Di bawah langit malam yang gelap, sesosok gadis mungil tampak keluar dari hotel sambil membawa segepok uang di pelukannya dan berjalan menuju ke rumah sakit. Uang-uang tersebut merupakan uang yang akan menyelamatkan jiwa neneknya. Ya, uang tersebut adalah hasil menukarkan kebebasan hidupnya dengan pernikahan yang akan membuatnya menyandang status janda beranak satu seumur hidupnya. Entah apakah pengorbanannya akan sebanding atau tidak, dia enggan untuk memikirkannya.
Deretan mobil melaju melewati dirinya. Terlihat di dalam sebuah mobil Rolls Royce berwarna hitam, duduk dengan angkuhnya seorang pria yang sedang mendengarkan Guru Shuo berbicara di panggilan video.
"Jin, aku sudah menyelidiki gadis itu barusan. Tong Lu adalah gadis yang berhati murni, baik dan penuh perhatian. Aku hanya memiliki seorang anak perempuan semata wayang. Setelah aku mati nantinya, biarkan Tong Lu yang merawat Shanshan agar aku dapat pergi dengan tenang. Jadi, kamu cepatlah tanda tangani surat perjanjian itu. Aku akan segera menyetujui proses operasi setelah kamu menandatanganinya," ucap suara dari seberang telepon.
Hati yang murni? Jika seorang wanita bersedia menikahi seorang pasien kanker stadium akhir, maka dapat dipastikan jika wanita itu sakit jiwa atau mengincar uang. Bagaimanapun juga, Yejin tidak menyukai kedua kemungkinan tersebut, namun dia tidak memiliki pilihan lain. Sepasang matanya yang gelap menatap lurus kepada surat perjanjian yang berada di tangannya.
"Buat apa terburu-buru, aku kan sudah berjanji padamu. Memangnya aku masih dapat mundur?" ucap pria muda itu dengan ketus. Dia segera meraih pena dan menandatangani namanya di sebelah tanda tangan Tong Lu. 'Leng Yejin', sebuah tanda tangan dengan tarikan yang tegas dan berkarakter.
Melihat hal itu, Guru Shuo mengembuskan sebuah napas lega. "Jin, jangan menyalahkanku karena memaksamu menikah agar aku mau menjalani operasi. Kamu sekarang memang sedang gusar dan banyak masalah, namun akan segera datang hari yang bahagia itu. Aku dan Shanshan tidak ingin menjadi beban bagimu. Kamu pergi saja. Tidak perlu datang ke rumah sakit untuk menunggu proses operasiku. Apa pun hasil operasi nantinya, anggap saja kamu tidak pernah memiliki kakak kembar sebelumnya. Kembalilah ke duniamu dan perjuangkan hidupmu. Aku hanya minta agar kamu ingat untuk menjemput gadis itu dan Shanshan untuk pulang ke rumah. Angkat Shanshan sebagai anak angkatmu secara resmi. Biarkan mereka menemanimu," tuturnya panjang lebar dari seberang telepon dengan wajah yang terlihat sedih.
"Hanya jika dia benar-benar menjaga Shanshan dengan baik," sahut Leng Yejin sedikit bergumam. Bersamaan dengan kata-katanya itu, mobil tersebut menghilang seperti ditelan bumi, seolah tidak pernah menginjakkan dirinya di atas tanah ini.
***
Musim semi telah pergi dan musim gugur telah tiba. Tidak terasa empat tahun telah berlalu. Tong Lu kini melamun menatap kaca lift Hotel Yu yang memantulkan pancaran dirinya. Empat tahun yang lalu, dia berada di hotel ini dan membuat keputusan besar untuk bersedia menikah dengan seorang pria yang menderita kanker stadium akhir. Dan hanya berselang beberapa hari setelahnya, dia resmi menyandang status janda muda.
Pada saat itu, Tong Lu bahkan tidak sempat untuk menunggu proses operasi suaminya itu. Dia terlalu sibuk mengkhawatirkan operasi neneknya. Sampai-sampai, ketika operasi Guru Shuo gagal, dia akhirnya kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan pria itu untuk yang kedua kalinya. Dia hanya mendapatkan sebuah guci kecil yang berisi abu suaminya itu yang diserahkan oleh pihak rumah sakit pada dirinya.
Ding!
Tiba-tiba terdengar suara lift telah tiba di lantai ketiga dari gedung itu. Tong Lu pun melangkah keluar dari lift tersebut. Dia datang kemari tidak untuk mengenang masa lalu, melainkan untuk mengikuti lelang amal besar-besaran yang diadakan pada hari ini. Sebenarnya dia tidak berharap apa pun atas acara hari ini. Dia datang kemari hanya karena takut kehilangan kesempatan begitu saja tanpa mencobanya terlebih dahulu.
Beberapa tahun lalu, Tong Lu kehilangan liontin batu giok miliknya. Dan selama beberapa tahun belakangan ini, dia berusaha untuk tidak melewatkan setiap kesempatan untuk mengikuti acara lelang. Dia ingin mencoba peruntungannya, kalau-kalau dia dapat menemukan batu gioknya itu kembali.
Batu giok itu merupakan satu-satunya peninggalan ibunya. Ketika menggenggam batu giok itu, Tong Lu dapat merasakan seolah-olah ibunya masih berada di sisinya untuk menghiburnya ketika dia sedang bersedih dan menyemangatinya ketika patah semangat. Batu giok itulah yang mampu membuatnya tetap merasakan kasih ibu yang tiada berkesudahan walaupun ibunya tidak lagi berada di sisinya. Jadi ketika batu giok itu hilang, dia bukanlah kehilangan suatu perhiasan semata, melainkan kehilangan kasih seorang ibu yang selama ini selalu menemaninya menjalani hidup ini.
Tidak disangka-sangka, pada acara lelang hari ini, Tong Lu mendapati batu gioknya itu di salah satu barang yang akan dilelang sesaat lagi.
"Dua ratus ribu Yuan!" seru Tong Lu tepat satu detik setelah pembawa acara menyatakan bahwa acara lelang untuk batu giok tersebut dimulai. Hal itu sontak membuat pembawa acara tersebut tertawa karenanya.
"Nona, tidak perlu terburu-buru. Harga terendah yang ditawarkan untuk batu giok ini adalah satu juta Yuan. Jadi Anda dapat menawar mulai dari sekarang," jelasnya pada Tong Lu sambil tersenyum.
Kondisi acara lelang yang tadinya tenang, menjadi ramai dengan tawa para peserta lelang yang ada di situ. "Nona, jangan berperilaku memalukan seperti itu, Oke?" ucap pria yang berpakaian sedikit berantakan yang duduk di sebelahnya.
Tong Lu merasa sedikit malu akan apa yang dia lakukan barusan. Namun apa boleh buat, dia terlalu bersemangat ketika menemukan batu giok peninggalan ibunya itu. Lagi pula, siapa yang menyangka jika harga terendah yang ditentukan begitu tinggi seperti itu.
Di dalam hatinya, Tong Lu mulai memperhitungkan segala harta yang dia miliki. Selama bertahun-tahun Guru Shuo menginvestasikan hartanya pada saham dan emas, lalu semua itu kini diwariskan padanya. Jika dihitung-hitung, ada sekitar 10 juta Yuan jumlahnya. Dia sudah bertekad pada dirinya sendiri, apa pun yang terjadi, dia harus membawa pulang batu giok itu bersamanya hari ini juga. Lagi pula, dia sangat yakin jika batu giok peninggalan ibunya tersebut tidak mungkin memiliki nilai hingga lebih dari 10 juta Yuan.