Dua bulan kemudian.
Artha mengangkat panggilan telepon dari Gita ketika ia baru bangun dan bibirnya menguap dengan sangat lebar seperti naga lapar.
"Yaaaaa..." Suara mengantuk Artha menjawab panggilan telepon Gita.
"Aa, sabtu besok lusa aku teh selesai diklat. Please jemput aku di Bogor yaaa. Abdi teh meni kangen pisan sama Aa..." Gita merengek manja disertai rayuan tidak seperti biasanya. Tapi kali ini rengekannya malah membuat Artha kesal.
"Kenapa kamuh bilangnya mendadak sih, Gitaaa?" Artha protes.
"Mendadak apanya, Aa? Kan aku bilang besok lusa, bukan sekarang. Kumaha sih Aa?" timpal Gita lagi malah balik kesal.
"Lagian kenapa kamuh nggak pulang sendiri aja sih, Gitaaaa? Mobil Aa lagi sering mogok nih." Artha terus terang suka kesal jika Gita memaksanya tanpa meperdulikan situasi dan kondisinya. Apalagi mobilnya saat ini sedang ia inapkan di bengkel sejak kemarin.