Chereads / Please, Love Me.. / Chapter 80 - Dirga vs Dariel

Chapter 80 - Dirga vs Dariel

Dariel dan Ara bermain-main di tepi pantai dengan yang lainnya. Tak lupa si kecil Kris yang tampaknya begith senang duduk dihamparan pasir yang sesekali di terpa ombak kecil. Dariel dan Kay memilih menaiki tebing dan melompat darisana begitupun Muel dan Sammy yang sama-sama ikut dalam permainan pantai. Dari atas tebing mata Dariel melihat kearah Dirga yang berdiri tak jauh dari mereka sedang memperhatikan Ara. Bibirnya sesekali tersenyum saat melihat tingkah Ara. Awalnya Dariel hanya mengganggap itu biasa tapi lama kelamaan dia sedikit risih dengan tatapan Dirga. Belum lagi pakaian pantai Ara yang cukup minim membuat Dariel semakin yakin apa yang di tatap Dirga adalah sesuatu yang tak pantas. Dengan segera Dariel menyemburkan dirinya lagi ke air lalu berenang ke tepi untuk menemui Ara.

"Aku kesana dulu bentar ya.."

"Kemana?."

"Cari minum bentar, kamu mau ga?."

"Engga, ga usah.."

"Bajunya kenapa pendek banget sih.."

"Kan lagi berenang.."

"Kan ada baju renang yang panjang."

"Ga modis."

"Mau berenang atau mau fashion show?."

"Dua-duanya.."

"Ya udah bentar, kamu diemnya deket Daddy."

"Iya-iya.." Ara menurut dan pergi mendekat kearah Kenan yang sibuk mengasuh Kris. Diam-diam Dariel menghampiri Dirga.

"Liat apa?." Dariel langsung menegurnya.

"Pemandangan."

"Berhenti natap Ara." Dariel berjalan semakin dekat sambil menunjuk kearah Dirga. Pria itu hanya mendengus dengan senyum menyungging disudut bibirnya.

"Punya mata kan buat liat."

"Saya pikir kamu itu udah beneran taubat dan tulus minta maaf sama Jay dan juga Ara tapi kayanya anggapan saya salah."

"Okelah dengan Jay udah ga urusan, males juga ngaladenin anak kecil. Ga sepadan sama gw. Gw ga ga level main sama anak kecil. Dia mau ambil Tiara kek, silahkan aja."

"Harusnya kamu malu sama orang tua kamu. Ga kasian apa mereka udah ngelakuin apapun buat minta maaf sama om Kenan dan Tante Jesica."

"Apa urusan lu bawa-bawa orang tua gw, punya aja engga, jadi gimana mau ngerasain?." Ledek Dirga. Dariel sudah cukup geram dengan mulut Dirga yang seperti tak pernah disekolahkan. Entah keberanian dari mana Dariel langsung memberi tinju pada Dirga.

"Berhenti bahas tentang orang tua saya."

"Bisa mukul juga.." Dirga lagi-lagi dengan ledekan. Salah satu tangannya dia letakkan di pipi seakan memastikan bagian mana yang Dariel pukul.

"Saya sebenernya ga suka berantem tapi kamu udah keterlaluan."

"Dasar munafik." Dirga kini mendorong Dariel. Dariel tak tinggal diam. Dia melihat ke kiri ke kanan lalu kembali mendekati Dirga. Kali ini dia meraih kaos yang dikenakan Dirga. Memutarnya disana lalu mendorongnya kearah yang lebih tersembunyi.

"Saya peringatin kamu. Saya ga suka kamu liat-liat Ara kaya gitu!!. Berhenti dan cari cewek lain."

"Lu bilang gw bebas deketin Ara, dasar plin-plan."

"Kali ini saya ga akan biarin. Omongan kamu semalem udah keterlaluan. Berani deketin Ara, lewatin saya dulu." Dariel semakin menekan dadanya. Dirga yang semula akan melawan pun dibuat tak berdaya. Dia tak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang.

"Ara calon istri saya. Kamu bukan siapa-siapa bahkan teman Ara pun bukan." Dariel sambil menatap tajam kearah Dirga seolah memperjelas hubungannya.

"Liatin aja apa yang bakal gw lakuin." Dirga tetap pada pendiriannya.

"Dasar iblis!!." Dariel kini mendorong Dirga dengan keras sampai tersungkur ke bawah sementara dirinya langsung pergi. Dia tak mau berlama-lama bersama Dirga lagian jika salah satu orang tua melihat bisa panjang lagi ceritanya. Tak ada gunanya mengobrol dengan orang gila macam Dirga.

****

Malam itu mereka masih berada di lantai karena Dimas justru mengajak mereka untuk berpesta di tepi pantai karena Dirga dan Jay yang telah berbaikan. Dariel sebenarny sudah malas karena dia tahu sifat asli Dirga tak berubah. Dia tak benar-benar tulus meminta maaf pada Jay dan bahkan tak maj berhenti menganggu Ara. Rasanya ingin sekali Dariel mengadu pada Lala dan Dimas tapi tentu saja tak ada bukti yang kuat. Sedaritadi pun Dariel berada tepat disamping Ara seakan tak membiarkan celah sedikitpun untuk Dirga bisa dekat dengan Ara.

"Mau makan ini ga?." Ara menyodorkan sate udang padanya.

"Engga-engga, kamu aja."

"Daritadi engga mulu, ga suka emang?."

"Suka tapi udah kenyang..."

"Kamu kenapa sih? cemberut terus."

"Engga kok, perasaan aku..ga cemberut." Dariel memegang kearah mulutnya.

"Iya, mukanya kaya lagi bete. Aku bikin salah ya?, atau kamu pingin pulang?."

"Engga, bukan gitu. Aku emang ga papa."

"Ya senyum dong..."

"Sekarang kamu nih yang bete."

"Kamu yang bikin bete.."

"Iya-iya udah, apa sih ga jelas berantemnya juga." Dariel langsung mengambil sate yang sempat disodorkan Ara dan memakannya.

"Kamu tadi mandi ga?."

"Mandilah, gila aja ga mandi."

"Oh pantes makin cantik soalnya." Gombal Dariel dan membuat Ara memukul kecil lengannya.

"Kamu mandi ga?."

"Kenapa? makin ganteng?."

"Ngarep aku gombalin?."

"Sekali-sekali kek."

"Aku mandilah, nanti kalo bau badan kamu ngomel-ngomel." Dariel memakan udang terakhir dari tusukan setelah itu membuangnya.

"Liat Jay beneran ga mau lepas dari mommy."

"Baguslah, kalo dia sendiri bisa berantem lagi sama Dirga."

"Mereka kan udah maafan jadi harusnya udah ga ada masalah."

"Maaf itu kan dari mulutnya doang." Dariel senyum sendiri mendengar Ara seolah percaya dengan maaf dari Dirga.

"Maksud kamu?."

"Ga ada yang tahu kan dalam hatinya dia gimana."

"Tapikan orang tuanya udah tahu kelakuan kak Dirga gitu dan kalo orang tuanya tahu kak Dirga pasti kapok."

"Ya mudah-mudahan aja gitu."

"Kamu ga percaya?, tadi dia minta maaf sama aku loh di depan Daddy sama mommy bahkan ada orang tuanya.."

"Kamu percaya?."

"Ya kan niat dia baik minta maaf sama aku."

"Berarti percaya." Dariel manggut-manggut sambil mengipas satenya.

"Kenapa sih Riel?." Ara penasaran, tak biasanya Dariel seperti itu.

"Ga papa..."

"Riel...kenapa?." Ara terus bertanya namun Dariel lebih memilih mengantarkan hasil bakarannya pada ibu-ibu yang sedang sibuk mengurus anak-anak kecilnya.

"Makasih Dariel, baik banget..." Puji Dena yang langsung menarik piringnya.

"Bapak-bapak lemot banget bakarnya.." Katerina melihat ke arah Alex dan Kenan. Mereka malah mengobrol dengan Dirga dan James disana.

"Sama-sama Tante.."

"Riel boleh minta tolong ga?."

"Apa tante?."

"Ambilin celana Kris di mobil ya, ini kuncinya."

"Iya Tante.." Dariel mengambil kunci itu dan berjalan menuju parkiran. Di belakangnya Ara menyusul. Dia tiba-tiba menggandeng lengan Dariel.

"Kenapa sih Riel? kamu masih kesel ya soal kak Dirga?." Ara menebak sekarang.

"Engga, aku ga kesel." Dariel membuka pintu mobilnya dan mencari tas yang berisikan celana Kris.

"Celana Kris disimpen ditas mana sih?."

"Ini di depan.." Ara segera membuka pintu depan dan mengambil semua tas. Ketimbang bulak-balik dia mengambil semuanya. Dari kursi belakang sini mata tajam Dariel melihat Dirga sedang berjalan kesebuah warung. Dariel jadi aneh sendiri, kenapa sih dia selalu mengikuti Ara? kemanapun Ara pergi Dirga selalu ada.

"Udah aku bawa nih."

"Sini aku aja yang bawa." Dariel mengambil tas di tangan Ara dan mengunci mobilnya lagi. Disaat Dariel melihat lagi kearah Dirga rupanya dia juga melihat kearahnya.

"Ra.." Dariel menghentikan langkah Ara dan menariknya lagi untuk bersandar di badan mobil.

"Apa?."

"Kok jadi bete sih?."

"Kamu ga ngasih tahu aku."

"Aku cuman pingin kamu tetep hati-hati."

"Kamu ga percaya?."

"Bukan ga percaya sayang, aku percaya kamu biasa aja tapi kalau dia masih.."

"Udahlah, dia ga akan macem-macem. Daddy-kan tahu." Ara dengan cepat memotong pembicaraan Dariel.

"Kalau gitu cium aku."

"Hah?."

"Cium aku sekarang." Dariel bersikeras dengan permintaannya. Ara melihat ke kiri dan ke kanan takut-takut ada orang lain disana tapi matanya hanya bertemu dengan penjaga warung yang sibuk menonton dan...oh..ada Dirga disana sedang menyeruput kopi.

"Gara-gara kak Dirga kamu kaya gini? kamu pingin aku cium karena ada kak Dirga?."

"Kamu ga mau? lagi jaga perasaan dia?."

"Loh kok jadi berantem sih? maksud aku ga gitu. Sebenernya ada apa sih antara kamu sama kak Dirga?."

"Udahlah lupain." Dariel mendadak kesal sendiri dan berjalan pergi.

"Riel..." Ara memanggilnya namun Dariel tetap saja berjalan.

***To be continue