Tang Xinyan memiringkan kepalanya. Ia menahan air matanya yang akan jatuh. Ia menatap Fu Sichen dengan dingin. "Bagaimana jika aku tidak mau?"
Begitu Tang Xinya selesai berbicara, pergelangan tangannya digenggam Fu Sichen dengan lebih kuat.
Tang Xinyan mengerutkan alisnya, dan wajahnya menjadi lebih pucat.
Tapi, ia tidak meminta ampun dan tidak menundukkan kepala selayaknya orang yang merasa bersalah.
Pandangannya perlahan-lahan kabur, dan tiba-tiba perutnya terasa sakit.
Pria yang dulu berjanji akan mencintainya dan bersedia melindunginya seumur hidup kini benar-benar menghilang begitu saja.
Begitu datang ke apartemen, alih-alih menanyakan keadaan Tang Xinyan, Fu Sichen justru langsung menyuruhnya meminta maaf pada keluarganya. Fu Sichen bahkan tidak memperhatikan dahi Tang Xinyan yang merah dan suhu tubuhnya yang panas.
Um…
Apakah semua pria memang berdarah dingin?
Tang Xinyan menggigit bibirnya dengan kuat dan menekan emosinya.
Ia tidak ingin memperlihatkan kelemahannya di depan orang-orang ini.
Fu Sichen tahu kekuatan yang dikeluarkannya. Jika ia mencengkeram tangan wanita lain sekuat ini, wanita itu pasti sudah menangis dan meminta ampun, tapi Tang Xinyan tidak.
Mata cantik Tang Xinyan menunjukkan kesombongan dan sikap yang dingin.
Sikapnya seolah mengatakan bahwa bahkan jika Fu Sichen mencengkeramnya sampai mati lemas, dia tetap tidak akan meminta maaf.
Tang Xinyan memang selalu sangat keras kepala seperti ini, sampai membuat orang lain menggila.
Setelah saling bertatapan sekitar lima menit, akhirnya Fu Sichen mengalah lebih dulu. Ia melonggarkan cengkeramannya pada pergelangan tangan Tang Xinyan dan berkata dengan nada dingin, "Tang Xinyan, bukankah kau mau bercerai? Saat Ayah kembali dari Negara M, mengakulah bahwa dirimu berselingkuh. Selama Ayah setuju, aku akan bercerai denganmu!"
Padahal, Fu Sichen yang selingkuh lebih dulu dan menjebak Tang Xinyan agar tidur dengan pria lain. Bisa-bisanya dia meminta Tang Xinyan mengaku berselingkuh lebih dulu.
Hari ini, Tang Xinyan telah melihat dengan jelas bahwa Fu Sichen berdarah dingin.
Mata Tang Xinyan memerah, dan ia menggigit bibirnya. "Fu Sichen, kau sungguh menjijikkan!"
Melihat kebencian di mata Tang Xinyan, tubuh Fu Sichen bergetar sesaat.
Sebenarnya, dia tidak ingin bercerai dengan Tang Xinyan. Bahkan meskipun mereka saling membenci, dia tetap tidak ingin melepaskannya. Dia sangat mengenal sifat Tang Xinyan. Tang Xinyan memiliki harga diri yang tinggi, jadi dia tidak akan mungkin mengakui di depan ayahnya bahwa dirinya berselingkuh lebih dulu.
He Meijuan dapat merasakan bahwa Fu Sichen tidak ingin bercerai. Ia menghampiri Fu Sichen dan berkata, "Nak, kenapa harus menunda penceraian kalian? Kalau kalian bercerai, kau bisa mendapat bagian sahamnya. Saat itu, anak jadah ayahmu itu tidak dapat merebut warisanmu."
Alis Fu Sichen berkerut. Ia berkata dengan nada dingin, "Bu, kalian kembalilah dulu."
"Nak..."
"Keluar!"
He Meijuan melototi Tang Xinyan dan menarik lengan Fu Sijing, namun akhirnya mereka pergi.
Saat ini, hanya tersisa Tang Xinyan dan Fu Sichen di kamar tidur. Fu Sichen mencekik leher Tang Xinyan dan berkata, "Tahukah kau, mengapa aku tidak pernah menyentuhmu? Di malam pernikahan kita, aku terlalu banyak minum dan mabuk. Tapi ternyata kau tidur dengan anak jadah itu, Fu Yao! Padahal kau tahu jelas bahwa Fu Yao ingin merebut warisan dan kau, wanitaku. Mengapa kau tidur dengannya?"
Ketika melihat wajah Fu Sichen yang tampan tapi ganas ini, hati Tang Xinyan terasa seperti tertusuk pisau. Dia dan Fu Yao bahkan tidak mengobrol sama sekali, jadi bagaimana mungkin dia tidur dengan Fu Yao?
Tang Xinyan memejamkan matanya. Ia sangat lelah. "Di malam pernikahan kita, aku menunggumu di hotel sepanjang malam."
"Cukup, Tang Xinyan. Kau tidak perlu menutupi sifat aslimu. Kesalahan terbesar dalam hidupku adalah mencintaimu, wanita yang suka menggoda pria lain!"