Chereads / Please, Love Me.. / Chapter 95 - Minta Maaf

Chapter 95 - Minta Maaf

Sejak pagi tadi tadi ada percakapan sama sekali antara Ara dan Dariel. Pria itu sendiri seharian sibuk meeting dengan para manager lain termasuk Ara salah satunya. Tak ada senyuman diwajah Ara. Dia benar-benar melakukan hal yang dia katakan semalam. Dia akan diam sampai Dariel meminta maaf. Rupanya hal itu tak hanya dilakukan Ara, Dariel pun sama. Sepanjang hari ini Ara dan Dariel tak berbicara bahkan kemarin malam pun tak ada komunikasi sama sekali antara mereka. Rupanya mereka benar-benar masih saling bersikeras dengan keinginannya.

- Halo Pak

- Udah pulang Riel?

- Ini lagi beres-beres.

- Kerumah bapak sebentar ya..

- Ada apa pak?

- Ada yang mau bapak omongin.

- Ya udah, aku kesana sekarang.

Dariel segera membereskan meja kerjanya dan bergegas pergi, sebelumnya dia sempat mengecek ruangan Ara namun hanya kegelapan yang ada disana, mungkin Ara sudah pulang. Dariel menduga-duga jika pertemuan itu pasti akan membahas soal biaya pernikahannya yang sempat diributkan Ara kemarin. Kini Kenan, Pak Stefan dan Dariel sudah berkumpul dikediaman Pak Stefan.

"Dariel sama Ara maunya kapan?." Tanya Pak Stefan

"Kita pinginnya sebelum akhir tahun ini pak.."

"Apa ga kecepetan?, itu 3 bulan lagi loh Riel.."

"Ya makannya persiapannya jugakan kita udah pikirin dari sekarang pak."

"Tempatnya udah tahu dimana Riel? coba ada ga yang cocok sama tanggalnya?."

"Ara pinginnya outdoor om jadi sedikit susah kalo nyari outdoor.."

"Mau disini aja? ga akan di Bali? om punya kenalan kalo disana."

"Luar kota lagi om?."

"Iya, bagus-bagus Riel tempat disana."

"Hm..." Dariel berpikir.

"Riel sekalian diomongin nih, om tahu Dariel lagi ribut sama Ara ya? gara-gara biaya nikah?"

"Ara cerita?"

"Engga, dia ga cerita ke om tapi sama mommynya, dia kemarin pulang sedikit kesel aja katanya."

"Dariel tuh bisa kok om wujudin pernikahan yang Ara mau."

"Riel...bapak sama om Kenan ngerti tapikan yang namanya orang tua pasti udah perhitunganlah ini itunya, apa salah kalo kita bantu?Kita ga bilang Dariel ga mampu. Kita tahu kalo pun dilepas Dariel bisa tapi kehidupan setelah nikah juga butuh bekel Riel. Jangan sampe kamu habis-habisan di acara pernikahannya tapi setelahnya malah jadi bingung." Pak Stefan menasehati.

"Riel, om ini ga ada maksud buat nganggep Dariel ga bisalah atau ga adalah uangnya. Engga gitu Riel, Dariel kan tahu sendiri Ara anak pertama om, cewek satu-satunya lagi. Om pingin yang terbaik aja buat dia. Kalo udah nikahkan tanggung jawab Ara om pindahin tuh ke Dariel. Kapan lagi om bisa nyenengin Ara?Om sekalian aja ngerayain kalo anak sulung om udah nikah. Apa ga boleh om pingin gitu?"

"Iya om..pak, Dariel ngerti. Om boleh kok bantu Dariel, bapak juga. Dariel ucapin makasih sama perhatian bapak sama om.."

"Makannya kita kumpul disini buat bicarain itu, kamu sama Ara maunya gimana, butuhnya berapa, nanti kita bagi-bagi, entah itu biayanya, entah itu tugasnya supaya cepet Riel, apalagi kalian pinginnya akhir tahun ini." Pak Stefan menjelaskan lagi.

"Ara sama Dariel konsepnya tuh private weeding gitu pak, ga harus ngundang banyak orang tapi pingin ngundang orang yang kita kenal aja biar suasananya intimate gitu, kita pingin acaranya malem om, pak, pingin ada acara dinner bareng juga sama semua tamu...." Dariel mulai menjelaskan konsep pernikahannya dengan Ara pada Kenan dan bapaknya. Diskusi mengenai pernikahan mereka pun dimulai. Kenan tampak mendengarkan dengan seksama keinginan Dariel begitupun Pak Stefan yang mencoba mengerti konsep pernikahan jaman sekarang yang memang berbeda dengan dulu. Sesekali Kenan dan Pak Stefan memberikan ide untuk mendukung acara pernikahan mereka dan beberapa ide itu ada yang Dariel terima ada juga yang Dariel tolak. Rasanya memang kurang lengkap tanpa Ara tapi mau bagaimana lagi Ara masih marah dengannya.

***

Tak ingin terus berdiam diri saja, keesokan sorenya Dariel mendatangi rumah Ara.

"Sore, Ara nya ada?."

"Ada den, masuk.." Sang pembantu rumah membuka pintu dan langsung pergi memberitahu tuannya saat Dariel sudah duduk.

"Kenapa?" Ara dengan nada juteknya sambil duduk di sofa yang bersebrangan dengan Dariel.

"Ngobrolnya jauh banget sih." Dariel mendekati Ara dan duduk disampingnya.

"Maaf..aku kesini mau minta maaf."

"Hm..." Ara singkat lagi.

"Masih marah sama aku?" Pertanyaan Dariel dijawab diam oleh Ara.

"Sayang maaf, jangan marah gini dong.."

"Ya habis kamu nyebelin, aku kan cuman diskusi cari jalan yang paling baik Riel, kamu malah ngotot sendiri pingin gitu. Ini kan pernikahan kita bukan kamu aja, bukan aku aja.."

"Iya sayang, aku udah ngobrol sama Daddy kamu. Urusan yang kemarin udah selesai jadi marahnya selesai juga dong." Perkataan Dariel tak direspon lagi oleh Ara.

"Kemarin aku udah ketemu Daddy sama Pak Stefan kita bahas konsepnya, biayanya, termasuk tanggal yang kita mau. Emang ada sedikit perubahan di tanggalnya tapi selain itu semuanya oke."

"Kok aku ga diajak?"

"Kemarin awalnya cuman bahas soal biayanya aja terus Daddy sama bapak nanya mau gimana, mau kapan jadi aku jelasin aja."

"Ish...nyebelin.."

"Udah dong Ra, mau nikah masa marahan?kalo Daddy kamu liat kita kaya gini, dia mungkin bisa berubah pikiran.."

"Masa apa-apa harus ngobrol dulu sama Daddy, sama Bapak baru kamu nurut."

"Sama siapa aja aku nurut Ra, kalo orang yang aku ajak bicara bisa saling ngerti juga, aku pasti nurut kok."

"Ngerti?jadi maksud kamu aku ga ngerti waktu itu?"

"Aku salah ngomong Ra, aku minta maaf..."

"Oke, kamu pulang aja. Ngobrol sama aku ga ada gunanya kan aku ga ngerti." Ara segera berdiri dan beranjak darisana membuat Dariel mengejarnya.

"Ra..Ra..." Dariel mengikuti kemana Ara berjalan sampai tak sadar melewati Kenan dan Jesica yang sedang bermain dengan Kris.

"Permisi om, Tante..." Dariel menyapa sebelum menyusul Ara lagi.

"Tuh kan apa Mas bilang, kakak tuh masih kaya gitu yang, ga kebayang kalo dirumah mereka sendiri gimana."

"Kasih kepercayaan Mas, aku yakin Dariel bisa ngatasinnya. Dia yang milih kakak kok jadi istrinya ya..harusnya udah ngerti sama sikap kakak."

"Iya deh gimana mommy aja ya Kris.." Kenan memandang Kris lagi sementara diatas Dariel terus mengejar Ara.

"Ra..." Dariel menarik tangan Ara.

"Udah kamu pulang aja! Ga usah ngobrol lagi sama aku. Urusan pernikahan obrolin aja sama Daddy sama bapak, aku nurut aja."

"Udah-udah cukup, kamu ga biasanya marah gini." Dariel menarik lagi tangan Ara tak peduli jika Ara meronta untuk melepaskannya lalu dengan paksa Dariel memeluk calon istrinya itu.

"Maaf sayang, maaf....Aku salah ngomong tadi. Aku ga maksud gitu. Cuman kamu yang ngertiin aku."

"Lepasin!!" Ara mencoba pergi namun tenaganya jelas kalah jauh dengan Dariel.

"Kamu udah ga sayang ya sama aku? marah-marah terus."

"Kamu yang ga sayang sama aku, ngomong-ngomong gitu ke aku." Ara sudah tak lagi melawan namun nada bicaranya masih tinggi.

"Ya udah maaf, aku ga akan ngomong gitu lagi. Aku tuh calon suami kamu loh disayang-sayang kek jangan dimarahin terus."

"Disayang?orangnya aja nyebelin.."

"Kalo kita diskusi lagi soal pernikahan terus ada omongan aku yang kamu ga suka di rem dong, dikasih tahu gitu.."

"Aku udah coba kan kemarin, kamunya aja terus ngotot."

"Ya cium kek jadi aku berhenti ngomongnya." Canda Dariel.

"Huh...maunya kamu.."

"Udah jangan marah lagi ya, Kamu tahu ga? aku hari ini sampe tinggalin meeting aku ditengah-tengah karena mikirin kamu. mikirin gimana caranya supaya kamu ga marah.."

"Bohong..."

"Tanya aja Chandra.."

"Kamu anteng-anteng aja 3 hari cuekin aku di kantor."

"Ya habis gimana, samperin kamu pun kamunya masih marah. Udah dong... maaf..."

"Dasar ngeselin.." Ara sambil mengarahkan tangannya kearah pinggang Dariel untuk memeluknya.

"Gini kek dipeluk-peluk."

"Aku ga suka ya omongan kamu tadi."

"Iya, aku ga akan ngomong gitu lagi..." Dariel sambil mencium puncak kepala Ara.

***To be continue