Chereads / Please, Love Me.. / Chapter 70 - Surat Izin Menikah

Chapter 70 - Surat Izin Menikah

Setelah pulang dari Bandung tanpa pikir panjang lagi Dariel langsung menemui Pak Stefan dirumahnya padahal dia belum sama sekali pulang kerumahnya sendiri setelah menyetir cukup lama. Dia tak sabar ingin menceritakan semuanya.

"Eh Riel, ga kerja kamu?."

"Acaranya baru selesai pak jadi ya udah senin cuti aja.."

"Ayo masuk.."

"Serena mana?."

"Lagi diajakin tantenya main.."

"Ibu ada pak?"

"Ada, kenapa Riel nanyain ibu?."

"Boleh panggilin ibu ga pak?Dariel mau ngomong sama bapak sama ibu."

"Kita ngomongnya di ruang tengah aja ya disini berantakan.."

"Iya pak.." Dariel lalu berjalan kedalam dan duduk menunggu ibu dan bapaknya datang.

"Bu.." Dariel menyalami ibunya.

"Kenapa nih? tumben-tumbenan harus ngobrol bareng."

"Pak..Bu, Dariel....Dariel mau nikah."

"Apa?!!Nikah?."

"Iya pak, Dariel mau nikah sama Ara."

"Kamu yakin? ngobrol apa aja sama Ryan? kok jadi mendadak gini Riel?."

"Ga ngomong yang aneh-aneh kok pak, cuman intinya dia bilang kalo aku seurius sama Ara ya udah cepet gabung sama keluarga Seazon artinya dia pingin aku nikah sama Arakan pak?"

"Riel..kalo emang belum siap, ga usah dipaksain, bilang aja meskipun belum nikah bukan berarti ga seurius."

"Bu..aku udah siap kok, aku sebenernya udah pingin ngelamar Ara, aku ga mau pacar-pacaran lagi Bu, cuman kemarin-kemarin emang ada sedikit masalah jadi kepending."

"Nikah itu ga gampang loh Riel, udah siap yakin? ini Ara loh yang kamu nikahin."

"Iya aku tahu pak, insyallah aku siap mau itu Ara atau siapapun. Pak, aku tahu yang bapak ibu khawatirin. Aku sanggup kok pak nikahin Ara, tabungan aku kayanya cukup. Aku udah nabung dari jaman kapan buat moment ini, aku juga sanggup nafkahin dia." Perkataan Dariel membuat pak Stefan dan istrinya diam sejenak untuk berpikir. Mereka sesekali saling memandang.

"Siapa sih orang tua yang ga seneng anaknya nikah?. Kalo keputusan kamu udah begitu dan yakin, siap juga sama segala resikonya bapak dukung aja..."

"Kalo ibu gimana?"

"Ibu ngijinin tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Persiapannya disini ya Riel, ibu pingin nyiapin siramannya, pengajiannya atau apapun yang masuk ditradisi kamu."

"Bener Bu?." Dariel terlihat senang sekali saat ini. Ibunya semakin menambah kebahagiannya, meskipun ada perbedaan agama antara dirinya dengan keluarga Pak Stefan tapi nyatanya itu tak menghalangi mereka untuk menjadi keluarga.

"Iya beneran, tetangga sinikan tau juga kamu anak ibu, Ya apa salahnya bikin perayaan kalo anak mau nikah."

"Aku bikin repot, nanti ibu cape kalo ada acara gitu."

"Riel..pokoknya kamu anak ibu sama bapak, masa kamu nikah kita diem aja."

"Bapak sama ibu maukan lamarin Ara buat aku?."

"Iya kita mau, nanti kita siap-siap. Kapan rencananya?"

"Belum tahu, aku ikutin menurut bapak sama ibu aja baiknya kapan."

"Tapi udah bilang sama keluarga Ara kita mau datang?"

"Ara mau cobain ngomong nanti katanya pak."

"Ya udah kita tunggu kabar dari dia, sekarang kamu Istrirahat baru pulanngkan?isi aja kamar atas.."

"Iya pak, makasih. Eh itu aku sampe lupa, aku bawa oleh-oleh dari Bandung."

"Biasanya suka enak-enak nih."

"Bentar, Dariel ambilin dulu." Dariel lalu pergi ke ruang depan dan membawakan oleh-oleh yang sebelumnya dia beli setelah itu dia tidur dikamar yang memang dulunya sempat dia tempati. Dilain tempat Ara merasa bingung untuk mengatakan niatnya dan Dariel untuk menikah pada kedua orang tuanya. Dia belum bisa membayangkan bagaimana respon ayahnya nanti mengingat Ara masih muda untuk menikah. Ara kini mundar-mandir dikamarnya sendiri mencoba memikirkan penjelasan terbaik yang akan dia sampaikan pada Kenan dan Jesica. Setelah cukup yakin dia keluar dari kamarnya. Dia melihat orang tuanya sedang mengobrol dengan Jay.

"Dad..." Ara duduk disamping Jay.

"Kakak juga ga bisa tidur lagi?." Kenan heran anak-anaknya belum tidur padahal seharian tadi mereka sudah cukup lelah diperjalanan.

"Kakak mau ngomong, Jay masuk kamar sana."

"Ih aku baru juga nonton.."

"Di kamar kamu ada tvkan?pake aja tv sendiri."

"Ga mau aku pingin disini."

"Kakak mau ngomong apa sih sampe nyuruh Jay ke kamar?"

"Pokoknya ini penting Dad makannya harus diomongin sama Daddy sama mommy juga."

"Jay..masuk kamar dulu sana."

"Dad..aku kan bosen dikamar.."

"Main laptop aja sana atau apa kek kasian kakak kayanya penting nih."

"Kenapa sih aku ga boleh tahu kak?aku juga ga akan kepo denger-denger."

"Iya sih ga ngaruh juga, kamu mana ngerti soal beginian."

"Soal apa emang?"

"Katanya ga kepo tapi sekarang nanya."

"Eh ini malah ribut, udah-udah Jay masuk sayang."

"Iya mom."

"Sama mommy aja langsung nurut." Gerutu Kenan.

"Jadi kakak mau ngomong apa?"

"Daddy..mommy..kakak mau nikah."

"Hah?!!." Kenan dan Jesica secara bersamaan membuat Kris yang sudah tertidur terkejut dan menangis karena suara mereka.

"Aku..tidurin Kris di kamar dulu deh Mas.." Jesica segera pergi ke kamarnya.

"Coba kak, tadi ga salah denger Daddy, kakak mau nikah?"

"Engga Dad, waktu di Bandung Dariel ngelamar aku."

"Kak kenapa mendadak sih?ada apa?"

"Dad ini ga seperti yang Daddy pikirin, kita baik-baik aja, ga ada insiden apapun. Ini bener-bener karena keinginan kita."

"Yakin?jangan bohong sama Daddy ya. Kamu ngapain aja sama Dariel?"

"Dad..aku berani sumpah ini bukan karena aku hamil. Aku sama Dariel ga ngapain-ngapain. Ini karena Dariel ngejawab pilihan opa buat restuin hubungan kita."

"Maksudnya gimana sih kak?Daddy ga ngerti."

"Iya waktu itu opa bilang sama Dariel kalo main-main ya udah masing-masing aja tapi kalo emang seurius kenapa ga cepet gabung aja sama keluarga Seazon.."

"Duh..ayah ada-ada aja.." Kenan menggerutu sendiri mendengar kelakuan ayahnya.

"Jadi gimana Dad?Dariel sama keluarga Pak Stefan mau kesini."

"Hah?!!kok ga bilang Daddy dulu?"

"Ini aku bilang.."

"Kak, kalian kan pacaran baru bahkan kemarin-kemarin ada masalah kaya gitu. Yakin mau nikah?"

"Yakin dad, aku seurius kok sama Dariel."

"Kakak harus pikirin baik-baik Kak ga bisa karena lagi sayang-sayangnya diajak nikah mau aja."

"Dad..kalo aku main-main aku ga mungkin balikan sama Dariel."

"Suruh Dariel ngomong sama Daddy dulu deh besok ya Daddy tunggu."

"Dad..aku udah siap kok."

"Sayang...Daddy yang khawatir."

"Dad akukan udah gede."

"Yakin udah gede?segitu apa-apa masih Daddy, masih mommy. Ini mau ngurus anak orang, jadi istri emang semudah itu kak?belum kalo punya anak."

"Aku kan suka ngurus Kris."

"Sayang, ngurus anak itu bukan sekedar suka. Udah ya Daddy pingin ngobrol sama Dariel dulu. Kakak istirahat aja jangan lupa kasih tahu Dariel. Good night." Kenan beranjak dan mencium kening anaknya sebelum pergi ke kamarnya.

****To be continue