Di teras Villanya, Teuku Abdullah Saleh sedang duduk bersantai di kursi kesayangannya sambil menghisap pipa tembakau antiknya. Sementara istrinya Rahma menemaninya sambil merajut.
"Dek, kalau abang coba jodohkan Cut sekali lagi, menurut kau bagaimana?" Teuku Abdullah Saleh tiba-tiba menanyakan soal itu setelah cukup lama berpikir.
"Jangan lagi lah, Bang." Rahma menyahut lirih.
"Kenapa jangan? Sampai kapan Cut akan berjuang membesarkan cucuku seorang diri? Abang kasihan kali dengan nasibnya."
"Rahma tahu, Bang. Tapi Abang tanyakan dahulu pada Cut. Setuju atau nggak? Abang tahu sendiri kan dengan sifat keras Cut?" Rahma mencoba mengingatkan.
"Pasti lah itu."
Kening Teuku Abdullah Saleh lalu tampak berkerut seolah-olah sedang berpikir keras.
"Apa yang sedang Abang pikirkan lagi?" tanya Rahma penasaran dengan wajah serius suaminya.
"Calon yang cocok buat Cut."
"Siapa?"