WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca bab ini.
Kini Ara berdiam diri lagi didepan cermin tanpa berbicara dan entah mengapa wajahnya merona melihat betapa seksinya dia sekarang. Kedua tangannya tak henti menutup wajahnya yang malu.
"Gimana ya Reaksi Dariel?." Ara penasaran sementara suaminya itu masih asyik menonton tv di ruang tengah atas. Sesekali terdengar suara tawa Dariel dan beberapa saat kemudian hening kembali.
"Riel...riel..." Ara membuka pintu, namun hanya kepalanya saja yang ia keluarkan.
"Iya kenapa?"
"Nontonnya di dalem kamar aja.."
"Takut berisik, kamu tidur duluan aja."
"Ya udah sini temenin tidur..."
"Nanti aku temenin sayang, aku belum ngantuk.."
"Aku punya hadiah buat kamu, sini..."
"Ya udah iya.." Dariel mematikan tv nya lalu berjalan ke kamarnya sendiri. Saat dia berhasil masuk matanya terkejut dengan penampilan istrinya itu. Ara kini memakai lingerie tipis menerawang dengan aksen renda-renda disekitar pahanya bahkan sepertinya sejauh mata memandang Dariel dapat melihat sesuatu yang menonjol yang dimiliki Ara dengan cukup jelas. Dia tidak pernah melihat wanita berpakaian seksi sedekat ini bahkan kalaupun pernah Dariel tak pernah memiliki nafsu apapun. Berbeda dengan saat dia melihat Ara sekarang. Sesuatu yang menjadi miliknya dibawah sana tampak bergerak kecil seolah meronta ingin dikeluarkan.
"Ra...." Dariel kini mendekati Ara. Dia berdiri tepat dihadapan Ara dan menatapnya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Benarkah wanita yang didepannya ini adalah Ara?.
"Kita udah terlalu lama nunda inikan?" Ara dengan suara lembutnya dan entah mengapa ucapannya tadi terdengar lebih menggoda dari biasanya di telinga Dariel.
"Iya, kita bener-bener harus ngelakuin itu sekarang." Dariel berucap pelan dengan pandangan lurus kedepan seolah terhipnotis oleh tatapan Ara yang kini tak henti berpaling dari wajahnya. Mungkin Ara malu karena penampilannya saat ini adalah yang pertama dan diluar kebiasaanya.
"Liat aku..." Dariel menarik dagu kecil Ara seolah meyakinkan bahwa penampilannya begitu menawan Dimata Dariel. Ia memulai dengan mengecup bibir Ara sebentar, lalu beralih ke keningnya, kelopak matanya, hidungnya, lalu turun kebagian leher Ara dan dalam sekejap kini dia melumat bibir merah menggoda istrinya itu. Dariel jelas sudah lama mendambakan moment ini. Moment dimana Ara menjadi milik Dariel seutuhnya. Dengan terus menciumnya Dariel menarik badan Ara kedalam dekapannya. Tangannya bergerilya menelusuri baju tipis yang dipakai Ara tadi. Dapat Dariel rasakan benda kenyal memenuhi telapak tangannya dan ini benar-benar sensasi yang belum pernah Dariel rasakan sebelumnya. Dariel memang pernah menonton video porno tapi dia tak menyangka bahwa hari ini dia akan memperagakan adegan itu secara nyata dengan wanita yang paling dia cintai. Ara yang membutuhkan oksigen perlahan melepaskan ciuman Dariel yang seolah tak mau terlepas. Mata mereka bertemu, Dariel bahkan tak mau menjauhkan wajahnya seinci pun dari wajah Ara. Kini Ara menarik kaos biru yang dikenakan Dariel dan seolah tahu, suaminya itu langsung menaikan tangannya keatas agar mempermudah Ara melepaskannya.
"Aku seneng liat dada berbulu kamu..." Ara sambil memainkan dada Dariel sementara suaminya kini kembali melumat lagi bibir Ara seolah ingin kembali masuk ke dalam kenikmatan yang dibuat istrinya. Lidah mereka bahkan saling bersahutan di dalam sana seakan saling menginginkan satu sama lain. Dariel kini menarik tali lingeri Ara yang berada di bahunya dengan perlahan dan seketika lingerie hitam itu terlepas sampai benar-benar tergeletak di bawah lantai. Hanya tersisa celana dalam seksi warna hitam yang menutupi Area intimnya saat ini. Sejujurnya Ara benar-benar tak bisa melanjutkan hal ini karena wajahnya benar-benar malu dengan tubuh telanjangnya saat ini. Bertelanjang bulat di depan lelaki merupakan kali pertama Ara lakukan.
"Jangan ditutupin gitu..." Dariel membuka lebar tangan Ara dan mengarahkan ke leher miliknya.
"Aku malu.."
"Ga usah malu, besok-besok kita bakalan sering kaya gini.." Dariel sambil menatap aset milik Ara itu. Aset yang menurutnya tampak menggoda meskipun tak memiliki ukuran yang terlalu besar tapi bagi Dariel itu jauh dari cukup dan sesuai dengan badan istrinya. Tangannya kembali menarik badan Ara membuat buah dada Ara itu menghantam dadanya.
"Riel..." Ara sambil memainkan rambut Dariel dari belakang. Mengusapnya dengan halus dan penuh kasih sayang sementara Dariel menatapnya dengan tatapan yang sudah dipenuhi kabut gairah yang tinggi bahkan tak bisa dia bendung lagi sekarang.
"Biasain panggil sayang mulai sekarang.."
"Aku gugup sayang..."
"Aku juga, Kita lakuin ini bareng-bareng, sesuai keinginan kamu. " Dariel meyakinkan lalu menuntun Ara ke ranjangnya. Membaringkannya disana dengan posisi Dariel diatasnya. Dariel membelai rambut Ara, lalu turun ke pipinya dan semakin turun ke payudara Ara yang terasa pas di tangan Dariel. Dia memainkannya disana, meremas payudara Ara lembut tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun membuat wajah Ara dibuat semakin merona dibuatnya.
"Riel..."
"Itu bukan panggilan aku.."
"Sayang..."
"Apa?apa ini sakit?" Dariel sambil memilin puting merah muda Ara yang tampak menegang akibat sentuhannya. Ara tak menjawab dia hanya menikmati jemari Dariel yang masih bermain disana. Tidak lama tangan Dariel berpindah ke payudara satunya dan kini tanpa ragu Dariel memainkan payudara Ara dengan mulut dan Lidahnya. Memberikan sensasi luar biasa pada Ara. Dia benar-benar menikmatinya sekarang. Matanya terpejam seolah ingin merasakan setiap sentuhan Dariel tanpa ada satupun yang terlewat. Tangannya yang ada dikepala Dariel kini dia gunakan untuk mendorong kepala suaminya agar lebih dalam dan tanpa ragu Dariel memberikan apa yang istrinya itu inginkan. Ara sudah dipuncak gairahnya. Setelah cukup lama bermain disana wajah Dariel naik secara perlahan bermain lama di ceruk leher Ara. Membuat kissmark disana seolah menandakan kepemilikannya. Dia benar-benar dibuat gila hanya dengan melihat tubuh Ara tadi. Dengan kedua tangannya Ara menarik wajah Dariel agar mencium bibirnya lagi lalu mengalungkan kedua tangan itu dileher Dariel pertanda suaminya tak boleh jauh sesentipun dari tubuhnya. Ara hanya ingin menempel dengan tubuh berotot suaminya itu. Suara dering telepon lagi-lagi menganggu keintiman mereka dan itu bersumber dari handphone Dariel.
"HP kamu..."
"Aku ga peduli." Dariel yang sudah dipenuhi nafsu birahinya mengabaikan panggilan yang mungkin penting lalu melumat bibir Ara lagi.
"Sayang...suaranya berisik..." Ara mendorong Dada Dariel agar melepaskan ciumannya. Kini Dariel bangkit dan melihat handphonenya dimana ada 3 kali panggilan tak terjawab dari Gio. Dariel benar-benar membuktikan ucapannya tadi bahwa dia tak peduli dengan panggilan itu. Dia memilih untuk mematikan Handphonenya lalu dia masukkan ke dalam laci nakas samping tempat tidurnya. Dariel bergegas kembali menemui Ara lalu memandangnya lekat dengan badan setengah telanjang. Tanpa perlu waktu lama Dariel kembali dalam pelukan istrinya lalu membenarkan rambut Ara yang sedikit berantakan.
"Mau aku atau kamu yang buka duluan?" Dariel sudah tak sabar untuk masuk ke dalam inti permainan ini.
***To be continue