Ara dan Dariel terlihat bermain dengan Kris dengan seru. Adiknya itu tidak begitu rewel ditinggalkan oleh Jesica dan Kenan. Dia malah terlihat ceria dia asuh kakaknya. Sedaritadi dia tak henti ingin bergerak kesana dan kemari padahal Ara sudah mencoba mendiamkannya dengan memberikan Kris ice cream.
"Kris liat kakak.." Ara langsung menghapus sisa-sisa ice cream yang sempat dia suapkan pada Kris.
"Ih...ga mau diem, diem dulu Kris.."
"Gini nih caranya.." Dariel langsung memangku Kris dan mengusap pelan mulutnya. Kris pun mau diam meskipun gerakan tangannya masih lincah. Setelah cukup bersih Dariel langsung menggendong Kris dan berdiri. Dia bermain-main seolah Kris adalah pesawat terbang. Diayunkannya Kris ke kanan dan ke kiri membuat anak itu tertawa-tawa.
"Awas nanti muntah lagi dia baru selesai makan.."
"Eh iya..."
"Kris anak pinter, anak baik, ga nangis ditinggal Daddy sama mommy, Ga kaya Abang Jay ya.."
"Eh adik lagi sakit juga masa diledekin sih.."
"Ga sengaja..."
"Kata mommy Jay kenapa?."
"Ga tahu, masih diperiksa lebih lanjut jadi kita tinggal tunggu aja kabar dari mommy." Uca Ara bertepatan dengan datangnya Jesica dan Kenan. Kini Jesica tampak langsung menuntun anaknya menuju kamar sementara Kenan menghampiri Ara dan Dariel yang masih mengasuh Kris.
"Baru aja diomongin…" Ara sambil menyalami ayahnya disusul oleh Dariel.
"Uh...kasian anak Daddy ditinggalin..." Kenan mencium pipi gembul Kris. Anak itu hanya menatapnya dengan mata bulat.
"Jadi Jay kenapa Dad?"
"Dokter sih bilangnya kena peradangan syaraf di kepala Kak, apa ya istilahnya lupa Daddy kak.."
"Kenapa bisa?"
"Gara-gara kebiasaan Jay katanya, entah itu main HP sambil nunduk terlalu lama, posisi tidur, atau posisi duduk dia pas lagi main laptop. Kakak kan tahu sendiri Jay kalo main laptop atau HP udah anteng banget.."
"Bisa sembuhkan?"
"Bisa insyallah, doain aja..."
"Tuh anak emang paling-paling deh.."
"Tadi kalian kerja disini?"
"Iya dad.."
"Hari ini nginep lagi aja Riel..."
"Iya dad.."
"Jangan Riel, aku harus persiapan buat pergi dinas nanti."
"Kan lusa, bisa besok.."
"Pokoknya pulang aja, ada yang harus aku urusin.."
"Dirumah emang ada apa?." Dariel merasa bingung sementara Ara langsung mencubit pinggangnya.
"Ya udah tapi nanti aja, tungguin Kris dulu Daddy mau mandi.." Kenan berdiri dan berjalan menuju kamarnya dimana sudah ada Jesica disana.
"Ada apa sih? Kok cubit-cubit?, aku salah ngomong.."
"Iya salah, kita pulang aja.."
"Nanti kalo ada apa-apa sama Jay kita balik lagi loh.."
"Ga akan, daddy tuh kalo ga yakin ga mungkin bawa anaknya pulang, ya Kris ya?."
"Ya udah gimana kamu aja.."
"Lagian aku jamin kamu ga akan nyesel pulang."
"Jamin? Kaya apa aja."
"Daddy….. jangan lama-lama mandinya.." Teriak Ara dari bawah berharap Kenan mendengarkannya. Dia juga punya urusan yang belum tuntas dengan Dariel. Rasanya tak tega jika harus membiarkan Dariel menunggu terlalu lama.
***
Dariel menonton tv dengan nyaman sementara Ara sedang mandi di kamarnya. Ditangannya ada Cemilan manis yang Dariel makan sesekali disela-sela tontonannya. Dia begitu menikmati mala mini setelah pulang dari rumah mertuanya. Di saat sedang asyik-asyiknya menonton Handphone Dariel berdering.
- Halo Gi
- Lu dimana?
- Dirumah
- Ga ikut main badminton hari ini?, bukannya lu udah mulai kerja?.
- Engga, adik ipar gw sakit jadi gw bantuin mertua..
- Oh kirain…
- Kiran apa?
- Kirain masih mode honeymoon…
- Lagian siapa yang honeymoon, gw tuh liburan sama keluarga..
- Masa? Gimana honeymoonnya?
- Ya seru Gi
- Masa seru doang?, jadi suami gimana? Enak dong?
- Apa sih Gi, ga jelas banget. Lu nelpon mau nanya ini?.
- Ini sih pertanyaan kedua, bukan utama
Gio sambil tertawa kecil dibalik telepon.
- Makannya lu nikah sana supaya ga usah nanya lagi.
- Justru karena gw belum nikah makannya gw nanya, jadikan ada sedikit prepare gitu riel.
- Udah ah, ada lagi ga yang mau ditanyain?
- Eh belum dijawab juga.
- Enaklah ada yang ngurusin, itu jawabannya.
- Ah ga seru.
Gio langsung menutup teleponnya sementara Dariel hanya bisa menggeleng-gelenggkan kepalanya. Tapi…tiba-tiba saha terbesit lagi pemikiran tentang malam pertama mereka yang gagal.
"Duh..jangan dipikirin Riel, nanti tegang.."Dariel berbicara sendiri mencoba melupakan hal yang telah dilakukannya kemarin bersama Ara. Padahal sudah hampir tapi mendadak tak bisa, sangat tanggung memang dan rasanya juga tak enak. Belum lagi mendadak Dariel harus mengeluarkannya sendiri membuat dia malu jika dipikirkan lagi.
"Ara masih mandi apa? Lama banget." Dariel menoleh kearah pintu kamarnya dan belum ada tanda-tanda keluarnya Ara darisana.
"Apa….aku bisa minta sekarang? Ah…engga. Kasian dia, pasti cape udah ngurus Kris." Ucap Dariel mencoba memikirkan reaksi Ara jika dia menginginkan malam pertama mereka. Kini pandangan Dariel kembali ke layar tv untuk fokus menonton saja dibanding memikirkan hal lain sementara itu di dalam kamar Ara sebenarnya sedang kebingungan.
"Yang ini? Apa yang ini? Atau….yang ini ya lebih bagus?." Ara monolog sambil bercermin dengan baju-baju seksi yang dihadiahi oleh teman-temannya. Semuanya terasa bagus tapi dia tak tahu bagaimana selera Dariel dan yang paling utama kira-kira reaksi Dariel bagaimana ya, melihat Ara memakai lingerie ini?. Ah…Ara jadi malu sendiri.
"Oke pake yang ini.." Ara menentukan pilihan pada lingerie warna hitam yang ada ditangan kanannya. Perlahan dia memakainya. Rasanya memang sedikit tak nyaman belum lagi entah mengapa celana yang harus dia kenakan terkesan kurang bahan sehingga tak semua bagian bokongna terutup. Belum lagi baju yang dia kenakan begitu menerawang membuat Ara bisa melihat sendiri dengan jelas lekuk badannya didepan cermin.
"Aku ga bisa, aku ga bisa. Ap aga usah ya?." Ara langsung duduk diatas ranjangnya, menyerah untuk apa yang dia lakukan sekarang. Keberaniannya yang selalu muncul mendadak hilang hanya karena pakaian hitam itu. Dia menatap kaki-kakinya. Menarik nafas pelan, pikirannya tak bisa tenang.
"Ayolah Ra, kasian Dariel…." Ara menyemangati dirinya sendiri. Dia berdiri lagi melihat kearah cermin. Ara kini berbicara lagi seperti latihan apa yang akan dia bicarakan pada suaminya nanti.
"Riel aku seksi ga? Cantik ga?, kamu mau?, ish…apaan sih aku kaya jual diri." Ucap Ara sambil menepuk jidatnya sendiri. Gara-gara baju itu dia jadi salah tingkah dan tak bisa merangkai kata dengan baik. Kini Ara berdiam diri lagi didepan cermin tanpa berbicara dan entah mengapa wajahnya merona melihat betapa seksinya dia sekarang. Kedua tangannya tak henti menutup wajahnya yang malu.
"Gimana ya Reaksi Dariel?." Ara penasaran sementara suaminya itu masih asyik menonton tv di ruang tengah atas. Sesekali terdengar suara tawa Dariel dan beberapa saat kemudian hening kembali.
"Riel...riel..." Ara membuka pintu, namun hanya kepalanya saja yang ia keluarkan.
***To Be Continue