WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca bab ini.
"Oke..." Ara setuju dan tanpa menunggu lagi Dariel mulai masuk kedalam permainan yang sudah dia tunggu-tunggu sejak seminggu yang lalu. Ibarat makanan ini adalah hidangan utama yang paling ditunggu Dariel. Wajahnya dia tundukkan sedikit kearah bawah memastikan bahwa miliknya sudah berada di tempat yang benar. Secara perlahan Dariel mendorongnya masuk.
"Ah..Aw..." Keluh Ara sambil memejamkan matanya.
"Kamunya rileks jangan tegang sayang. Ini bukan pemerkosaan.." Dariel terus memasukkan miliknya dan merasakan cengkaraman kuat dari kuku Ara di punggungnya. Melihat Ara yang tak nyaman Dariel menghentikan sejenak aksinya itu lalu mencium Ara terlebih dahulu untuk menenangkannya. Ciuman yang begitu bergelora sehingga Ara lupa akan rasa perih dibawah sana. Ketika merasa Ara sudah mulai nyaman Dariel kembali mendorong miliknya pelan dan merasakan kenikmatan luar biasa saat semua miliknya tenggelam disana meskipun setelahnya cengkraman Ara masih terasa menusuk punggungnya. Dariel memberikan waktu untuk Ara bernafas dan menghapus sedikit air mata diujung mata istrinya.
"Aku mau gerak..."
"Pelan yang..." Ara dengan suara pasrah.
"Iya sayang, aku pasti pelan..." Dariel meyakinkan dengan mengecup pipi Ara lalu perlahan pinggul Dariel mundur dan maju lagi dengan ritme perlahan memastikan Ara menikmati juga permainannya. Astaga ini benar-benar nikmat dan semakin membakar gairahnya. Ritmenya ia naikkan saat cengkraman Ara sudah melemah dan wajah Ara tak menunjukkan kesakitan lagi. Kini kecepatan pinggul Dariel membuat tempat tidurnya ikut bergoyang bahkan Dariel pun tak segan membalas desahan Ara yang sesekali terdengar menggoda. Nafsu birahinya sungguh tak dapat Dariel tahan. Dia semakin menghentakkan milikknya didalam sana.
"Balik sayang..." Dariel melepaskan miliknya lalu menyuruh Ara untuk menungging di depannya. Setelah posisi itu dirasa benar Dariel kembali menancapkan miliknya dan langsung memompanya lagi. Pantat Ara yang ada didepannya begitu menggoda membuatnya meremas-remas dengan penuh gairah.
"Ahh..ahhh..." Dariel tak henti membuat suara agar percintaan ini semakin menggoda dan panas sementara Ara dibuat tak berdaya dengan kenikmatan yang diberikan suaminya. Inikan rasanya bercinta?terasa panas meskipun udara diluar dingin, terasa nikmat meskipun awalnya menyakitkan. Lengannya sebisa mungkin ia gunakan untuk menompang badannya sendiri yang sudah lemas akibat sensasi bercinta pertamanya. Dalam posisi ini memang terasa miliknya dipenuhi oleh kejantanan suaminya yang sempat Ara ragukan akan masuk kedalam miliknya. Dariel membungkukkan badannya sebentar dan meremas payudara Ara yang menggantung disana sementara bibirnya menciumi punggung Ara yang sama basah akibat peluh yang dikeluarkan. Ah...ini benar-benar panas dan bergelora. Cukup lelah dengan posisi itu Ara meminta berbaring lagi sementara Dariel masih terus berjuang membuat Ara mencapai orgasme keduanya. Tangan Ara kini berada disampingnya kepalanya sendiri seolah membiarkan dadanya terbuka lebar dan memperlihatkan payudaranya naik turun akibat gerakan Dariel. Suaminya yang melihat itu semakin bernafsu dibuatnya dan dengan segera melahap payudara istrinya itu.
"Aw...jangan digigit yang..."
"Iya maaf..." Dariel tanpa sengaja menggigit puting Ara karena gemas dengan bentuknya. Merasa bersalah Dariel mengusap pelan bekas gigitannya itu dan berpindah ke payudara satunya dan memberikan kissmark disana setelah sebelumnya leher Ara sudah cukup banyak dia berikan tanda warna merah keunguan.
"Aku...mau hhh....keluar hhhh...."
"Iya sayang aku juga..." Dariel mempercepat gerakannya dan dalam hitungan detik dapat dia rasakan cairan hangat didalam sana terasa begitupun Dariel yang memuntahkan cairan miliknya didalam rahim Ara yang begitu basah sekarang. Dariel belum mau melepaskan juniornya sementara Ara sudah dibuat lemas dalam pelukannya.
"Makasih sayang..." Dariel mencium kening Ara lalu melepaskan kejantanannya perlahan. Dilihatnya cairan bening dan merah bersatu yang menandakan dia benar-benar sudah memiliki Ara seutuhnya. Dan dia adalah orang pertama yang melakukannya. Dariel berbaring disamping Ara merangkul bahu istrinya agar lebih dekat membuat Ara menyandarkan kepalanya di dada berbulu Dariel yang Ara bilang seksi. Tak lupa dia menarik selimut untuk menutupi badan mereka yang masih polos.
"Pusing kepala aku jadi hilang..."
"Kamu sakit?"
"Engga, kamu tahu?tiap kali aku nahan untuk ga keluar karena liatin kamu, kepala aku jadi sakit."
"Maafin aku.."
"Engga usah minta maaf, ini bukan salah kamu.." Dariel mengusap pelan bahu Ara.
"Nikah itu ternyata enak.."
"Kok enak sih Riel?kamu pasti mikirnya tentang itu, Harusnya kamu bilang bahagia gitu atau seneng, atau apa kek.." Perkataan Ara disambut tawa oleh Dariel.
"Kalo seneng ga usah ditanya lagi, aku seneng nikah sama kamu sayang. Besok-besok tidurnya pake baju itu lagi ya..."
"Enak aja, engga. Kamu tahu ga?aku pake itu aja harus nunggu keberanian aku datang mana malu lagi.."
"Masa malu?sekarang udah ga malukan?"
"Iya tapi masih ada dikit..."
"Apa masih sakit?".
"Perih aja dikit yang. Kata temen aku yang panjang besar itu enak tapi ternyata sakit..."
"Temen kamu tuh siapa?"
"Ada deh ini bahasan cewek..."
"Kamu belum terbiasa aja, nanti juga engga. Jangan-jangan kamu ga nikmatin ya tadi?"
"Engga, aku nikmatin kok tadi sayang. Itu enak."
"Aku ga mau kalo kita lagi gitu, aku doang yang ngerasa seneng atau cuman aku aja yang nikmatin itu."
"Engga sayang, aku seurius nikmatin tadi..."
"Ra...apa ga ada ronde kedua?"
"Hah?" Ara menelan ludahnya sendiri saat mendengar perkataan Dariel. Kini jemari Dariel yang ada di bahunya memutar-mutar membentuk bulatan kecil seolah sedang menggoda istrinya.
"Aku bisa lakuin ini sampe pagi..."
"Riel...kasih waktu aku Istirahat, besok kan kita kerja."
"Dan Lusa kamu pergi, tega kamu bikin suami merana gini?kita baru lakuin ini dan kamu pergi gitu aja." Dariel terus merajuk dikala juniornya kembali terasa menegang akibat melihat tubuh Ara yang masih telanjang disampingnya.
"Oke-oke. Mau mulai darimana?"
"Kamu diatas dong..." Dariel tanpa tahu malu memerintah sekarang. Dengan lemas dan susah payah Ara bangkit dari tidurnya dan menyibakkan selimut yang menutupi badan mereka.
"Gila ya kamu kuat banget, baru juga selesai.." Ara berkomentar saat melihat kejantanan suaminya sudah berdiri tegak seolah siap untuk bercinta kembali. Dengan perlahan Ara memegang benda pusaka milik suaminya itu lalu memasukkan ke dalam miliknya yang masih basah akibat sisa-sisa bercinta tadi.
"Ahhh...." Desah Ara saat miliknya terasa sesak oleh milik Dariel. Kedua tangannya kini dia letakkan tepat di dada Dariel lalu bergerak secara perlahan naik dan turun sementara Dariel memegangi pinggul Ara yang polos sambil memandang nikmat buah dada yang menggantung menggoda seakan memanggilnya untuk dia lahap.
"Kamu seksi sayang..." Ucap Dariel di sela-sela percintaan mereka. Merasa takjub dengan ciptaan tuhan melalui badan Ara yang semakin membuatnya dipenuhi rasa gairah yang meledak-ledak.
***To be continue