Utrecht, pukul lima sore.
Bima berdiri cukup lama di tengah udara dingin yang menggigit hingga ke dalam tulangnya. Dengan matanya yang terus menatap lurus dari seberang jalan yang tepat berhadapan dengan jendela Gayo's Cafe milik Anya. Ia terus menatap sosok yang sedari tadi sengaja mengabaikannya dengan berpura-pura tengah larut dalam pekerjaannya di depan laptop dan duduk persis di sisi jendela.
Sudah sebulan berlalu sejak Artha dan Gita kembali ke Indonesia dan ia sangat merindukan sosok yang tak mungkin bisa ia raih itu. Wanita keras kepala yang selalu mempesona dengan pendirian dan tekadnya. Sedangkan wajah cantiknya adalah bonus dari Illahi yang membuatnya kian jatuh cinta. Namun membuat hatinya mau tidak mau harus menyimpan dua pertentangan besar.
Memilih untuk mempertahankan egonya atau kebahagiaan sang kakak.
Ia terus berdiri di seberang cafe, hingga seseorang mengejutkannya dengan suara nyaring memanggilnya dan menepuk bahunya sebanyak tiga kali dengan cukup keras.