Geo berdiri merapat di belakang Runa. Kedua tangan cowok itu terulur ke depan, menyentuh tangan cewek itu untuk mengarahkan bagaimana posisi tangan yang benar saat menembak bola—dengan tubuh mungil Runa berada di antara kedua rentangan tangannya.
Posisi yang sungguh berbahaya, terlihat seperti cowok itu memeluk Runa dari belakang hingga menjatuhkan bom tepat di titik pusat kesabaran Rafael.
Niko bersiul nyaring. "Wow, pinter juga tuh cowok nyuri kesempatan." Begitu dilihatnya muka Rafael memerah dengan buku-buku jari yang memutih—saking kuatnya cengkraman cowok itu di pagar—Niko tidak lagi bisa menahan tawa. "Santai aja kali, Raf. Lagian rame gitu di lapangan, nggak mungkin diapa-apain bini lo. Ada Pak Dadang juga."
Rayuan Niko tidak berhasil karena detik berikutnya, Rafael melesat seperti peluru menuruni tangga, menuju lapangan basket. Tatapannya yang sudah seperti seorang pembunuh itu membuat semua orang yang ia lalui menatapnya heran.
