Bibi mengantarkan teman-teman Ara termasuk Dariel keruangan dimana Ara sudah menunggu mereka. Disana ada Jesica dan Kenan yang juga sedang mengasuh anak bungsu mereka Kris. Mata mereka dibuat takjub hanya dengan meligat halaman depan rumah Ara. Sampai tuang tamu mereka langsung disambut dengan kaligrafi berlafaz Allah dan juga beberapa lukisan yang pasti tak murah harganya. Semakin masuk kedalam, foto keluarga terpampang disana, bukan hanya satu tapi banyak mulai dari keluarga Kenan sampai Keluarga besar Seazon. Mereka juga melihat foto terbaru adik kecil Ara tampak begitu menggemaskan.
"Akhirnya ...." Ara menyambut teman-temannya.
"Siang om, Tante.." Sapa Dariel yang langsung menyalami orang tua kekasihnya itu.
"Siang Riel, bawa rombongan nih.." Canda Kenan saya melihat semua teman-temannya.
"Kita bawa oleh-oleh jalanan." Chandra memberikan sebuah bingkisan pada Ara.
"Apaan sih repot-repot segala." Ara menerimanya dan memberikannya pada sang bibi yang langsung membawanya ke dapur.
"Daddy kenalin, ini temen-temen aku sama Dariel di kantor."
"Kantor? pantes ada yang familiar daritadi."
"saya ya om.." Chandra dengan pede.
"Kalo kamu udah sering mundar-mandir.." Jawaban Kenan membuat teman-temannya tertawa kecil.
"Udah deh aku kenalin aja.." Ara gemas.
"Bentar, Daddy kenal nih sama yang ini. Farah ya?."
"Iya om.." Farah dengan senyumannya. Rupanya Farah memang cukup terkenal dikalangan atasan. Kini mereka bersalaman satu per satu sambil memperkenalkan dirinya.
"Kris juga mau kenalan ya..sama temen-temen kakak?." Pertanyaan Ara hanya disambut gerakan-gerakan kecil saja.
"Sering-sering aja main kesini jadi rame..."
"Uh...Daddynya seneng.." Sindir Jesica.
"Seneng karena kakak ada yang nemenin sayang, daripada nongkrong-nongkrong di luar sama temen-temen ga jelasnya."
"Apa sih Daddy, orang aku udah ga nongkrong." Ara melirik Dariel sejenak. Dia tak mau Dariel salah paham denamgan kata nongkrong.
"Ayo duduk-duduk..." Jesica mempersilahkan teman-teman Ara untuk duduk.
"Nanti aku ke Korea bareng mereka.."
"Dariel ikut ga?."
"Engga Tante.."
"Kenapa?."
"Biasalah soal kerjaan mom.." Ara menjawab kali ini. Dia seakan mengingatkan Jesica tentang kebiasaan gila kerja Dariel.
"Cowoknya siapa yang ikut?."
"Ada Gio sama Sandi kok dad.."
"Ya udah Daddy sama mommy ke atas dulu liat pasien."
"Pasien?."
"Pasien patah hati." Canda Kenan sambil menggendong Kris. Dia masih ingat bahwa duo kembar sedang sama-sama mengalami putus cinta yang membuat mereka sedih.
"Kak..jangan lupa ajak temen-temennya makan, mommy udah masak tuh.."
"Iya mommy..."
"Ya udah Tante tinggal dulu ya.."
"Iya Tante.." Jawab mereka kompak sambil melihat kedua orang tua Ara naik keatas.
"Adik lu lucu banget..." Puji Sonya yang sedaritadi sudah gemas dengan Kris.
"Iyalah, kakaknya aja begini.."
"Kini main Uno yuk, apa monopoly? gw punya atau mau main biliard? ada diatas..."
"Wah seru tuh main billiard.."
"Emang lu bisa Gi?."
"Bisalah Mi..." Gio percaya diri.
"Ya udah kita main diruang billiard aja, ada tempat duduknya kok. Jadi cowok-cowok bisa main billiard, cewek-cewek bisa ngeghibah.."
"Setuju." Sonya tanpa pikir panjang. Kini Ara memanggil bibinya agar membawakan makanan yang ada disana menuju ruang billiardnya. Ara tanpa ragu menggandeng Dariel berjalan menuju sebuah lorong melengkung yang langsung memperlihatkan ruang bermainnya. Disana terlihat sebuah sofa berwarna coklat tua dengan rak yang menyimpan semua perlengkapan billiard. Belum lagi ada meja dan kursi kayu disebalah kiri dekat pintu masuk tadi. Dari kejauhan sudah terlihat meja billiard yang begitu khas.
"Enak banget rumah lu Ra, segala ada.."
"Supaya ga bosen aja dirumah.."
"Siapa yang suka main disini?."
"Temen-temen Daddy kalo engga adik gw Kay.."
"Ya udah ayo main.." Sandi sudah tak sabar.
"Bentar-bentar...sebelum main gw sama Ara mau ngomong sesuatu."
"Ngomong apaan?." Chandra penasaran diikuti yang lainnya. Tangan Dariel kini merangkul bahu Ara dan dibalas dengan pelukan dipinggang Dariel.
"Gw...sama Ara..mau tunangan jadi...gw pingin kalian datang."
"Hah?!!." Farah dan yang lainnya terkejut.
"Ka..kalian seurius?." Sonya sampai terbata-bata tak percaya dengan apa yang mereka dengar.
"Seurius nya.."
"Kapan?."
"Waktunya nanti gw kasih tahu lagi.."
"Gila ya berasa cepet, tahu kalian pacaran aja baru-baru kemarin sekarang udah tahu mau tunangan aja.." Farah memberi komentar.
"Lu juga tahu-tahu mau nikah...aja.." Dariel membalas komentar Farah tanpa perasaan apapun lagi.
"Pantes ya kalian udah berani dikantor.."
"Bukan karena ini Chan, cuman...kan semua keluarga sekarang udah tahu gw sama Ara pacaran, temen-temen dekat gw juga udah tahu jadi lebih enak jalannya.."
"Iya bapak Dariel." Ledek Chandra.
"Ciw...ciw pantes senyum-senyum mulu pulang dari Bandung. Ini alasannya." Ucap Gio.
"Ya udah sekarang ayo main.." Dariel menyudahi pengumumannya. Para Pria sekarang mengambil perlengkapannya sementara para wanita mulai duduk disofa. Ara dan Dariel masih betah dalam pelukan masing-masing.
"Kamu seneng?." Tanya Dariel membuat Ara mengangguk dengan senyuman. Matanya tampak berbinar setelah pengumuman itu.
"Besok aku kerumah bapak, buat nentuin tanggalnya."
"Kayanya Minggu depan aku ke Bali.."
"Ngapain?."
"Mau liat rumah."
"Oh..rumah warisan alm. opa kamu itu?."
"Iya, kamu mau ikut?."
"Engga, lain kali aja. Banyak banget acaranya."
"Ya makannya cepet dong lamarannya."
"Ish...sabar dong. Kamu kebiasaan nih.."
"Ya udah sana main."
"Kamu jangan gosipin aku ya.."
"Gosipin apaan sih? engga."
"Kak Dariel...." Teriak Jay yang baru sampai diruang bermain mereka. Refleks teman-temannya juga memandang ke arah Jay. Anak itu kini berlari kecil menghampiri Dariel dan Ara.
"Jay.."
"Beneran kakak disini, aku kira Daddy bohong."
"Gimana kabar kamu, baik?."
"Baik.."
"Mau ngapain? bikin ricuh?."
"Aku ga ngomong sama kakak."
"Judes banget.."
"Kapan kita lari lagi.."
"Iya nanti, Minggu depan ya. Minggu ini kakak ada urusan."
"Aku pingin ikutan main sepeda lagi.."
"Iya nanti kakak ajak..."
"Sama Jay aja kamu bisa, coba aku yang minta.."
"Kalo ke Korea waktunya kan lama kalo sekedar lari pagi atau sepedahan kan ga berhari-hari Ra.."
"Riel kamu udah..Jan.."
"Iya aku udah janji, aku siapin waktu buat kamu." Dariel segera memotong ucapan Ara. Dia tahu kemana kalimat itu akan berakhir.
"Kak aku nanam tomat sekarang sama kentang."
"Wah bisa emang?."
"Daddy cariin aku tanah yang subur terus dibawa kerumah."
"Iya nih gara-gara hobi baru dia, rumah udah kaya pertanian. Besok-besok ada sawah lagi dirumah."
"Aku kan pingin kaya kak Dariel."
"Semuanya aja kaya kak Dariel."
"Ayo kakak liat.." Ajak Jay.
"Iya-iya. Aku liat dulu bentar ya.." Dariel ijin pada Ara. Ara hanya mengangguk.
"Kasian...lagi patah hati.." Bisik Dariel lagi sebelum pergi.
"Guys kalian main duluan aja, gw mau ke nemenin Jay.."
"Oke.." Sandi mengacungkan jempolnya. Kini Dariel berjalan menuju kebun Jay yang sedaritadi diceritakan dengan cukup antusias oleh Jay. Sesekali Dariel mengusap rambut Jay seperti dia adalah adiknya sendiri.
"Udah jangan sedih-sedih.." Ucap Dariel.
***To be continue