Chereads / Please, Love Me.. / Chapter 82 - My Fiance

Chapter 82 - My Fiance

Kabar pertunangan Ara dan Dariel tersebar luas di kantor membuat karyawan-karyawan yang ada di Seazon company heboh bukan main apalagi selama ini mereka memang tak pernah secara terbuka mengakui hubungan mereka jadi jelas hal ini membuat banyak pihak terkejut. Kini hampir seluruh departemen membicarakan hubungan Dariel dan Ara layaknya seorang selebritis yang tertangkap basah berpacaran. Dariel yang sudah menyadari ada yang berbeda sejak pagi mencoba bersikap biasa saja dan cuek meskipun dalam beberapa kesempatan dia merasa terganggu karena manager yang lain menjadi canggung ketika akan menyapanya padahal dulu mereka tak seperti itu bahkan ketika meeting bersama tak ada satu orangpun yang berani mendebat terlalu tajam dan lebih memilih patuh dengan apa yang diutarakan Dariel.

"Riel yang produksi kemarin gimana?kok bisa ga nyampe target?" Dikta protes saat Dariel keruangannya.

"Iya pak, kemarin ada sedikit kendala di tim produksi, saya udah tegur jadi saya usahain ga ada lagi yang kaya gitu kedepannya."

"Iya hati-hati ya, kita bisa kehilangan penjualan kalo gini caranya, stok daerah juga perhatiin tuh Riel masa pemenuhannya menurun sih?kemarin Alex kasih laporannya kesaya."

"Iya pak siap nanti saya cek lagi."

"Coba kamu cek stok pusat sama daerah khususnya barang-barang fast moving."

"Oke pak."

"Selama ini pak Diman suka ngasih laporan perputarannya ga?"

"Suka pak.."

"Coba liat seberapa bagus dia control di gudang, masa Laporan SO kemarin banyak selisih."

"Siap pak nanti saya cek."

"Saya minta laporan detail penyebab selisihnya."

"Oke pak.."

"Ya udah kamu boleh balik keruangan kamu."

"Baik pak, makasih." Dariel keluar dari ruangan Dikta. Pikirannya sekarang dipenuhi oleh pekerjaan. Hal ini akibat cuti pertunangannya yang tiba-tiba berpindah di Bali kini banyak sekali pekerjaan yang menumpuk di meja Dariel. Matanya sekarang kembali ke layar komputer dan fokus menyelesaikan satu demi satu pekerjaannya saking fokusnya sampai tiba jam pulang Dariel masih tetap betah berlama-lama diruangannya dan mengacuhkan setiap hal lain yang dapat menganggunya hari ini.

"Iya masuk.." Dariel sambil tersenyum senang karena baru saja menyelesaikan analisanya terhadap stok yang diminta Dikta.

"Telepon aku kok ga diangkat sih, udah jam berapa nih?" Ara langsung mengomel ketika masuk kedalam ruangannya.

"Eh iya maaf tadi aku lagi sibuk.." Dariel melihat handphonenya dari terlihat banyak sekali panggilan yang tidak terjawab dari Ara maupun rekan-rekannya.

"Kebiasaan ya kamu kalo kerja suka gitu, aku sebel." Ara sambil duduk di kursi yang berada di depan meja kerja Dariel.

"Iya maaf, banyak banget laporan yang harus aku kerjain belum lagi dari pagi keganggu meeting jadi bisa dikerjainnya pas udah istirahat."

"Aku sabar loh nungguin kamu dari 2 jam yang lalu. Aku ngerti kok kamu sibuk hari ini aku juga sama tapi seenggaknya kamu ada kasih batasan waktu dong kalau kamu lembur. Maksimal itu 2 jam setelah jam kerja Riel." Ara terus mengoceh membuat Dariel perlahan mematikan komputer dan laptopnya. Tidak lama dia menyentuh tangan Ara yang ada dimejanya.

"Kamu hari ini sibuk?pasti cape terus aku cuekin lagi makannya marah-marah gini, kita makan aja yuk, jalan kek kemana bentar supaya capenya ilang." Dariel dengan lembut namun Ara hanya menatapnya.

"My Fiance, jangan marah-marah terus dong. Hari ini satu kantor ngomongin kita tunangan ga lucu juga kan kalo besok mereka ngomongin kita berantem di kantor?"

"Kamu bilang apa tadi?" Ara sambil senyum-senyum.

"Hm...apa ya?" Dariel menolak mengulangi lalu membereskan mejanya.

"Bilang dong sekali lagi.."

"Udah yuk pergi.." Dariel mematikan AC dan lampu lalu membuka pintu ruangannya.

"Riel, bilang apa tadi?" Ara terus memaksa saat berjalan disamping Dariel menuju Lift namun Dariel hanya senyum-senyum sendiri. Pintu Lift terbuka tampak beberapa karyawan berdiri disana dan ketika melihat Dariel dan Ara mereka langsung terdiam. mereka berdua masuk lalu Dariel menekan tombol dan setelah itu dia segera menggenggam tangan Ara sampai pintu lift terbuka kembali dilantai yang mereka tuju.

"Inikan yang kamu mau?" Dariel sambil menggoyangkan tangan mereka.

"Kalo kamu ga nyaman aku ga papa kok.."

"Kalo aku ga nyaman udah aku lepasin tadi. Kasian tunangan aku ga diakuin mulu." Dariel membuat Ara senyum lagi kini dia membukakan pintu mobil untuk Ara kemudian mobilnya ia jalankan menuju cafe favorit mereka.

"Sayang aku jadi ya akhir bulan ini ke Korea."

"Iya, maaf aku ga bisa ikut. Cuti kemarin aja bikin aku kaya gini apalagi kalo aku cuti lagi."

"Iya ga papa.."

"Seneng ya mau ketemu oppa-oppa Korea.."

"Siapa juga yang mau ketemu oppa, aku seneng sama wisatanya aja.."

"Jangan cape-cape lagi loh nanti sakit kaya waktu ke Bandung apalagi ini ke Luar Negeri."

"Iya engga waktu itukan sambil kerja kalo inikan liburan."

"Mau sambil kerja atau liburan juga ya jangan sampe kecapean kamu tuh orangnya cape dikit sakit cape dikit sakit untung aja ga sampe masuk rumah sakit."

"Ih kamu malah doain aku masuk rumah sakit."

"Siapa yang doain, aku kan kasih nasehat aja." Dariel menghentikan mobilnya karena melihat lampu merah lalu perlahan membuka dasinya.

"Kancingnya dibuka satu aja.." Ara yang memperhatikan langsung protes.

"Duh gerah sayang, 2 aja ya.."

"Inikan dimobil udah pake AC ntar juga engga."

"Disini aja kok lagian itu pikiran kamu aja udah kemana-mana, orang kalo liat aku begini pasti biasa aja."

"Maksud kamu aku piktor?"

"Ahahah engga sayang..." Dariel tertawa geli mendengar ucapan Ara.

"Kalo misal nih aku pake kemeja terus kancingnya aku buka 2 kamu seneng ga?"

"Ya kalo itu beda lagi, aurat kamu udah keliatan."

"Giliran dada aku aja ke ekspose kamu gitu giliran dada kamu ga papa."

"Ya bedalah dada aku sama dada kamu. Sayang dengerin aku, kamu itu sekarang bukan lagi pacar aku, kamu itu tunangan aku, calon istri aku. Kalo ada apa-apa sama kamu orang pertama yang Daddy kamu cari tuh aku, ga mungkin dong sekarang aku biarin kamu umbar-umbar hal kaya gitu bikin nafsu cowok yang liatnya."

"Emang cewek yang liat kamu gitu ga nafsu?kamu juga kan tunangan aku, emang aku salah kalo protes?"

"Iya sayang engga, Ini aku nurut kan?udah yuk udah nyampe nih.." Dariel memarkirkan mobilnya.

"Sini dulu.." Ara segera menarik kemeja Dariel dan mengancingkan satu lagi.

"Aku ga mau ya berantem lagi cuman perkara kancing baju, receh banget sayang, aku cuman punya kamu." Dariel mengusap lembut tangan Ara yang ada didadanya membuat Ara tersenyum. Sedaritadi Ara selalu di buat tersipu oleh perkataan Dariel yang manis.

***To be continue