Lampu di kamar Ara sudah gelap tapi cahaya masih terlihat muncul dari layar televisi. Dariel yang duduk di ujung tempat tidur terlihat mengamati dengan seurius pertandingan bola sementara Ara yang terbaring dibelakangnya sibuk dengan handphone.
"Riel..."
"Hem.."
"Aku pingin beli ini.." Ara memperlihatkan layar handphonenya pada Dariel namun suaminya itu masih fokus menonton.
"Ya udah beli aja.."
"Liat dulu.." Ara menarik kaos Dariel dengan jemari kakinya pelan.
"Bukannya kemarin baru datang tas barunya?."
"Ini beda Riel.."
"Ah sama aja kok bentukkannya, mana kecil lagi."
"Beda Riel ini limited, warnanya juga bagus."
"Ya udah kalo kamu mau beli.." Dariel kembali lagi ke layar tvnya. Ara sendiri langsung menekan icon keranjang disana. Dia akan membeli tas mahal itu.
"Riel..." Ara kembali memanggil dan kali ini dia ikut terduduk bersama Dariel. Diletakkannya dagu Ara di pundak sang suami.
"Beli apa lagi?, satu-satu dong, soal rumah aja ini belum selesai, belum mobil. Belajar nahan dulu bentar..."
"Kalo ini sih buat kamu tapi terserah mau beli atau engga."
"Apa?."
"Liat, ini edisi terbaru victoria secret.." Ara lagi-lagi memperlihat Handphonenya. Kali ini ada banyak gaun tidur seksi disana.
"Tapi kata kamu satu-satu, ya udah pending dulu aja." Ara jahil. Dia langsung menarik kembali Handphonenya.
"Ih..apa sih, beli kek satu."
"Engga, aku lagi belajar nahan buat ga belanja."
"Kartu yang aku kasih pake aja.." Dariel mendadak ingin membeli. Ara tersenyum-senyum dengan permintaan itu.
"Ya..ya..ya? beli aja satu, Mana coba aku liat modelnya." Dariel antusias sekarang.
"Jangan ah nanti boros, kata kamu kita harus hemat."
"Nyebelin ya.." Dariel mendorong Ara untuk terbaring lagi. Dia melakukan gelitik kecil dipinggang Ara membuat istrinya tertawa kecil.
"Beli ga?."
"I..iya beli, lepasin dulu.." Ara menyerah membuat Dariel langsung bermain kesampingnya dan mulai memilih baju yang dirasa cocok untuk Ara.
"Biasa aja bibirnya ga usah senyum-senyum." Ara geli sendiri melihat bagaimana cara Dariel memilih.
"Beli tiga aja ya?."
"Ngapain?, jarang dipake juga."
"Kalo banyak kan jadi sering dipake. Lagian beli satu malu-maluin aja."
"Kamu sendiri yang nyuruh satu."
"Nih udah..."
"Bentar, aku liat dulu..." Ara segera menghentikan jari Dariel sebelum dia melakukan pembayaran.
"Celana apaan nih?."
"Celana anti ribet yang, jadi ga usah dibuka tinggal slup.." Dariel membuat Ara tertawa kecil. Ara melanjutkan transaksi dan tanpa dia sadari sudah banyak yang dia belanjakan hari ini.
"Tv nya matiin, udah malem, tidur, besok kerja."
"Bolanya lagi seru sayang, kamu aja tidur ya.." Dariel menarik Ara dalam dekapannya. Dia juga memberikan ciuman selamat malam untuk Ara. Mata Ara mulai terpejam.
"Jangan kabur-kaburan lagi. Kalau marah tuh bilang, ada masalah diselesain. Malu sama Daddy, sama mommy."
"Kamunya yang nyebelin.." Ara dengan suara parau.
"Udah tidur daripada ngambek lagi."
****
Hari ini ruang makan tampak ramai. Ada Dariel dan Ara yang menginap semalam. Jay duduk dengan manis dengan Kris disampingnya yang sudah siap ikut sarapan sementara Kay sibuk membantu ibunya memasak membuat Kenan tak percaya dengan sikap Kay pagi ini.
"Jadi bener ini yang mau jadi chef?" Ledek Ara kala melihat adiknya membawakan menu sarapan. Di piring sudah tersaji tamagoyaki. Omelette telur khas Jepang yang Kay buat sendiri dengan tangannya sementara Jesica membuatkan omelette ala Spanyol yang terdiri dari telur dan Kentang yang dicampur dengan macam-macam bawang dengan tambahan paprika dan keju.
"Makasih Abang Kay udah bantuin mommy." Jesica memberikan kecupan kecil di pipi anaknya.
"Ini abang-abang aneh." Ledek Ara lagi.
"Kakak, adiknya udah masakin juga."
"Iya makasih Abang.." Ara sambil tertawa saat memanggil adiknya dengan sebutan baru itu.
"Acih...a..bang.." Kris ikut-ikut berbicara.
"Sama-sama embul." Kay gemas lalu mengusap kepala Kris.
"Abang Jay susunya udah belum sayang?"
"Mom..aku pingin makan sama omelet juga.."
"Kenapa?udah bosen sama sereal?" Ara tak henti meledek adik-adiknya membuat Kenan menatapnya. Dia tak mau kejadian dulu terulang lagi hanya karena bahasan sereal.
"Aku juga pingin belajar dewasa. Aku ga mau lagi makan sereal. Mommy ga usah beli lagi, itu buat Kris aja. Aku juga pingin minum kaya Daddy, aku pingin minum kopi. Aku ga mau minum susu lagi." Perkataan Jay membuat Jesica heran. Ibunya yang semula sibuk mengisi piring Kenan kini beralih pada Jay.
"Iya sini mommy ambilin." Jesica mengambil piring Jay dan mengambil sarapan untuk anaknya.
"Sayang jadi dewasa itu bukan berarti sarapan ga boleh pake sereal, minum ga boleh pake susu. Semuanya masih boleh. Dewasa itu artinya sikap Abang yang harus diperbaiki bukan makanan." Ucap Jesica sambil meletakkan piring itu dihadapan Jay. Dia kini mengambil secangkir gelas dan mulai mengisinya dengan air kopi yang diminta Jay.
"Coba sekarang Abang makan, enak ga kalo kaya gitu."
"Makasih mommy.." Jay meraih garfunya lalu makan dengan menu sarapan yang menurutnya menunjukkan kedewasaan. Ara menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Enak kok omletenya, kopinya juga enak.." Jay berkomentar lagi.
"Ya udah besok-besok kita singkirin serealnya tapi mommy ga suka ya kamu minum kopi banyak-banyak ganti aja sama teh."
"Iya mom.."
"Cie...yang mau dewasa."
"Kakak tuh yang harus belajar dewasa, ngeledekin mulu."
"Udah mulai lagi tom and Jerry ribut." Ucap Kenan saat melihat Kay dan Ara saling membalas komentar.
"Hari ini kita pergi ya selama seminggu. Kay sama Jay hati-hati dirumah, kakak sama Dariel liatin adiknya."
"Iya mommy." Jawab Dariel yang artinya dia akan menginap dirumah mertuanya selama seminggu.
"Mommy jangan lama-lama..."
"Baru juga mau belajar dewasa, giliran mommy pergi protes."
"Kak, Abang kan lagi belajar. Pelan-pelan aja." Jesica kali menegur Ara.
"Oh iya. Ya udah ga papa mommy pergi lama." Perkataan Jay membuat Jesica tersenyum kecil.
"Abang kepalanya masih sakit ga?"
"Kadang-kadang dad tapi ga sesakit kaya dulu."
"Masih suka main laptop lama-lama ya?"
"Engga kok dad.."
"Main HP?"
"Engga kok dad, aku kalo main games cuman sejam aja."
"Ya udah nanti kita ke dokter."
"Aku bisa kok ke dokter sendiri."
"Jadwalnya juga masih akhir bulan ini kok. Mommy sama Daddy udah pulang."
"Aku pingin sendiri aja."
"Kalo ini mommy ga setuju. Mommy harus tahu. Jangan ke dokter sendiri."
"Mom..."
"Abang ngelawan orang tua itu.."
"Iya dosa." Jay melanjutkan perkataan Jesica membuatnya tersenyum puas. Kini mereka melanjutkan sarapan pagi yang cukup terganggu karena perkataan Jay yang ingin belajar dewasa. Bukan tanpa alasan dia seperti itu. Dia ingin berubah agar Alyssa gadis yang disukainya bisa menyebutnya dewasa ketimbang anak kecil.
"Udah lama ga kesini kenapa adik-adik aku jadi begini.." Gerutu Ara kecil sambil menggelengkan kepalanya.
**** To be continue