Awal tahun yang menyenangkan. Setelah 3 Minggu di Australia akhirnya Kenan dan keluarganya kembali ke tanah air. Dariel dan Ara sengaja membawa mobil masing-masing karena tahu 1 mobil tak cukup menampung keluarganya.
"Kris...." Ara segera menggendong Kris kedalam pangkuannya saat mereka tiba.
"Sehat mom?" Dariel menyalami Jesica dan Kenan.
"Sehat.. nunggu lama ya?"
"Engga kok.."
"Kris gimana?udah liat kanggurunya?" Ara membuat Kris menjawab dengan bahasa bayinya.
"Jadi bawa mobil kak?"
"Jadi dad..."
"Mana kuncinya sini?"
"Suruh Kay atau Jay aja yang nyetir Dad.." Ara langsung memberikan kuncinya sementara Dariel dan yang lain membantu Jesica membawa koper. Mereka bergegas pulang dan merasa senang kembali melihat jalanan Jakarta hari ini. Kenan duduk bersama Jesica dibelakang sementara Di depan ada Ara dan Kris yang masih dalam dekapannya.
"Jadi gimana?udah ada tanda-tanda kak?"
"Tanda-tanda apa dad?"
"Mual, muntah, atau ngidam?"
"Ih apaan sih Daddy..."
"Ditanya juga malah ih.."
"Belum dad..."
"Daddy pingin cucu perempuan ya kak.."
"Ya..segimana dikasihnyalah Dad, ga bisa aku tentuin..."
"Eh justru ada caranya kak..."
"Caranya?"
"Iya kak..."
"Mas jangan ngasih tahu yang aneh-aneh deh.."
"Engga yang aneh sayang, maksudnya makanannya harus dijaga, waktu hubungannya pun harus dipikirin, posisinya juga harus sesuai.."
"Dad..ya ampun, ngapain sih bahas ini?Kris tutup telinganya.." Ara langsung menutup telinga Kris pelan membuatnya tak nyaman dan meraih tangan besar kakaknya untuk dilepas.
"Ya kan supaya dapet gitu loh, iya ga Riel?"
"Iya Dad..." Dariel senyum-senyum sementara Ara langsung menatapnya yang sedang sibuk memegang kemudi.
"Awas ya Daddy, aku punya anak cowok terus Daddy cuekin.."
"Enggalah, Daddy tetep sayang. Itukan cucu pertama Daddy."
"Riel gimana?betah di pabrik?"
"Betah kok mom..."
"Duh sayang ya Daddy ga masuk waktu hari pertama kamu kerja."
"Ga papa kok dad. Mereka juga udah tahu aku menantunya Daddy."
"Ada yang aneh-aneh ga?"
"Sejauh ini sih belum ketemu."
"Yang cantik banyak ya?" Ara menimpal.
"Engga, ga ada.."
"Belum juga sebulan ditinggal kerja udah cemburu aja.."
"Awasin Dariel dad kalo dikantor.."
"Kakak yang harus diawasin bukan Dariel. Kakak manja ga Riel kalo dirumah?"
"Ya..gitulah mom, kalo lagi manjanya kumat ya pasti pingin segala di turutin kalo lagi engga, dewasa banget...."
"Jadi gitu?"
"Tapikan ga papa Ra, aku paham.." Dariel segera meluruskan ucapannya.
"Mulai nge gas..." Kenan senyum-senyum dengan tingkah laku Ara pada suaminya.
"Kapan-kapan nginep dirumah dong Riel.."
"Iya mom, nanti aku nginep..." Dariel menghentikan mobilnya saat lampu merah menyala dan menunggu lampu itu kembali hijau. Disela menunggu itu matanya tertuju pada seseorang yang menyebrang jalan. Seseorang yang sempat dia temui di Bandara juga. Wanita tua itu kini sedang menyebrang dengan belanjaan di kedua tangannya. Dariel mengusap matanya pelan seakan mencoba meyakinkan bahwa apa yang dilihatnya benar adalah sosok ibunya sendiri. Saat lampu hijau menyala Dariel langsung menghentikan mobilnya dipinggir dan dengan sigap membuka safety belt nya sementara Ara dan yang lain bingung.
"Sebentar..." Dariel segera keluar lalu berlari ke arah jalanan tadi. Dia yakin kalo ibunya tadi berjalan ke arah sini. Matanya terus bergerilya ke segala arah namun tak ada lagi sosok ibunya disana. Menyadari orang yang dicarinya tak ada, Dariel kembali berjalan menuju mobil.
"Kamu kenapa sih?"
"Ga papa.." Dariel menjalankan lagi mobilnya.
"Ada apa diluar?"
"Kayanya aku salah liat aja..."
"Liat siapa?"
"Ga penting..."
"Ya siapa ga penting itu?"
"Aku kira ibu aku..." Dariel membuat Ara diam begitupun Kenan dan Jesica yang mendengarnya tak berani berkomentar apapun.
"Kamu salah orang..." Ara dengan kesal berkomentar kali ini. Ara kesal karena berkali-kali dia ingatkan Dariel untuk melupakan keluarganya yang jelas-jelas sudah tak mempedulikannya lagi namun Dariel terus saja mengaku melihat keluarganya terus padahal Dariel sudah setuju sebelumnya untuk mengacuhkan orang-orang yang membuangnya dulu.
***
Ara duduk di dekat kolam renang bersama ayahnya sementara Jesica sibuk membereskan oleh-oleh yang dia beli ditemani Kay, Jay dan Kris sedangkan Dariel memilih berdiam diri di kamar Ara yang juga menjadi miliknya sekarang.
"Aku sebel deh Dad, Dariel tuh suka gitu setiap kali liat keluarganya."
"Gitu gimana?"
"Sedih dad. Dia suka kepikiran."
"Karena dia udah lama ga ketemu kak, ngertiin dong."
"Dad, ini bukan kali pertama dia ketemu sama keluarga jahatnya itu. Waktu kita pergi liburan Dariel bilang ketemu ibu sama adiknya, dia sampe nangis karena mereka malah pergi dan ga mau ngomong sama Dariel. Udah jelas-jelas mereka kaya gitu tapi Dariel tetep aja deketin lagi deketin lagi kalo liat. Udah gitu pas kita jalan-jalan dia bilang liat adiknya sampe kita jalan buru-buru buat ngejar tapi ga ada, sekarang dia liat ibunya sampe berhenti dan nyari-nyari ditengah jalan. Aku sampe mikir dia itu beneran liat atau cuman ngingau sih?"
"Kakak tahu orangnya?"
"Engga dad, fotonya aja Dariel ga punya jadi aku ga tahu yang diliat Dariel tuh siapa."
"Kak mau sebenci apapun Dariel sama orang tuanya, mau gimanapun kecewanya Dariel sama ibunya pasti dalam hati kecilnya ada keinginan dia bisa ketemu atau sekedar menyapa ibunya. Dia udah cukup lama ditinggalin, mungkin dia ngerasa seneng aja dengan liat ibunya sekarang atau ada sesuatu yang pingin Dariel sampein makannya dia nyari-nyari."
"Tapi aku ga suka dad, Dariel bisa diem seharian cuma. gara-gara itu. Aku sampe tanya pak Stefan kali aja dia pernah tahu tentang keluarga Dariel, kan bapak yang beli rumah Dariel dulu. Gimana aku bisa punya anak kalo Dariel tiba-tiba gitu dan cuekin aku."
"Udah coba diomongin sama Dariel?"
"Udah dad, dia manggut-manggut aja bahkan sempet bilang iya tapi ya gitu kalo ketemu lupa deh sama apa yang diomongin."
"Ya kakak sabar aja, support dia. Ini pasti ga mudah buat Dariel." Kenan mengelus rambut panjang anaknya yang sudah lama tak dia sentuh.
"Dad.."
"Iya sayang.."
"Kalo Dariel sedih, aku juga sedih. Daddy kan punya kenalan banyak. Dari orang biasa sampe orang-orang penting. Boleh aku minta sesuatu?"
"Minta apa?"
"Daddy cariin keluarga Dariel, Daddy cari juga ayahnya Dariel siapa, supaya dia berhenti kaya gini. Lama-lama bukan cuman sedih tapi dia bisa gila juga."
"Hus...kakak ngomongnya ga boleh gitu dong."
"Ya dad?"
"Kak, Daddy bakalan cari kalo Dariel yang minta langsung."
"Please dad...ga kasian sama aku?aku cuman pingin tahu aja. Urusan Dariel mau ketemu atau engga gimana dia aja." Ara memohon sementara Kenan masih berpikir.
"Please dad....nanti aku coba ngomong deh sama Dariel."
"Iya-iya nanti Daddy cari tahu tapi ga janji cepet. Butuh proses supaya informasinya akurat dan terpercaya."
"Iya Daddy, makasih..." Ara tersenyum lalu mencium pipi ayahnya.
***To Be Continue