Sudah hampir tiga bulan Eza menjalani terapi nya,tidak begitu buruk meski ia Belum menunjukan tanda tanda akan berjalan kembali.Tapi semangat dan kegigihannya membuat vicky lelaki yang selalu mendampinginya merasa terharu,itu lebih baik,semangatnya membuat lelaki itu percaya ia bisa melihat ezanya bisa kembali berjalan meski membutuhkan waktu yang cukup lama.Ia tidak keberatan harus menunggu sampai kapan pun asal wanita itu bisa selalu bersemangat menjalani hidupnya.Vicky sampai membuatkan tempat latihan khusus dirumah untuk eza,agar wanita itu bisa leluasa berlatih bergerak tidak harus dirumah sakit bersama dokter.Meski sudah lancar menggerakkan satu demi satu kakinya,eza masih belum punya kekuatan untuk berdiri tegak dengan kedua kakinya,masih butuh waktu dan sampai kapan pun itu vicky siap mendampingi.
Seperti pagi itu vicky mengajaknya untuk mengunjungi rumah sakit,sekedar berkonsultasi dengan dokter mengenai perkembangan kondisinya.
"kak,bukankah hari ini kakak harus bekerja ?kenapa kerumah sakit,jadwalnya juga masih besok...?"
"kakak izin sayang.Kita majuin jadwalnya..."
"kenapa ?besok sibuk ya..?"
"tidak.Hanya ingin menemani kamu aja hari ini..." eza tersipu malu,meski sudah sangat sering mendengar pujian,atau perkataan manis lelaki ini ia masih saja baper jika mendengarnya.Tak lama mereka sudah berada diruangan dokter sherly,mendengarkan beberapa masukan dan juga kekaguman dokter sherly tentang perkembangan kondisi eza yang kian membaik.
"Jika begini,ibu eza pasti akan lebih cepat sembuh.Mempunyai sosok yang mendampingi dengan tulus,dia memiliki semangat itu dari bapak.." dokter sherly berbincang dengan vicky disaat eza menjalani terapi dengan ditemani seorang perawat.
"saya berharap begitu dokter,apakah masih perlu waktu lama dokter...?"
"saya rasa tidak,tergantung kegigihannya,sejauh mana usahanya.Bapak masih bisa sabar menantinya bukan...?"
"selama apa pun saya akan terus disampingnya,dia hati saya,wanita terpenting dalam hidup saya setelah ibu saya.Tidak peduli dia lumpuh atau tidak saya tetap disisinya.Saya hanya ingin dia bahagia,tidak minder dengan kondisinya,itu mengapa saya memintanya menjalani terapi yang menurut saya menyita tenaganya..."
Dokter sherly tersenyum mendengar ucapan tulus itu,sangat jarang menemukan sosok lelaki seperti itu disaat sekarang.Tapi ia juga mengerti mengapa lelaki ini begitu menggilai wanita bernama eza,selain cantik,dia anggun,sopan,hatinya lembut.Beberapa bulan menjadi pasiennya ia memahami wanita itu,ditambah kondisi trauma eza,ia bahkan menyarankan vicky berkonsultasi dengan dokter psikiater untuk mengurangi rasa trauma eza.Dan benar saja wanita itu perlahan melupakan kenangan buruknya,ia sudah lebih baik saat ini.
Mobil vicky sudah membelai keramaian kota P disiang hari,mereka sudah meninggalkan rumah sakit setelah eza selesai dengan terapinya.Tampak mobil vicky memasuki sebuah altar bangunan ruko yang menjual perhiasan.
"mau ngapain kak kesini..." eza menoleh kearah vicky yang bersiap untuk turun dari mobil.
"kamu tunggu disini ya,kakak tidak lama hanya sebentar saja. " vicky mengecup kening eza sekilas dan turun meninggalkan wanita itu yang sama sekali tidak mengerti ucapan laki laki itu barusan.Eza pun hanya merapikan hijabnya sesekali menoleh keluar jendela mobil.Ia teringat ia kehilangan sesuatu,ya sebuah kalung juga jam tangan pemberian vicky saat ulang tahunnya.Semua tak terlihat lagi saat setelah kecelakaan itu terjadi.Ia kehilangan barang berharga dan baru mengingatnya sekarang saat melihat vicky memasuki toko perhiasan.Lama ia termenung akhirnya vicky kembali masuk kedalam mobil.
"apakah aku meninggalkanmu cukup lama sayang..."
"tidak..." jawab eza sedikit tidak bersemangat,vicky mengamati raut wajah yang murung disampingnya.
"kamu baikkan ?apa ada yang sakit,atau sesuatu terjadi.?"
"tidak ada kak.aku ingin cepat pulang..."
"baiklah..." akhirnya vicky memacu mobilnya kembali,mungkin wanita disampingnya lelah jadi terlihat murung dan ingin segera istirahat.
Mobil memasuki garasi rumah yang sudah mereka tempati beberapa bulan terakhir ini,eza mengernyitkan dahi melihat paperbag yang tadi dibawa vicky,ia tidak ingin bertanya tadi,tapi sekarang ia menjadi penasaran.Vicky membantunya turun dari dalam mobil,dan menyorong kursi rodanya untuk masuk kedalam rumah,dan kening eza kembali berkernyit melihat jejeran sepatu dipintu masuk.Mengapa aku familiar dengan sepatu sepatu ini,batinnya sendiri.Vicky terus mendorongnya,eza semakin aneh melihat balon juga bunga bunga segar bertabur disetiap sudut rumah.
"kak,ini semua siapa yang lakukan...." eza menoleh kebelakang menatap wajah lelaki yang entah sejak kapan sudah tersenyum saja.
"KEJUTAN...!!!" tiba tiba terdengar suara sorakan dan teriakan dari beberapa orang diruang keluarga.Eza ternganga tak percaya,mengapa sahabat sahabatnya bisa ada disini,dan apa ini...
"Nando,Amelie,reka...."
"Selamat ulang tahun sayang...." tiba tiba sosok laki laki datang dari arah dapur membawa cake beserta lilin dengan angka 24,juga seorang wanita parubaya disampingnya.
"kak Andi,mama...." seru eza tak percaya.Ia benar benar tak yakin semua orang ada disini hari ini,dan mengapa vicky tak memberitahunya akn hal ini.Ia menoleh menatap vicky yang tersenyum saja,menunggu pertanyaannya.
"Selamat ulang tahun sayang,calon istriku.Semoga berkah usianya,lekas sembuh dan kembali menjadi diri kamu lagi.Aku mencintaimu..."cupp ia mengecup pipi kanan eza yang membuat wanita itu begitu tetharu bahkan menangis.
"makasih kak..."
"ditiup dulu dong lilinnya...." Andi menyodorkan cake dihadapan eza,dengan tangis bahagia eza meniupnya.Ia tidak menyangka vicky menyiapkan kejutan spesial untuknya,bahkan ia sendiri tidak mengingat ulang tahunnya.