WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.
Pagi ini sama seperti biasa sebelum bekerja Dariel menyempatkan diri untuk berolahraga. Tangannya saat ini sedang mengangkat barbel membuat otot-ototnya tampak menonjol keluar seakan menunjukkan kekekaran dari tangannya sementara itu Ara yang baru terbangun mulai keluar dari kamar mandi setelah membersihkan wajah dan menggosok giginya. Kakinya mulai melangkah menuruni tangga dan tak jauh dari tangga dia melihat suaminya sedang melakukan gerakan olahraga yang entah apa itu namanya. Ara tidak tahu. Tanpa mengalihkan pandangannya Ara menuju dapur dan mengambil segelas air untuk menghilangkan dahaganya. Melihat Dariel seperti ini benar-benar membangkitkan gairah Ara. Belum lagi Dariel yang bertelanjang dada seolah ingin menunjukkan badannya yang atletis. Jika dibandingkan dengan Ara jelas Dariel memiliki Gairah yang lebih tinggi dalam bercinta bahkan Ara dibuat kelelahan setiap kali Dariel ingin mencumbunya. Masalahnya bagi Dariel permainan itu tidak cukup hanya sekali. Suaminya itu bisa melakukannya berkali-kali tanpa merasa lelah.
"Morning.... sayang..." Sapa Dariel dengan sedikit ngos-ngosan akibat aktivitasnya tadi. Desahan nafasnya bahkan terdengar jelas saat Dariel mengecup pipi Ara sebentar. Dariel mengelap badannya yang berkeringat dengan handuk kecil yang dia bawa.
"Morning..." Ara membalas dengan senyuman dan masih memperhatikan tubuh berkeringat Dariel. Itu benar-benar menggoda. Matanya turun dari kaki lalu semakin naik melihat celana hitam pendek yang dikenakan Dariel sampai pahanya. Dariel mengambil gelas yang ada ditangan Ara dan meminum isinya sampai habis.
"Makasih."
"Mau lagi?aku ambilin.." Ara dengan suara lembutnya.
"Boleh.." Dariel tak menolak. Dia menyingkir sebentar agar Ara dapat membuka kulkas.
"Ish...apa sih kamu yang?" Protes Dariel saat Ara sengaja membungkuk dan menungging sehingga membentur miliknya dan diam cukup lama dengan posisi itu.
"Aku lagi cari air..." Ara tertawa kecil lalu mengambil sebotol minuman yang kemudian dia tuangkan ke dalam gelas. Matanya masih memandang Dariel disaat tangannya masih memegangi botol.
"Sayang airnya penuh.." Dariel mulai merasakan sesuatu yang aneh dengan tingkah Ara sekarang.
"Nih..." Ara menyodorkan gelasnya membuat Dariel meneguk lagi air itu.
"Apa sih yang?" Dariel melihat kearah mata Ara yang sedang nakal mengamati miliknya.
"Celana kamu ketat banget..."
"Sekarang engga.." Dariel segera menurunkan celana hitamnya membuat Ara senyum-senyum.
"Makan pisang enak ya buat sarapan." Ara meraih sebuah pisang yang kebetulan ada dimeja dapur. Membukanya secara perlahan dengan jemari menggoda. Kulitnya yang sudah terbuka membuat buah pisang itu siap untuk dimakan. Kali ini Ara kembali memandang suaminya dan langsung melahap pisang tadi namun entah mengapa cara makan Ara sedikit berbeda kali ini. Bukannya langsung melahapnya Ara justru sengaja bermain-main disana. Dia sengaja memainkan lidahnya dulu diujung pisang itu lalu mengemutnya sebentar sebelum memasukkan secara perlahan semua pisang dalam mulutnya. Dariel menarik nafas sambil tersenyum geli dengan apa yang ditunjukkan Ara tadi.
"Makan pisang tuh kaya gini." Dariel meraih pisang lain dan dengan cepat membuka kulitnya lalu dalam sekali gigitan dia melahap buah pisang itu.
"Aku juga gitukan?"
"Engga, tadi kamu dilama-lamain."
"Ya kan ada prosesnya. Makan tuh dinikmatin bukan dikunyah gitu aja." Ara membuang kulit pisangnya kedalam tempat sampah lalu mencuci tangannya. Tangannya yang masih basah dia gerakan kearah wajah Dariel membuat cipratan kecil menyembur.
"Ga sopan nih..." Dariel tersenyum lagi sementara Ara tertawa jahil. Ara membuka kulkas lalu mencari sesuatu yang bisa dimasaknya.
"Kamu mau sarapan apa sayang?"
"Aku pingin telur ceplok aja..."
"Telur?bukannya udah punya?2 lagi..." Canda nakal Ara membuat Dariel meletakkan satu tangannya dipinggang. Dariel benar-benar heran dengan tingkah Ara hari ini. Kini Ara mengambil telur, daging cincang dan sayuran.
"Jadinya mau bikin apa?"
"Sandwich kayanya enak, kamu mau pake tuna atau daging?"
"Aku pake tuna aja.."
"Minumnya mau apa?"
"Jus jeruk aja.."
"Bukannya suka susu?" Ara berkomentar lagi tanpa melihat kearah wajah Dariel yang semakin senyum-senyum dengan celotahan mesum Ara daritadi.
"Sekalian aja kamu tambahin sosis.."
"Boleh tuh aku bikin hotdog aja, aku kan suka yang panjang-panjang." Ara membuat Dariel semakin mengembangkan senyumannya. Dia kini menyeret kursi dengan kasar dan duduk disana memperhatikan tingkah istrinya yang sedang menggoda dirinya saat ini. Ara kini mulai memasak. Ara membuat bahan untuk patty terlebih dahulu. Dia mengambil daging cincang kemudian ditambahkan dengan beberapa penyedap rasa dan bumbu lainnya.
"Yang...bantuin dong. Remesin adonannya, kan kamu jago remes-remes." Ara tersenyum sendiri saat mengatakannya. Dariel mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum akhirnya membantu Ara membuat adonannya.
"Segini cukup?"
"Mana.." Ara mendekati Dariel dan dengan sengaja menekan payudaranya disekitar lengan Dariel membuat Dariel melirik kearah Payudara istrinya yang tampak menantang dibawah sana. Dariel menulan ludah lagi. Birahinya sudah muncul sekarang.
"Cukup.." Ara menjauh lagi lalu menyalakan kompor sementara Dariel mulai membuat adonan pattynya sendiri. Acara memasak pun dimulai. Tanpa malu disela-sela memasak Ara tak segan menyentuh badan Dariel yang masih telanjang seolah sengaja ingin semakin membangkitkan birahi suaminya sementara Dariel jelas dibuat tak berdaya oleh godaanya. Saat sedang memasak Ara mengikat rambutnya membuat punuk lehernya terlihat dari belakang.
"Makin cantik diiket gini.." Dariel mengecup punuk leher Ara kemudian meraih pinggang dan menundukkan kepalanya di pundak Ara.
"Kamu kenapa sih sayang?"
"Kenapa apanya?"
"Goda-godain aku terus daritadi.."
"Godain?aku kan masak."
"Dari makan pisang, ambil telur, nanya minum, sampe bikin adonan. Nakal yang komentar kamu."
"Bukannya kamu suka aku nakal?"
"Suka tapi dirumah aja ya. " Dariel sekarang melingkarkan tangannya dipinggang Ara kemudian menciumi ceruk leher istrinya. Bibirnya naik dan semakin naik. Saat wajahnya sudah sama tinggi dengan wajah Ara, tangannya menarik sebentar dagu Ara lalu mencium bibirnya dengan lembut untuk mengajaknya bercumbu.
"Yang...nanti gosong rotinya." Ara melepaskan ciumannya paksa sampai terdengar bunyi dari bibirnya.
"Makan sandwichnya nanti aja ya, Aku pingin makan kamu." Dariel menggigit gemas cuping telinga Ara membuat Ara kegelian dan bergidik sendiri.
"Udah tanggung Mateng nih, makan dulu aja supaya ada tenaga..."
"Suruh siapa coba goda-godain terus..."
"Bukan godain pingin tahu aja reaksi kamu kalo aku gitu gimana ternyata kamu masih kalem-kalem aja. Ga ada tertariknya apa sama aku?"
"Tanpa kamu gitupun aku udah tertarik." Dariel melonggarkan pelukannya dan membiarkan Ara duduk untuk menyusun sandwich dan hotdognya."
"Pake kaos dulu sana.."
"Engga ah gini aja, panas..."
"Uh....lagi godain aku ya?" Ara melirik Dariel.
"Gantian dong..."
"Nih sandwich kamu..."
"Makasih sayang..." Dariel mulai memakan sarapan yang dibuatkan Ara tadi.
"Sama-sama.."
"Eits... makan hotdognya biasa aja ya. Awas kalo aneh-aneh aku gendong kamu langsung ke kamar." Komentar Dariel dijawab tawa kecil oleh Ara.
"Iya-iya, yang tadi cuman bercanda..."
"Punya istri tuh emang enak. Tidur ada yang nemenin, makan ada yang masakin, Habis mandi baju udah disiapin. Untung aku punya istri kaya kamu, makasih sayang 6 bulan ini udah bikin aku seneng." Puji Dariel membuat pipi Ara bersemu merah.
"Senengnya kamu pahala buat aku." Ara sambil tersenyum memandang suaminya yang tak kalah bahagia dengan pernikahan mereka.
***To be continue