"Rafael? Halo, Rafael?" Runa menepuk pelan pipi Rafael berkali-kali, menggoyang-goyangkan tubuhnya.
Beberapa saat kemudian, suara erangan Rafael terdegar. Cowok itu bergerak gelisah. Perlahan-lahan, Rafael membuka mata dan yang pertama kali menyambutnya adalah wajah cemas Runa.
Rafael terperanjat. Ia meloncat bangun. Karena gerakan yang terlalu mendadak dan cepat itu, sakit kepala yang hebat kembali menghantamnya. Ia meringis, memijat pelipisnya.
"Kenapa? Kepala lo sakit? Salah sendiri langsung bangun," omel Runa sambil membantu memijat tengkuk cowok itu.
Setelah sakit kepala itu ia rasakan berkurang, Rafael menebarkan pandangannya ke sekeliling, dan menyadari ia masih di ruang TV. "Kenapa lo bangun? Bukannya tadi lo sakit?" tanya Rafael begitu sadar cewek itu tidak lagi istirahat di kamarnya.
"Ngaca dulu baru ngomong, Mas! Elo juga sakit, demam tinggi. Untung aja gue turun. Lo nggak jadi mati, kan?"
Rafael mendengus. "Gue nggak bakalan mati cuman gara-gara demam."