Tertidur sambil memeluk buket bunganya, Artha merasakan Bima mengguncang pelan bahunya.
"A, sudah sampai," kata Bima membangunkannya.
Artha pun membuka matanya dengan kaget. Benar saja, mobil mereka telah berhenti di depan pagar rumah sepupu Anya, Eve.
"Oh sudah sampai." Artha mengusap-usap kedua pelupuk matanya yang merah.
Setelah merapikan rambutnya dan hendak membuka pintu mobilnya dengan buru-buru, tangan Bima tiba-tiba menahan bahunya.
"Tunggu dulu atuh, A," katanya membuat Artha bingung.
"Kenapa, Bim?"
Bima tidak menjawab, ia malah mengambil blazer abu-abu yang ia gantung di dekat jok belakang mobil dan memberikannya pada Artha. Dan blazer itu sebenarnya berasal dari Anya yang dititipkan pada Bima untuk Artha.
"Ganti dulu jaket buluk Aa dengan ini." Bima menyorongkan blazer yang tampak licin dan beraroma harum itu pada Artha yang masih saja menatapnya bingung.
"Biar apa?"