"Dirga..." Panggil Kenan.
"Iya om.."
"Ini..Jay, anak om yang kamu sebut gila, yang kamu sebut aneh dan kaya anak kecil. Anak om emang kaya gitu Ga, kalo Dirga pingin tahu anak om yang satu ini ga normal dari kecil dan itu gara-gara om. Dia itu polosnya minta ampun jadi kalo ada orang yang nipu dia..dia pasti percaya Ga, kalo sekarang kamu tanya sama dia gimana ciuman dia udah bisa jawab karena dia udah pernah lakuin itu tapi kalo kamu tanya cara bikin anak ke dia, dia ga akan tahu, jadi gimana Jay mau ngelepas keperjakaan kalo caranya aja dia ga tahu!!!" Kenan sedikit membentak diakhir kalimat. Suaranya cukup keras sampai membuat orang disana terkejut.
"Anak om kaya anak kecil?iya!!!tapi seengaknya dia ga pernah ngebohong dan ngehina orang lain kaya kamu!!" Kenan sambil menunjuk ke arah Dirga.
"Biar lu tahu dim, La, anak lu gimana. Anggaplah gw ingetin dan gw ga papa kalo gara-gara gw bentak Dirga kalian jauhin gw dan Sica sekarang, gw ga peduli." Kenan mencoba dengan nada lembut. Kini Kenan mendekati Jay lagi menepuk bahunya keras.
"Nih anak gw yang gila ini rela babak belur begini, ditonjokkin sama anak lu gara-gara belain kakak sama istri gw. Lu tahu apa yang anak lu omongin?hah?!!tahu ga?!!coba kamu bilang sendiri Ga, bilang!!!!" Teriak Kenan lagi namun Dirga masih diam.
"Ken...Ken..tenang.." Alex mulai mendekati Kenan.
"Tenang?lu harus denger ya Dirga omongin Lex. Anak gw aja sampe marah, gimana gw?" Kenan menatap Alex sebentar lalu matanya yang tajam memandang mata Dirga yang masih tertunduk.
"Dia bilang, dia bisa tidurin anak gw, cobain istri gw!!!." Kenan membuat orang tua Dirga dan orang yang ada disana terkejut. Apa itu bener?.
"Ga kamu ngomong gitu?!" Dimas marah kali ini pada anaknya namun Dirga tak menjawab karena takut.
"Kurang aja kamu!!." Dimas menampar pipi Dirga.
"Gw ga akan marah sama lu Dim atau lu La, gw cuman pingin kalian benerin Dirga aja mungkin dia butuh perhatian, gw yakin kok kalian ga pernah ngajarin kaya gitu dan hari ini gw ga nyesel liat anak gw berantem, gw bangga sama dia meskipun dengan kekurangan dia, dia tetep ngehargain keluarga dia. Jay mungkin ga mau minta maaf tapi biar gw yang minta maaf kalo sifat anak gw ngeganggu Dirga." Kenan lagi-lagi merangkul bahu keras Jay.
"Ayo kita pulang.." Kenan mengajak keluarganya yang sedaritadi melihat kemarahannya untuk beranjak dari tempat itu. Mereka berjalan menuju parkiran sementara anak-anak Kenan tampak memasang wajah tegangnya. Mereka belum pernah melihat Kenan semarah itu. Dariel pun terkejut jika Kenan bisa semarah itu.
"Mas..biar Dariel aja yang nyetir, mau ya Riel? Tante minta kamu yang nyetir aja mobilnya om.."
"Oh iya Tante boleh.."
"Ga papa Mas aja.."
"Udah deh.." Jesica mengambil kunci ditangan Kenan dan memberikannya pada Dariel.
"Kakak ikut mobil Daddy, Kay sama Jay berdua ya."
"Iya mom.." Kay segera naik mobilnya yang lain. Sepanjang perjalanan Kenan hanya diam memandang keluar jendela. Tangan satunya dia gunakan untuk menompang dagunya sendiri sementara Jesica sibuk menggendong Kris yang sudah tidur.
"Mas.." Panggil Jesica.
"Hm.." Kenan langsung melihat ke arah istrinya dan dengan kilat Jesica mengecup bibir Kenan sebentar seolah tak peduli ada Dariel dan Ara disana. Mungkin cara sederhana itu yang bisa merubah suasana hati Kenan.
"Udah dong pasang wajah marahnya, anak-anak jadi takut nanti." Jesica membuat Kenan sedikit tersenyum lalu dia menggenggam tangan istrinya.
"Maafin Mas sayang, Mas bikin kamu malu didepan temen-temen kamu."
"Engga Mas, Mas pantes kok ngomong gitu."
"Mas takut kamu dimusuhin temen-temen kamu."
"Temen-temen aku ga gitu kok Mas.."
"Maafin Mas sayang..."
"Mas ga usah minta maaf, Mas kaya gitu karena belain kitakan?kenapa aku harus marah?Mas keren tadi..."
"Iya Daddy keren, kalo lagi gitu gantengnya nambah 1000%." Ara mendukung perkataan ibunya dengan memuji Kenan.
"Tuh kata kakak Mas tambah ganteng.."
"Bohong, dimata kakak kan yang ganteng Dariel bukan Daddy.." Canda Kenan.
"Ya..sebelas dua belaslah Dad cuman beda di keriput sama uban doang." Ara membuat Kenan tertawa kecil.
"Pegel sayang?biar Mas aja yang gendong Kris."
"Engga, ga papa."
"Dirga jahat, ga boleh ada yang coba-coba istri Mas." Kenan berbisik kecil sambil memeluk istrinya dan mencium pipi Jesica.
"Dad..dad...ini ada aku loh sama Dariel.." Protes Ara saat melihat kaca spion dalam mobilnya. Dia tak mau Dariel melihat perbuatan tak senonoh kedua orang tuanya.
"Apa sih kakak, Daddy cuman peluk doang."
"Maaf ya Riel Daddy suka gitu kadang ga tahu tempat." Ara membuat orang dalam mobil tersenyum-senyum. Dariel hanya tersenyum kecil. Sebenarnya dalam hatinya masih ada sesuatu yang begitu mengganjal. Dia seperti menahan amarah yang tak keluar. Rasanya Dariel juga ingin marah mendengar ucapan Dirga tentang Ara. Selama ini sepertinya dia yang memang yang nakal dan yang sering mengejar atau bahkan menggoda Ara. Hari itu Ara menerima ciuman itu mungkin murni karena kesalahannya yang selalu sibuk. Pilihannya untuk kembali bersama Ara sudah tepat. Ara tak boleh jatuh kedalam pelukan Dirga yang brengsek seperti itu. Dirga tak boleh menyentuh Ara lagi.
****
Disaat orang tuanya sedang berbicara dengan Jay, Ara dan Dariel menjaga Kris di kamarnya. Adiknya sedang tertidur dengan pulas.
"Kamu kenapa sih?" Tanya Ara.
"Aku keselah Ra, mulut Dirga tuh ga bisa dijaga banget. Seenaknya aja ngomong kamu gampangan sampe ngelantur bilang soal tidurlah, gila lagi bawa nama ibu kamu segala. Parah banget." Dariel dengan wajah keselnya.
"Ya udahlah, Daddy udah ngasih pelajaran juga."
"Daddy kamu marahnya gitu ya?Tenang tapi serem."
"Makannya aku ga berani sama Daddy."
"Tapi dia ngehargain ibu kamu banget."
"Iyalah, inget ga waktu dirumah sakit? Daddy nangisnya udah gimana. Daddy kalo ada yang macem-macem sama mommy pasti langsung natap tajam orangnya kadang suka lebay protektif banget."
"Aku juga pingin kaya Daddy kamu, kalo ada yang macem-macem sama kamu kaya Dirga aku berani ngadepin dia ga peduli siapapun.."
"Kamu tahu ga apa yang aku bilang sama Daddy waktu mommy nanya kenapa aku suka kamu? Aku bilang kalau kamu tuh mirip Daddy dan aku pingin punya suami kaya gitu makannya aku mau sama kamu."
"Selain sama Pak Stefan cuman sama keluarga kamu aku ngerasa aku punya keluarga. Kamu tuh beruntung punya Jay, punya Kay. Meskipun kelakuan mereka gitu, mereka sayang sama kamu, sayang sama keluarganya." Dariel sambil menundukkan kepalanya dan Dariel akui sesekali dia ada perasaan iri dengan keluarga Ara. Dulu jika ada yang menghinanya, mungkin tak akan ada yang membelanya bahkan walaupun hanya seorang. Dariel kembali menatap Kris.
"Kamu punya aku, yang sayang sama kamu, kamu ga sendiri Riel.." Ara segera meraih tangan Dariel.
"Tapi karena kamu pacar aku rasanya beda aja, coba kalo itu adik aku atau orang tua aku..." Dariel membuat Ara sedih karena ceritanya sekarang.
"Lagi apa nih berduaan di kamar Daddy?" Kenan datang bersama Jesica.
"Eh om.." Dariel segera berdiri begitupun Ara.
"Kita nungguin Krislah Dad, apalagi?."
"Ya udah kalian istirahat, makasih ya.."
"Iya Tante..." Dariel segera berjalan keluar disusul oleh Ara.
"Kamu istirahat, bye.." Dariel mengecup kening Ara lalu membiarkan masuk kamar.
****To be continue