"Selain itu, Tuan juga berkata bahwa ini sudah larut malam. Tidak aman berada di luar dengan keadaan seperti ini, apalagi untuk wanita."
Tang Li mendengarkan Ji Ming dengan saksama dan wajah mungilnya yang basah karena hujan menjadi tertegun. 'Tuan' yang dimaksud pemuda itu merujuk kepada Song Baiyan. Tang Li tidak menyangka bahwa ia akan kembali bertemu dengan Ji Ming di tempat ini. Tang Li tidak menjawab, namun hanya bertanya, "Apakah Tuan Song juga berada di sekitar sini?"
Setelah mendengar kata-kata tersebut, Ji Ming menolehkan kepalanya untuk melihat ke suatu tempat. Tang Li pun mengikuti arah pandangannya dan menemukan sebuah klub kelas atas di seberang jalan. Dalam keadaan yang remang-remang itu, ia menatap ke arah lantai dua dan melihat Song Baiyan berada di sana.
Seorang pria yang memakai kemeja putih duduk di sebuah meja kayu persegi yang kuno. Terdapat teh yang mengepul di depannya, seolah uap teh itu memberi kenyamanan di kala hujan. Sepertinya ada seseorang di seberang Song Baiyan, namun kaca jendela menghalangi pandangan Tang Li.
Tak lama kemudian, Tang Li melihat bahwa Song Baiyan tampak waspada dan tiba-tiba mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tang Li hanya melihat dari seberang jalan sehingga tidak bisa melihat dengan jelas seperti apa ekspresi Song Baiyan. Ketika pria itu melihat Tang Li, ia juga tidak merasa terkejut melihat gadis itu.
Di sebelah Tang Li, Ji Ming berkata lagi, "Karena payung sudah diberikan, saya akan membantu Nona ke mobil."
"Apa ini payung Tuan Song?" tanya Tang Li sambil menatap Ji Ming. Namun, pemuda itu hanya terdiam dan tak menjawab. "Jika saya mengambil payungnya, lalu bagaimana dengan Tuan Song?" tanya Tang Li lagi.
"Payung ini adalah payung dari klub, jadi Nona tidak perlu khawatir. Ketika pergi nanti, Tuan akan langsung menuju parkiran bawah tanah," terang Ji Ming.
Setelah keadaan hening selama tiga detik, Tang Li kembali bertanya, "Apakah Tuan Song yang menyuruhmu memberikan payung ini?"
Menurut Ji Ming, sepertinya wanita ini membutuhkan beberapa alasan. Ia belum memberikan jawaban, tapi Tang Li sudah bertanya lagi, "Kenapa Tuan Song memberikanku payung ini?"
Ji Ming sempat terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya menjawab, "Nona Li bisa melihat ini seperti kepedulian seorang teman yang lebih tua kepada temannya yang lebih muda."
Tang Li tidak menjawab perkataan pemuda itu, tapi ia tampak setuju dengan apa yang pemuda itu katakan. Ketika Ji Ming mengeluarkan ponselnya dan hendak memanggilkan taksi, gadis itu berkata dengan lembut, "Sebagai seseorang yang lebih muda, bukankah saya seharusnya mengatakan terima kasih kepada Tuan Song sebelum kembali karena beliau telah memberikan payung ini?"
Ji Ming hanya terdiam sambil menatap gadis itu. Ia ingin mengatakan bahwa hal itu tidak perlu. Namun, tenggorokannya tercekat ketika ia melihat dahi dan wajah bengkak gadis itu. Nyonya besar keluarga Li menampar Tang Li dan ia melihatnya.
Ji Ming turut memperhatikan lengan memar Tang Li. Ia tidak mengetahui kondisi keluarga Li. Namun, hatinya melunak ketika gadis yang memiliki luka memar itu di tengah malam yang sedingin ini. "Tuan sedang bertemu dengan seseorang yang penting. Takutnya tidak ada waktu untuk menemui Nona," kata Ji Ming.
Tang Li menatap Ji Ming dengan tegas, lalu berkata, "Saya akan menunggunya."
Lima menit kemudian, Tang Li mengikuti Ji Ming naik lift ke klub. Setelah tiba di ruangan privat, Tang Li berdiri di koridor sementara Ji Ming masuk terlebih dahulu. Setelah menunggu 20 menit, pintu ruangan itu kemudian terbuka dan Ji Ming kembali muncul di depannya. Tang Li pun masuk ke dalam ruangan, lalu menutup pintu dengan lembut.
Tang Li berjalan melewati lukisan bunga dan burung di ruang privat yang begitu tenang. Ia melihat pria itu sedang duduk di dekat jendela dengan lengan baju yang dilipat beberapa kali. Tangan kanannya memegang teko, lalu menuangkan teh ke cangkir.