya siniin."
"Engga!!" Jay tak mau memberikannya dan kali ini dia malah dengan santai melemparnya ke arah kolam renang.
"Jay!!!" Kay benar-benar kesal sekarang.
"Kamu tuh ya bisa ga sih jadi cowok yang bener?kalo Daddy tahu gimana?"
"Maksud kamu apa?"
"Kamu ga boleh gitu Kay, kamu pikir perasaan cewek itu buat dimainin apa? disaat kamu udah pacaran sama Alyssa kamu malah main juga sama Kiran. Kamu ga boleh gitu Kay."
"Alyssa?kamu ngomong apa sih?kamu kemakan sama berita itu?."
"Bukti-buktinya udah jelas kok, kalo kamu pingin main-main jangan sama artis dong, satu Indonesia bakalan tahu. Dasar bodoh."
"Bodoh?ga salah denger aku?."
"Bodoh! kamu tuh ga pernah mikirin perasaan orang lain. Kamu selalu egois mikirin perasaan kamu sendiri. Kalo kamu suka sama Kiran ya udah sama dia aja, kalo kamu suka sama Alyssa ya udah sama dia, jangan dua-duanya mau Kay. Kamu sama kakak tuh sama aja. Kamu tuh harus diajarin cara ngehargain cewek."
"Iya anak manja." Ledek Kay dengan kesal.
"Udah deh ga usah ikut-ikutan. Kamu ga akan ngerti ngurusin begini. Tidur sana udah jam 8. Dasar anak kecil."
"Aku bukan anak kecil!!!" Teriak Jay sambil mendorong dada Kay.
"Kamu berani sama aku?"
"Kamu yang duluan."
"Aku?lupa sama handphone aku?Dasar tukang nyalahin. Semua orang liat aku sama kamu berantem yang dimarahin itu siapa?aku!!! aku yang disalahin Daddy. Kamu ga pernah, karena sikap kamu yang begitu aku yang seolah-olah salah. Harusnya kamu nyadar itu."
"Karena kamu jahat!!kamu jahat sama aku!!" Jay yang entah bagaimana langsung menyerang kembarannya. Dia mendorong keras badan Kay sampai di terjatuh dilantai teras kolam renang.
"Jay..Jay tenang..." Kay berlindung dengan kedua tangannya berusaha menjauh dari pukulan Jay. Dia tak mau melawan kembarannya itu.
"Kamu jahat!!!aku suka Alyssa dan kamu ambil!!!" Jay tanpa sadar mengakui perasaannya sementara Kay dibuat terkejut dengan pengakuan itu.
"Jay jangan gini...dengerin aku." Kay berusaha menenangkannya tapi Jay sudah terbawa emosi. karena berani-beraninya dia mempermainkan Alyssa padahal dia sudah rela jika Kay bersama Alyssa.
"Jay!!" Kay mendorong Jay dari atas badannya membuat dia tersungkur menjauh. Bukannya berhenti Jay malah mendekatinya lagi.
"Aku biarin kamu sama Alyssa tapi kamu mainin dia!! Dasar kurang ajar!!!" Jay memukul lagi pipi kanan Kay sampai mengeluarkan darah.
"Oke kamu yang minta. Dasar labil!!" Kay kali ini tak bisa menahan dirinya dia ikut memukuli adiknya. Dia ingin membuat Jay menyerah dan lemas agar dia bisa menjelaskan yang terjadi. Dia berusaha mengunci tangan Jay tapi siapa sangka adiknya itu benar-benar ahli menghindari serangannya. Mendengar suara keributan dibawah Ara yang baru saja membuka pintu kamarnya segera berlari turun. Matanya terkejutnya bukan main saat melihat kedua adiknya saling baku hantam.
"Sayang.....cepet turun....." Teriak Ara memanggil suaminya. Tak lama Dariel datang mengetahui ada sesuatu yang tak biasa dari panggilan. Dariel segera berlari untuk melerai kedua adiknya itu tapi kekuatan mereka benar-benar tak bisa Dariel Handle sendiri. Ara membantunya mencoba memisahkan Jay dan Kay yang terus adu kekuatan sampai...
"Aw...." Teriak Ara sambil memalingkan wajahnya. Ketiga pria itu langsung memandang kearah Ara.
****To be continue