WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca bab ini.
"Mau aku atau kamu yang buka duluan?" Dariel sudah tak sabar untuk masuk ke dalam inti permainan ini.
"Gimana kamu aja.."
"Aku pingin kamu nyaman.."
"Aku nyaman dengan apapun yang kamu lakuin, aku cuman bener-bener malu sayang. Aku malu setiap kali kamu liatin aku.."
"Kamu cantik sayang dengan atau tanpa pakaian pun. Keduanya aku suka cuman yang opsi kedua harus di depan aku. Suami kamu.."
"Sayang..."
"Apa sayang..."
"Aku pingin pegang sesuatu yang udah nabrak-nabrak paha aku daritadi." Perkataan Ara sempat membuat Dariel tertawa. Jelas dia juga merasakan juniornya sudah menegang sekarang bahkan jika sampai dalam hitungan menit celananya tak segera di buka mungkin pusakanya itu akan menyembul keluar dengan sendirinya.
"Sekarang aku yang malu tapi besok-besok pun kamu bakalan liat ini.." Dariel bangkit lalu menurunkan celananya sampai bawah dan menendangnya ke sembarang Arah. Membiarkan sang junior yang sedaritadi terkurung berdiri tegak dengan bebas. Ini jauh lebih nyaman. Dia merasa seperti bernafas dengan lega sementara istrinya Ara terkejut dengan apa yang dia lihat sekarang. Apa bentuknya harus seperti ini?apa ini akan cukup?berbagai pertanyaan muncul di kepala Ara hingga pertanyaan yang tak kalah membuat Ara bingung muncul kembali. Apa yang harus dia perbuat?Apa dia harusnya menyentuhnya?menciumnya?atau membiarkannya saja. Apa?apa yang harus dia lakukan sekarang?Ara berpikir sendiri sampai Dariel menarik tangannya. Menyuruhnya duduk dihadapannya dengan manis sementara Dariel masih berdiri dengan tegak ditemani kejantanan yang mengacung keras. Wajah Ara kini sejajar dengan kejantanan suaminya yang menegang itu. Dariel mengarahkan tangan Ara untuk menyentuh juniornya. Ara menurut. Dia nenyentuhnya perlahan dan lembut seolah itu adalah benda paling berharga di dunia ini. Kini dia memainkan tangannya disana merasa geli juga karena melihat 2 bulatan kecil seperti telur puyuh disekitar area batang suaminya.
"Kok ketawa?"
"Lucu aja liat ini.." Ara menyentuh bulatan itu dengan lembut. Bukannya protes Dariel malah merasakan nikmat karena sentuhan itu. Sentuhan yang semakin membuat birahinya terus bertambah lagi dan lagi. Ah...ini benar-benar nikmat.
"Ra...apa kamu mau ngelakuin sesuatu buat aku?"
"Apa?"
"Aku pingin mulut kamu yang ngelakuin itu sekarang, bukan tangan kamu.."
"Hah?" Ara merasa aneh mendengar ucapan Dariel tadi?mulutnya?apa yang harus dilakukan dengan mulutnya?. Kini Dariel mengarahkan kejantanannya pada mulut Ara dan dengan ragu Ara memasukkan itu. mengemutnya seperti permen loli yang dia beli lalu Mencoba menarik dan melepaskan kembali batang suaminya sampai terdengar bunyi akibat saliva yang membasahi batang suaminya sementara Dariel mendesah nikmat dengan kedua tangannya berada dipinggang. Kenikmatan ini benar-benar sudah mencapai ubun-ubunnya dan tak dapat Dariel sangka sensasi hangat mulut Ara dapat membuatnya seperti terbang ke langit ke tujuh. Dengan pengetahuan ala kadarnya Ara terus berusaha menyenangkan suaminya itu sampai dia tak segan lagi untuk memainkan lidahnya diujung kepala kejantanan Dariel dan memainkan dua bola kecil yang sempat Ara tertawakan tadi sementara Mata Dariel sesekali terpejam dan sesekali lagi terbuka lagi oleh permainan amatir Ara. Dariel sempat mendorong miliknya agar lebih masuk membuat Ara tersedak dan terbatuk-batuk setelahnya.
"Maaf.." Dariel segera mencabut miliknya lalu mengambil air yang biasa ada di atas nakas. Ara meminum air yang dibawakan Dariel dalam beberapa tegukan. Tadi itu benar-benar gila.
"Ga papa sayang?" Dariel merasa bersalah. Akibat kenikmatannya tadi dia sampai lupa dengan kenyamanan Ara. Dia benar-benar lupa diri tadi. Dia lupa jika hal itu baru pertama Ara lakukan jadi dia mungkin belum terbiasa dengan tekanannya. Untung saja Dariel segera tersadarkan dan tak memaksakan tadi.
"Iya ga papa.." Ara berdeham sebentar lalu menatap Dariel lagi sementara gelas tadi Dariel simpan kembali diatas nakas.
"Apa harus kaya gitu?"
"Udah ga usah kalo kamu ga nyaman... Maaf sayang aku ga sengaja, tadi itu enak." Dariel menghapus bekas air dalam mulut Ara lalu perlahan mendorongnya lagi agar terbaring. Ara berada dalam dekapan Dariel lagi sekarang. Kakinya ia arahkan untuk terbuka sehingga Dariel bisa berada diantara sela-sela kaki mulus Ara kemudian untuk meredakan situasi tadi Dariel mencium bibir Ara lagi namun kali ini diikuti oleh tangan yang mulai bergerilya ke area bawah milik istrinya. Area yang selama ini Ara jaga untuk suaminya. Dariel memainkan jemarinya disana dengan lincah tak peduli dengan celana dalam Ara yang masih menghalangi kesucian istrinya.
"Ehm..." Ara protes dalam sela-sela ciumannya namun Dariel tetap membungkan mulut Ara dengan ciumannya.
"Aku buka ya?boleh?" Bisik Dariel dengan suara menggoda penuh nafsu dan deru nafas yang memburu. Dia benar-benar penasaran dengan apa yang ada dibawah sana. Ara memberi jawaban dengan anggukan kecil dan seketika Dariel terduduk untuk menarik CD hitam itu dengan kehati-hatian seakan takut akan ada yang terluka jika dia berlaku kasar. Dapat Dariel lihat dengan jelas bulu-bulu halus menutupi area sensitif milik Ara saat kain itu berhasil dia singkirkan. Ini adalah surga dunia.
"Aku ga suka kamu liatin gitu..." Protes Ara saat melihat Dariel terdiam mengamati miliknya dan dalam detik selanjutnya Dariel sudah melumat area itu dengan mulutnya. Memainkan lidahnya disana seolah tahu mana bagian paling sensitif milik istrinya. Ara yang menikmati permainan itu menarik-narik seprai dengan kuat dan tak jarang pula tangannya menarik rambut Dariel yang berada tepat dibawahnya. Apakah berhubungan intim rasanya seperti ini?pantas saja banyak orang-orang ingin melakukannya bahkan tanpa ikatan pernikahan sekalipun. Ini benar-benar nikmat. Ara mendesah kuat dikamarnya dan tak jarang menggigit bibir bawahnya untuk menahan desahannya karena takut tetangga dirumahnya mendengar. Ara sedikit menaikkan pinggulnya saat pelepasan pertamanya tiba. Dia benar-benar dibuat kejang hanya dengan permainan mulut dan lidah Dariel. Satu hal yang membuat Ara heran, Dariel tak merasakan jijik dibawah sana padahal itu adalah area yang sama dimana ada bagian yang dia gunakan untuk membuang urine. Dariel menaikan badannya lagi sekarang mencium bibir istrinya dan Ara langsung menerima ciuman itu tanpa merasa jijik juga dengan bekas cairan miliknya sendiri.
"Basah sayang..."
"Supaya kamu ga sakit waktu aku masukin.."
"Apa itu masuk yang?"
"Masuk, pasti masuk. Kamunya rileks aja. Aku ga akan cepet-cepet kok."
"Bener?"
"Aku bakalan stop kalo kamu bilang stop."
"Oke..." Ara setuju dan tanpa menunggu lagi Dariel mulai masuk kedalam permainan yang sudah dia tunggu-tunggu sejak seminggu yang lalu. Ibarat makanan ini adalah hidangan utama yang paling ditunggu Dariel. Wajahnya dia tundukkan sedikit kearah bawah memastikan bahwa miliknya sudah berada di tempat yang benar. Secara perlahan Dariel mendorongnya masuk.
***To be continue