"Nona Tong, pukul 8 tepat di Hotel Yu. Jangan terlambat." Terdengar sebuah suara dari seberang telepon yang tegas, namun cukup sopan memperingatkan akan pertemuan yang akan terjadi beberapa menit lagi.
"Baik," jawab Tong Lu singkat.
Seorang gadis muda tampak sedang berbaring di atas tempat tidur berukuran besar di sebuah kamar Presidential Suite. Sepasang matanya tampak memandang ke arah langit-langit kamar, pikirannya pun melayang jauh meninggalkan raganya. Segala rasa pahit yang dirasakannya, seolah memenuhi seluruh relung hatinya.
Tidak banyak yang diketahuinya mengenai calon suaminya. Dia hanya tahu bahwa dirinya akan mendapatkan mas kawin sebesar lima juta Yuan dari pria itu. Neneknya sedang sakit parah dan membutuhkan biaya yang cukup besar untuk operasi saat ini, sehingga dia sangat membutuhkan uang itu.
Pintu tiba-tiba terbuka, langkah kaki yang terdengar berat melangkah masuk dan berhenti di muka pintu, seolah tidak berani untuk masuk lebih lagi tanpa memastikan terlebih dahulu. Tidak lama kemudian, sesosok pria yang tinggi dan besar melangkah masuk dan berdiri di pintu kamar.
Tong Lu tampak terkejut melihatnya. Dia belum pernah melihat sesosok pria yang sangat berwibawa dan terlihat sangat mendominasi seperti itu. Dari penampilan luarnya, seolah pria itu memiliki aura yang cukup kuat dan membuatnya terlihat cukup temperamental. Tidak dapat ditebak, apakah pria itu merupakan orang yang baik atau jahat. Auranya seolah mengatakan bahwa dia dapat menjadi penguasa neraka yang sangat kejam, namun di sisi lain, dia juga dapat menjadi dewa matahari yang penuh wibawa. Tipe pria yang terlihat berbahaya sekaligus berkuasa. Tatapan matanya begitu dingin dan penuh dengan keangkuhan, seakan-akan seluruh dunia harus tunduk di bawah kakinya dan wajib membungkuk untuk menyembah dirinya.
"Jadi dia mempelai wanitanya?" tanya sosok tinggi besar tersebut.
"Ya, Tuan Tuda. Tong Lu namanya. Tetapi, apa Anda yakin? Apa Anda tidak mau mempertimbangkannya sekali lagi?" sahut pria yang ada di sebelahnya.
"Memangnya aku punya waktu untuk mempertimbangkannya?" Sebuah sindiran yang menggelegar terdengar dari mulut pria bertubuh tinggi besar tersebut. "Sudah, lupakan! Kalian semua keluar dari sini!" ucapnya sambil melambaikan tangannya mengusir orang-orang tersebut.
Gadis ini sebenarnya telah membuat kebajikan apa di kehidupannya yang sebelumnya? Batin para pengawal setia pria itu, diam-diam mereka bergumam di dalam hati mereka masing-masing.
***
Keadaan seperti ini entah mengapa terasa tidak karuan. Menurut informasi yang didapatkan oleh Tong Lu, pria yang akan menikah dengannya itu adalah seorang pengajar di sebuah kampus ternama, yang mengidap penyakit kanker stadium akhir. Pria itu khawatir terhadap nasib anak perempuannya yang masih sangat kecil jika dia meninggal dunia nantinya, jadi dia berniat untuk mencari seorang wanita yang dapat dipercayakan untuk membesarkan anaknya kelak.
Namun, pria yang ada di hadapan Tong Lu saat ini terlihat begitu sehat dan bugar. Terlebih lagi sepasang matanya yang terlihat begitu dingin, angkuh dan kejam, serta sangat mendominasi dan membuatnya takut. Dia sama sekali tidak dapat melihat tanda-tanda bahwa pria itu sedang mengidap penyakit berat dan tinggal menunggu waktu saja.
"A… Apakah boleh lampunya dimatikan?" tanya Tong Lu takut-takut ketika pria itu menekan tubuhnya.
"Mengapa? Kamu berani menikah denganku, namun tidak berani melihat wajahku? Apa kamu mau mematikan lampu agar kamu dapat berfantasi dan membayangkan wajah orang lain?" sindir pria itu dengan ketus. Suaranya yang rendah dan dingin terdengar sangat mendominasi dan membuat orang bergidik ketika bercampur dengan kalimat sarkasme yang tajam.
"Ti… Tidak. A... Aku hanya.. Aku hanya merasa belum terbiasa," jawab Tong Lu cepat dengan terbata-bata. Dia mencengkram seprai tempat tidur kuat-kuat menahan takut. Janji yang dia ucapkan pada Shi Yang setahun yang lalu, tiba-tiba terngiang-ngiang dibenaknya.
'Shi Yang, tunggu aku. Aku pasti akan masuk ke Universitas Yale dan kembali ke dalam pelukanmu.' Kalimat itu seolah diputar berulang kali di dalam benak Tong Lu saat ini. Namun sekarang, dia malah berada di situasi yang sangat tidak sesuai dengan keinginannya itu.
"Kamu bersedia menikah denganku, kan?" tanya pria itu seolah-olah dapat membaca isi hati Tong Lu yang sedang acak-acakan.
Entah sejak kapan, namun mata pria itu saat ini bagaikan telah siap untuk membunuh dan menelan Tong Lu hidup-hidup. Sepasang mata yang menatap dengan tajam dan dingin, tanpa sedikit pun kehangatan yang terpancar dari mata yang gelap tersebut.
"Jawab aku!" seru pria itu setelah tidak mendapatkan jawaban apa pun dari gadis yang ada di hadapannya.
Hati Tong Lu semakin lama semakin menyusut. Entah bagaimana dia harus menjawab pertanyaan itu. Dia tidak punya jalan lain untuk menghasilkan uang dalam jumlah besar sesegera mungkin untuk biaya operasi neneknya. Satu-satunya alasan mengapa dia tadinya setuju untuk menikah dengan pria ini, karena berdasarkan dari data yang dia dapatkan, pria itu mencari istri hanya untuk merawat dan membesarkan anaknya saja. Dan juga, berdasarkan dengan kondisi penyakit pria itu yang sudah cukup parah, hal itu memungkinkan untuk dirinya sewaktu-waktu dapat menyandang status lajang kembali. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan itulah akhirnya Tong Lu menyetujui untuk menikah dengan pria ini. Akan tetapi sekarang, dia sama sekali tidak yakin akan kebenaran data yang didapatkannya tersebut.
"Apakah kamu benar-benar sedang sekarat?" tanya Tong Lu tanpa sadar.
Tidak disangka-sangka, pria itu bukannya tersinggung, melainkan menjawab dengan acuh. "Ya! Aku akan segera meninggal." Dia mengucapkannya dengan nada yang entah mengapa terdengar merendahkan lawan bicaranya. "Namun, aku telah membuat surat wasiat. Setelah kematianku nantinya, kamu harus merawat dan membesarkan Shanshan, anakku. Dan kamu tidak boleh menikah lagi seumur hidup. Aku tidak akan membiarkanmu menelantarkan anakku itu nantinya. Jika hal itu terjadi, aku dapat memastikan bahwa aku akan membuat hidupmu sengsara seumur hidupmu," imbuhnya dengan nada mengancam.
"Apa? Aku tidak boleh menikah lagi seumur hidupku?" tanya Tong Lu yang tidak percaya akan apa yang barusan didengarnya.
"Kenapa? Menyesal?" ucap pria itu dingin sambil menggigit kecil telinga Tong Lu.
Perasaan Tong Lu begitu kacau balau saat ini. Dia sama sekali tidak mampu untuk membalas ucapan, maupun bereaksi atas apa yang sedang pria itu perbuat terhadap dirinya. Dia hanya terdiam seribu bahasa, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.
"Sudah terlambat!" kata pria itu tanpa menunggu Tong Lu bersuara menanggapi ucapannya barusan. "Tong Lu, kamu harus berjanji akan sungguh-sungguh menjaga keluargaku seumur hidupmu dan kamu akan mendapatkan upahmu. Namun jika tidak, kamu harus ingat bahwa kamu pasti akan bernasib sial nantinya!"
---
Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan.
Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya.
Terimakasih atas pengertian Anda.