Dariel melihat kalender, Kepulangan Ara 3 hari lagi dan itu terasa begitu lama. Sepertinya Ara sangat menikmati liburannya kali ini. Sebelumnya dia mengirimkan beberapa foto keberadaannya di Korea. Begitu ceria dan menyenangkan.
"Jadi Citra mau di perpanjang ga pak kontraknya?." Tanya Maya yang kebetulan bertemu dengan Dariel di dekat ruangannya.
"Kapan habisnya?."
"Bulan ini pak."
"Kerjanya sih bagus cuman absensinya aja kurang."
"Kalo saya sih gimana rekomendasi atasannya aja."
"Ya udah, panggil anaknya dulu aja. Saya pingin tahu komitmen dia buat benerin absensinya."
"Oke pak..."
"Makasih Bu.." Dariel sambil tersenyum dan kembali lagi berjalan.
"Eh pak bentar.."
"Kenapa?."
"Kemarin Bu Ara minta dicariin wakil barunya, kandidatnya udah ada sih, cuman mau nunggu interview Bu Ara."
"Hubungannya sama saya apa ya bu?."
"Pak Dariel kan tunangannya, mungkin bisa diwakilin atau bapak yang pilihin."
"Bu...saya sama ini tunangannya kalo diluar, tapi kalo dikantor dari jam 7 sampai jam 5 sore, saya rekan kerjanya."
"Ya..kali aja udah keluarga pak, kan calon istri.." Maya tanpa malu menyindir.
"Saya sama Bu Ara tetep profesional kok Bu kalo kerja."
"Pak Dariel padahal idola loh disini, karyawati pada patah hati nih denger pertunangan pak Dariel.." Ucapan Maya hanya disambut senyuman oleh Dariel. Kenapa jadi menggosip?.
"Masing-masing juga udah ada jodohnya Bu. Ya udah saya duluan ya Bu, mau ada meeting zoom sama cabang." Dariel mengakhiri pembicaraan tentang hubungannya. Dia tak suka membahasnya di kantor meskipun dari beberapa orang yang bertemu dengannya selalu saja mengarah pada hubungannya dengan Ara. Pembicaraan mereka beragam, dari mulai kapan pacaran, sudah berapa lama, atau bahkan kapan menikah. Dariel sendiri biasanya tak terlalu menjawab dengan seurius, dia hanya melempar senyum atau bahkan mengalihkan pembicaraan ke topik pekerjaan.
"Ngapain lu sama Bu Maya?, Ara tahu marah loh.." Tanya Chandra.
"Tergantung siapa yang ngadu.." Sindir Dariel.
"Gw nanya seurius."
"Bahas soal kontrak Citra.."
"Kenapa? mau lu cut? tega bener sih, perpanjang dong Riel."
"Gw masih mikir-mikir, dia itu absennya kurang banget kadang ijin tiba-tiba."
"Dia kan masih kuliah Riel, mana semester akhir."
"Ga jadi alasan, gw juga dulu gitu tapi...karena udah komitmen ya bisa jalan bener dua-duanya."
"Ya bedalah sama Citra, diakan cewek.."
"Lu kenapa?."
"Kenapa apanya?."
"Kenapa jadi belain Citra? ada hubungan apa lu?."
"Hm...ga ada apa-apa.."
"Jadi..gitu mau main rahasiaan? gw bilangin anak-anak ya.."
"Ya..gw...kan suka ngobrol sama dia.."
"Ya terus?, kerja ya kerja Chan.."
"Tapikan kasian Riel, dia masih punya adik yang harus dia biayain. Bapaknya sakit, ibunya ga kerja."
"Tahu banget." Dariel tersenyum sekarang. Dia aneh dengan tingkah Chandra. Sahabatnya itu kini salah tingkah. Dia sudah terlalu banyak berbicara tadi.
"Ngaku, lu sama Citra kenapa?."
"Oke-oke, gw lagi deketin dia."
"Pantes ya lu ga ikut ke Korea, biasanya lu ada vacation kemana aja ikut. Betah di kantor?."
"Tolonglah Riel, jangan di cut.." Chandra kini memohon.
"Chan, Lu tahu gw kan?. Gw tuh orang yang kalo kerja ya kerja, pribadi ya pribadi."
"Ini bukan karena gw suka Riel, tapi bisakan lu kasih kesempatan sekali lagi?. Beberapa bulan lagi dia lulus. Mungkin dia bisa lebih fokus kerja."
"Ampun ya lu.."
"Lu seneng gw jomblo terus?, mau gw ganggu lu sama Ara?."
"Apa hubungannya sama Ara?."
"Gw gangguin lu kalo pacaran." Canda Chandra. Dariel memiringkan senyumannya.
"Oke, gw kasih kesempatan satu kali lagi. Ini bukan karena lu, tapi karena kerjaan dia bagus. 3 bulan ini absennya bolong gw ga janji deh bakalan bisa pertahanin dia. HRD juga pasti mantau Chan.."
"Makasih Riel.."
"Iya sama-sama, gw duluan ya.."
"Eh bentar, gw minta tolong dong sekali lagi.."
"Apa?."
"Suruh Ara baca email.."
"Kenapa lu ga ngomong aja sendiri?."
"Udah.."
"Terus kenapa gw harus ingetin lagi?."
"Dia bilang nanti dia baca tapi ga di respon juga balesannya. Gw butuh cepet nih.."
"Orang lagi liburan juga."
"Tolong dong Riel.."
"Ampun ya, Gw tadi baru aja negur Bu Maya gara-gara hal yang sama. Ga semua kerjaan Ara jadi bilang sama gw semuanya. Mentang-mentang gw tunangannya jadi semua nanya sama gw.."
"Karena pasti komunikasi lu intens kan sama Ara?."
"Oke gw bantuin tapi ini yang terakhir ya. Kerjaan Ara ya kerjaan dia, gw ya gw.."
"Iya pak Dariel.." Chandra berdiri tegap seolah menghormati Dariel.
"Ya udah gw masuk, udah telat nih meeting.." Dariel langsung membuka pintu ruangannya dan masuk sementara Chandra kembali ke tempat kerjanya.
***
Dariel meletakkan Handphonenya di sebuah penyangga agar Ara bisa melihat wajahnya dengan jelas. Mereka sedang melakukan video call.
- Kamu lagi kerja ya?.
- Engga, aku lagi nonton tv.
- Bohong, ada kertas tuh banyak di meja.
- Sambil baca-baca laporan aja..
- Nanti ga bisa tidur loh..
- Iya-iya aku nanti beresin. Matanya jeli banget sih.
- Iyalah apalagi liat kamu sama cewek lain.
- Chandra ngadu?.
- Ngadu apa?.
- Engga, bukan apa-apa..
- Apa? kamu ngapain?.
- Ga ngapa-ngapain.
- Tadi bilang ngadu..
- Ya kali aja Chandra ngaduin aktivitas aku hari ini. Biasanya kan gitu.
- Engga tapi gara-gara kamu bilang gitu, aku jadi penasaran.
- Ga ada apa-apa sayang. Kamu bisa tidur ga? biasanya kamu susah tidur..
- Kan ada Mia, Sonya, sama Farah.
- Kok aku ga liat?..
- Tuh..
Ara mengarahkan kameranya pada teman-temannya.
- Ga jalan-jalan lagi?.
- Cape..
- Ya udan tidur sana, kalo disini jam 9 berarti disana jam 11.
- Ga kangen sama aku?.
- Kangen tapi kayanya ada yang lebih kangen.
- Siapa?.
- Kerjaan kamu.
- Ish...kirain siapa.
- Bu Maya nanyain kamu, katanya kandidat wakil kamu udah ada, Chandra nanyain hasil email dia, kenapa belum di bales-bales...
- Aku kan lagi liburan masa diganggu soal kerjaan sih. Bilangin nanti aja.
- Makannya kalo liburan pastiin dulu kerjaannya udah selesai.
- Kok malah diomelin.
- Bukan ngomelin tapi ngasih tahu..
- Ya udah nanti deh aku liat email-nya. Aku kan ga bawa laptop cuman liat pake Handphone.
- Email apa sih sayang?.
- Itu..draft SK baru, aku kan harus review tapi masa iya sehari beres aku baca. Aku harus ngerti dulu dong, aku ga mau asal tanda tangan apalagi soal gaji. Ini kan sensitif.
- Ya udah mau aku bantuin?, aku pelajari dulu nanti intinya aku ceritain.
- Aku ngerepotin kamu..
- Ah..suka malu-malu gitu padahal mau..
Canda Dariel.
- Ya udah kalo maksa, nanti aku kirim emailnya.
- Maksa sebelah mananya coba?.
Dariel tertawa kecil.
- Makasih sayang.
Ara memamerkan senyumannya di layar.
***To be continue