Dariel membuka lemarinya, dia sedang memilih baju yang akan dikenakan. Dilihatnya satu per satu baju itu, dari warna paling cerah sampai warna paling gelap. Dari kaos biasa sampai kemeja tak luput dari mata Darielm
"Aku bagusnya pake kaos atau kemeja yang?."
"Mana coba liat.." Ara memutar badannya dan melihat kearah Dariel yang sedang berdiri dengan kedua baju ditangannya.
"Pake kemeja aja tapi jangan yang itu.."
"Yang mana?" Dariel bingung membuat Ara bangkit dari kursi riasnya dan mencarikan kemeja untuk Dariel.
"Nah yang ini aja.."
"Iya cantik..." Dariel mencium pipi Ara namun tak berhenti disana, dia mulai mencium leher, pundak terbuka Ara lalu bibirnya.Tangannya yang kosong menarik pinggang Ara agar lebih dekat sementara tangan Ara terkunci di depan dadanya sambil memegang kemeja Dariel.
"Pake dulu bajunya..." Ucap Ara saat berhasil terlepas dari ciumannya.
"Pakein dong buat suami.."
"Manja ya..."
"Kali-kali gantian manjanya.."
"Riel.. celananya naikin dikit..."
"Kenapa?" Tanya Dariel sambil melihat kearah celananya.
"keliatan tuh.."
"Apa yang keliatan?"
"Ya itu kamu keliatan.."
"Curang ya udah curi-curi start..." Dariel senyum-senyum sambil membenarkan celana beserta isinya yang sempat dilihat Ara sebelumnya.
"Bukan curang tapi emang keliatan, kamu lagi tegang yah?"
"Aku ga tegang gimana habis mandi kamu keluyuran pake handuk doang, aku kan harus nahan-nahan yang." Dariel membuat Ara tertawa sekarang. Ya...sejak menikah Dariel tak malu lagi untuk mengatakan birahinya yang sering timbul akibat tingkah Ara.
"Aku kira kamu masih tidur tadi.."
"Kamu ya udah tahu lagi dapet masa kaya gitu, tanggung jawab nih.."
"Hm..ta...tanggung jawab?"
"Iya, aku ga mungkinkan keluar dalam keadaan kaya gini sayang.."
"A.. aku harus gimana?" Ara bingung.
"Engga-engga aku bercanda. Aku bisa nahan kok.." Dariel gemas lalu mencubit pipi Ara dan mulai memakai kemejanya.
"Riel..." Ara menarik tangan Dariel.
"Kenapa sayang?"
"Kamu pingin aku gimana?bilang.." Ara menatap Dariel seurius sekarang.
"Kamu pingin aku nyentuh kamu?" Ara mulai meletakkan tangannya di dada berbulu Dariel lagi, melebarkan kemejanya kepinggir lalu memainkan putingnya disana. Jemarinya digerakkan memutar bahkan terkadang menekan tonjolannya.
"Kamu pingin aku tanggung jawab gini?" Ara dengan nada menggodanya lalu perlahan tangannya turun ke perut dan semakin turun menuju celana yang kini mulai Ara buka pengaitnya namun suara ketukan mengganggu mereka.
"Ra ayo sarapan.." Ibunya langsung berbicara ketika Ara membuka pintu.
"Iya mom, ini aku mau kesana.."
"Ya udah kita tunggu ya.."
"Iya mom..." Ara menutup pintunya lagi dan segera bersiap.
"Tuh ya udah goda-godain pergi gitu aja." Protes Dariel lalu membenarkan lagi celananya.
"Nanti lagi aja..." Ara segera mengancingkan kemeja Dariel.
"Iya nanti supaya puas.."
"Riel...kamu belum pernah tidur sama cewek lain kan?"
"Engga, aku belum pernah sayang. Aku masih perjaka tulen.."
"Masa?"
"Pacaran aja aku ga pernah apalagi yang begitu. Emang kenapa?"
"Ya pingin tahu aja.."
"Kamu?"
"Nanti juga tahu, kalo cewekkan ada tandanya perawan atau engganya. Udah yuk, udah rapi tuh.."
"Bentar aku mau ngomong lagi.."
"Apa?"
"Aku kayanya bakalan pindah ke pabrik ibu kamu.."
"Kamu seurius?"
"Aku seurius, aku ga mungkin Ra diem aja di SC, dari awal karir aku, aku kerja disana dan sampe umur segini aku disana. Aku kepikiran buat cari suasana baru."
"Kamu udah pikirin ini baik-baik?"
"Udah sayang, dan ini pilihan aku. Aku juga ga mau terus kerja disana dengan status kita udah menikah. Jujur aku ga nyaman sama perlakuan mereka yang berubah, memang lebih baik tapi itu kaya bukan mereka. Mereka hormat ke aku karena aku tunangan kamu dulu, sekarang aku udah jadi suami kamu, aku ga tahu deh gimana sikap mereka nanti. Aku pingin lepas dari bayang-bayang kamu.."
"Ya udah, kamu pindah aja.."
"Ga usah sedih gitu, dulu ketemunya di kantor kalo nanti ketemunya dirumah."
"Hm.."
"Ga ikhlas gitu.."
"Kamu jangan macem-macem.." Ara kini memeluk Dariel. Dia belum bisa membayangkan jika di kantor tak ada Dariel.
"Engga, itu perusahaan mommy, aku macem-macem pun ketahuan dan mana berani aku. Kamu harusnya jangan khawatirin soal itu.."
"Jangan buka-buka kancing baju depan cewek.."
"Mana ada, di kantor aku rapi kalo di rumah baru aku buka-bukain.." Canda Dariel membuat Ara tersenyum kecil.
"Ga papakan aku pindah?"
"Iya ga papa.."
"Ya udah sekarang kita keluar..." Dariel melepas pelukannya dan berjalan menuju meja makan yang sudah ramai dengan keluarganya.
"Aaaaa.....Kris lucu banget pake kemeja Hawai gitu, beli dimana mom?" Ara langsung menggendong adiknya.
"Waktu itu ga sengaja ada kak.."
"Ganteng banget Kris, Mau liat komodo ya?, iya sayang?, gemes kakak..."
"Kak, Dariel mau makan tuh ambilin dulu kek.."
"Dia juga bisa kok mom.."
"Kak..."
"Iya-iya..." Ara melepaskan Kris lalu mengambilkan Dariel makanan.
"Rena mana pak?."
"Tuh di depan udah main sama Kay sama Jay..."
"Akrab banget kayanya.."
"Iya, tadi juga pingin deketnya sama kakak Kay katanya.."
"Ya ga papa Bu jadi ibu sama bapak bisa pacaran lagi.." Dariel membuat Tante Vani tersenyum saja.
"Ya udah ibu sama bapak pingin berjemur dulu.." Pak Stefan segera bangkit dari kursinya bersama Tante Vani dan pergi ke depan kapal dimana disana sudah tersedia kursi santai.
"Mom..."
"Iya Riel..."
"Aku mau ngurus pabrik..." Perkataan Dariel membuat Jesica langsung menatapnya begitu pun Kenan. Mereka tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Kamu seurius?"
"Iya mom, aku mau bantuin mommy ngurusin pabrik, aku juga pingin cari suasana dan pengalaman baru disana. Kayanya aku udah terlalu lama di SC."
"Bagus Riel..." Kenan mengacungkan jempolnya.
"Ya udah kamu urusin dulu aja pengunduran diri kamu nanti kalo udah siap bilang, biar mommy urus juga di pabriknya.."
"Iya mom, kalau sesuai prosedur kayanya awal tahun aku baru bisa pindah.."
"Iya ga papa Riel ga usah buru-buru, mommy udah disiapin posisi Dirut kamu disana, atasan kamu langsung Daddy..."
"Mom...aku kan baru..."
"Pasti bisa Riel, ga bisa tanya-tanya aja sama Daddy.."
"Emang om Harry setuju mom?"
"Setuju kak, mommy udah beli semua kepemilikan dia jadi dia udah ga ada sangkut pautnya sama pabrik lagi."
"Loh kenapa?"
"Katanya mau bikin pabrik baru aja ga tahu apa.."
"Makasih mommy udah percayain pabrik sepatunya ke aku."
"Iya, kalo bisa bikin profitnya jadi naik..."
"Iya mom, Dariel pikirin nanti..."
"Tumben kakak setuju, waktu itu kan rewel.."
"Darielkan udah ceritain ke aku dad alasannya apa.."
"Nah gitu dong, jadi istri tuh yang Sholehah..." Canda Kenan sementara Dariel hanya tersenyum melirik Ara.
***To be continue